Kamis, 01 November 2007

Senyum Lasminah Nominasi Festival Video Edukasi

Senyum Lasminah, sebuah film produksi Laeli Leksono Film terseleksi sebagai nominasi Festival Video Edukasi (FVE) 2007 kategori video budi pekerti. Festival ini digelar Balai Pengembangan Media Televisi (BPMTV) Surabaya yang menggagas Televisi Edukasi (TVE).

Film dari Purbalingga garapan sutradara Bowo Leksono ini berkisah tentang seorang perempuan usia remaja bernama Lasminah yang hidup besama adik laki-lakinya, Gatot, dan nenek mereka.

Lasminah hidup yatim-piatu. Bapaknya meninggal karena dibunuh orang-orang tak dikenal menjelang Pemilu. Ibunya meninggal saat melahirkan Gatot. Lasminah mewarisi kebiasaan membatik. Sudah turun-menurun kebiasaan ini dilakukannya setiap hari untuk menyambung hidup.

Demikian pula yang dilakukan perempuan-perempuan desa dimana Lasminah tinggal. Namun, sudah dapat dihitung dengan jari jumlah perempuan yang bertahan dengan tradisi membatik itu. Jakarta telah membuat gadis-gadis desa hengkang dari desa tercinta.

Suatu hari, Surti, teman sepermainan Lasminah, pulang dari Ibukota. Ia membawa segudang cerita. Surti menyapa Lasminah di belakang rumah saat sibuk menorehkan malam (bahan pembuat batik) ke selembar kain putih.

Surti pun berkisah panjang tentang pengalaman hidup di Jakarta. Tentang mudahnya mendapatkan uang, tentang bagaimana semua perempuan telah berbondong-bondong ke Jakarta, dan tentang berapa uang untuk menyulap rambut keriting menjadi lurus bahkan berwarna merah menyala.

Siapa saja akan kesengsem dengan kisah Surti tentang Jakarta ini. Pun demikian dengan Lasminah. Ia rela menjual semua kain jarit buatannya untuk pergi bersama Surti. Ah Jakarta, memang selalu menggoda.

Terlalu banyak yang musti ditinggalkan Lasminah di desa. Adik semata wayang, neneknya, batiknya, rumah tikelan (rumah khas Banyumas) warisannya, dan Sutar kekasihnya yang seorang penari rodat.

Pada suatu malam, disaat adiknya tertidur lelap, disaat neneknya merelakan ia pergi, dihadapan sebuah lampu teplok, Lasminah memantapkan untuk tidak ke Jakarta. Terlalu berat meninggalkan orang-orang dan kebiasaan yang dicintainya.

Film berdurasi 20 menit yang sangat kental dengan latar Banyumasan seperti batik, rumah tikelan, rodat, dan bahasa ini jelas mengajak anak-anak muda untuk tidak mudah meninggalkan desa. Masih banyak hal yang bisa dibangun di desa. Untuk itu, film ini dikirim ke festival video pendidikan.

Dan bertindak sebagai dewan juri pada festival ini antara lain sutradara Riri Riza dan psikolog Tika Bisono. Sementara malam penganugerahan FVE 2007 hendak digelar Minggu, 4 November 2007 di Gedung Cak Durasim, komplek Taman Budaya Surabaya. Bolex

Tidak ada komentar:

Posting Komentar