Pada budidaya tanaman padi, OPT utama yang muncul bervariasi pada antar musim, antar daerah atau agroekosistem, sehingga dalam penanganannyapun bersifat local spesifik. Salah satu OPT utama yang sering muncul pada budidaya tanaman padi adalah wereng batang coklat (WBC) (Nilaparvata lugens). Akibat serangan hama wereng ini dapat menimbulkan kerusakan tingkat ringan sampai berat/puso.
Penggunaan pestisida sintesis/kimia yang kurang bijaksana untuk pengendalian OPT dapat menimbulkan dampak negatif seperti terjadinya pencemaran lingkungan (tanah dan air), imunitas hama, dan terjadinya ledakan hama. Oleh karena itu kebijakan perlindungan tanaman/pengendalian OPT berpijak pada konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Konsep ini memadukan satu atau lebih teknik pengendalian dalam satu kesatuan. Strategi dan teknik pengendalian harus memenuhi persyaratan keamanan/ramah lingkungan dan efektif tanpa adanya efek samping serta dapat menjamin pertanian berkelanjutan.
Salah satu teknik pengendalian yang memenuhi persyaratan tersebut di atas adalah pengendalian dengan menggunakan Pestisida Nabati. Pestisida Nabati adalah pestisida yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan nabati yang ada disekitar kita, mudah didapat dan terjangkau harganya.
Pemanfaatan dan pengelolaan bahan-bahan nabati untuk pestisida dalam mengendaliakan OPT oleh masyarakat petani dapat dijadikan titik tolak petani dalam usaha pelestarian, dan merupakan cara pendekatan tidak langsung masyarakat petani dalam ikut mengembangkan teknik pelestarian lingkungan.
Berbagai bahan nabati yang dapat digunakan sebagai pestisida anata lain : Pinus, kluwek, sirsak, tembakau, sirih, gadung, lengkuas, jahe, sengon buto, srikaya, tuba, mimba, bawang putih, tembelekan, kenikir, cabe merah, kemangi, dringo, jarak, kunyit, mahoni, serai, mindi, lada, jengkol, sambiloto, maja dll.
PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA WERENG COKLAT
Wereng batang coklat (WBC) (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama utama pada tanaman padi. Saat ini di beberapa daerah di Kabupaten Banyumas telah terjadi serangan hama wereng batang coklat dan menimbulkan kerusakan/kerugian yang cukup besar. Di Wilayah BPP Menganti khususnya di Kecamatan Purwojati, berdasarkan pengamatan di lapangan, hama wereng ini juga telah diketahui muncul di beberapa lokasi (desa Karangmangu) walaupun popolasinya masih rendah (1-3 ekor/rumpun) pada tanaman berumur 40 hst.
Atas dasar penerapan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) dan untuk menjaga kelestarian lingkungan serta tersedianya bahan-bahan nabati lokal, maka kami mencoba mengendalikan hama wereng batang coklat ini dengan menggunakan Pestisida Nabati, dan mensosialisasikan penggunaan pastisida nabati ini kepada petani/kelompok tani untuk mengendalikan hama wereng coklat agar populasinya tidak berkembang lebih besar.
Dari berbagai jenis bahan nabati, kami mencoba mengkombinasikan beberapa bahan nabati untuk membuat pestisida nabati untuk mengendalikan hama wereng. Jenis-jenis bahan nabati tersebut adalah :
a. Buah Maja (Aegle marmelos)
Maja atau kemplung merupakan tanaman tahunan dengan tinggi sekitar 10-15 m. Pohon maja memiliki batang berkayu, bulat, bercabang, berduri. Daun hijau tersebar pada batang muda, bentuk lonjong ujung dan pangkal daun runcing dengan tepi bergerigi, panjang daun 4-13,5 cm, lebar 2-2,5 cm. Buah berbentuk bola, diameter 5-12 cm, berdaging. Warna kulit luar buah hijau tetapi isinya kuning/jingga, biji pipih berwarna hitam. Rasa buah pahit dengan kandungan kimia al. marmelasin, minyak astiri, pectin, tannin, vitamin C, gula dan zat pati.
Penggunaan buah maja sebagai pestisida bekerja dengan cara mengusir hama akibat bau menyengat yang tidak disukai hama dank arena rasa yang pahit maka akan mengganggu fungsi pencernaan pada hama.
b. Daun Mindi (Melia azederach)
Mindi merupakan tanaman tahunan dengan tinggi sekitar 9-15 m. Bagian tanaman mindi yang dapat digunakan untuk pengendalian hama adalah daun, biji/buah dan kulit. Kandungan bahan aktif mindi yaitu azadirachtin, triul dan salanin.
Efektifitas mindi dalam pengendalian hama dengan cara kerja mengusir/menolak hama, menghambat hama untuk bertelur, juga mengandung racun kontak dan racun perut bagi serangga sasaran.
c. Daun Sambiloto (Andrographis Paniculata)
Sambiloto merupakan jenis tanaman liar, berasa pahit, berkembang biak dengan biji atau stek batang. Tinggi tanaman mencapai 50-90 cm, batang dan cabang berbentuk segi empat, daun tunggal dengan panjang2-8 cm dan lebar 1-3 cm. Sambiloto mengandung andrograthin, androgatoid yang merupakan zat berasa pahit.
d. Tembakau (Nicotiana tabacum)
Tanaman tembakau berwarna hijau, berbulu halus, batang dan daun diliputi oleh zat perekat. Tinggi pohon mencapai 2,5 m. Tembakau mengandung nikotin yang merupakan zat alkaloid yang mempunyai sifat farmakologi.
PEMBUATAN PESTISIDA NABATI “Jaditoko” (Maja, Mindi, Sambiloto dan tembako)
a. Bahan dan Alat :
- buah maja
- daun mindi
- daun sambiloto
- tembakau
- air
- panci
- jerigen
- kain penyaring
- kompor gas
b. Cara Membuat
- 3 butir buah maja yang telah masak diambil isinya
- 250 gr daun mindi dan 250 gr daun sambiloto dicincang
- 100 gr tembakau rajangan
- Bahan-bahan tersebut diatas dimasukkan dalam panic yang berisi 5 ltr air, kemudian rebus dan diaduk sampai mendidih. Biarkan sampai dingin, kemudian disaring dengan kain untuk mendapatkan ekstrak yang bersih. Masukkan ekstrak ke dalam wadah/jerigen dan ditutup rapat. Biarkan selama 24 jam sebelum digunakan/diaplikasikan.
c. Aplikasi
Aplikasi pestisida “jaditoko” dilakukan dengan cara disemprotkan dengan dosis 250 cc/tangki semprot (14 ltr). Tambahkan 1 sachet pewangi untuk menambah dan merekatkan daya racun pestisida. Penyemprotan dilakukan pada bagian bawah tanaman dimana terdapat hama wereng.
Efektifitas pestisida ini dalam mengendalikan hama wereng diduga karena hama ini tidak menyukai bau yang menyengat yang terkandung dalam bahan-bahan nabati dan juga terganggunya fungsi percernaan pada hama akibat adanya kandungan bahan beracun.
PENGAMATAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan petani (Poktan Tunjung Sari Grubul Gendurek Desa Tunjung Lor Kec. Jatilawang), ternyata beberapa petani telah biasa menggunakan bahan-bahan nabati untuk pengendalian OPT pada budidaya padi. Menurut Pak Martono bahan pestisida nabati ini cukup efektif dalam mengendalikan hama, cara membuatnya mudah dan murah serta manfaatnya cukup berhasil sampai sekarang. Yang terpenting kita harus selalu mengamati secara rutin (1 minggu sekali) sehingga jika ada hama cepat diketahui dan sebelum populasinya besar segera dilakukan pengendalian dengan pestisida nabati.
Hasil percobaan yang dilakukan di petak sawah Poktan Dwi Karya Desa Karangmangu kecamatan Purwojati, ternyata 3 hari setelah dilakukan penyemprotan, populasi hama wereng coklat menurun. Sebelum dilakukan penyemprotan populasi wereng sebanyak 1- 3 ekor/rumpun. Namun demikian karena sifat racun dari pestisida ini adalah mengusir/tidak disukai hama, maka hama tersebut bisa pindah ke areal lain. Oleh karena itu kebersamaan petani dalam mengendalikan hama pada sautu hamparan yang luas perlu dilakukan secara terorganisir dan terpadu sehingga ruang lingkup penyebaran/perkembangan hama dapat terkendali.
Efektifitas pestisida nabati ini dalam mengendalikan hama wereng juga terbukti cukup berhasil dilakukan oleh petani di daerah Wonogiri. Ini berdasarkan informasi dari Bapak Tugiman (PPL Jatilawang). Adik bapak Tugiman sendiri yang juga selaku KKetua kelompok tani telah mencoba pestisida tersebut dan hasilnya cukup efektif. Oleh karena itu beliau terus mensosialisasikan penggunaan pestisida ini kepada petani/kelompok tani dalam mengendalikan hama padi khususnya hama wereng batang coklat.