Sabtu, 28 Desember 2013

Banjaran Menolak Sampah!


Kado buat Kota Tercinta jilid 5

"Sebagai orang tua, saya turut mendukung apa yang sedang diperjuangkan warga Desa Banjaran," tegas Ida Kristiana, kepala Desa Banjaran yang baru dilantik beberapa hari lalu saat sambutan pada program Kado buat Kota Tercinta jilid 5, Sabtu malam, 28 Desember 2013 di pertigaan Desa Banjaran, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga.

Sudah sewajibnya seorang pemimpin mendukung dan membela rakyatnya yang selama 20 tahun dirugikan akibat pencemaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Banjaran Kabupaten Purbalingga.

Ribuan warga Desa Banjaran dari anak-anak hingga orang tua tumpah di pertigaan RT 08 RW IV. Warga memadati jalan desa dimana sebuah layar putih ditancapkan dan panggung kesenian digelar. Mereka bertahan sembari menanti pemutaran film terkait pencemaran TPA, menikmati suguhan seni dari kawula muda Purbalingga.

"Ini suatu bukti bahwa tidak satu pun warga Banjaran yang menginginkan TPA ada di desa kami. Kami sudah tidak kuat menanggung pencemaran TPA yang tidak pernah dikelola dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga," tutur salah satu pemuda Yahya Solekhan (32).

Program Kado buat Kota Tercinta yang memasuki tahun ke-5 ini dalam rangka memperingati hari ulang tahun Kabupaten Purbalingga yang ke-183. Program yang digagas Cinema Lovers Community (CLC) ini berupa ekspresi dan media kritik terhadap kebijakan Pemkab Purbalingga dari sebagian kecil seniman Purbalingga.

Dengan mengangkat tema "Banjaran Menolak Sampah!", kado ulang tahun menghadirkan tanda tangan dukungan pada perjuangan rakyat Banjaran di atas kain putih sepanjang 5 meter, orasi dari warga Banjaran, baca puisi dari Kelas Menulis Purbalingga, pameran foto dan karikatur, pentas musik dari Kreteg, Ruby Band, dan Roots Rhythm, serta pemutaran film dokumenter karya SMP Negeri 4 Satu Atap Karangmoncol dan dokumenter "Banjaran Menolak Sampah!" dari CLC.

Direktur CLC Bowo Leksono mengatakan, baginya seni tidak sekedar untuk seni. "Seni sudah seharusnya bagi kemaslahatan masyarakat berpihak pada yang lemah. Dengan seni, kami berusaha mengawal perjuangan warga Desa Banjaran dalam menolak keberadaan TPA yang tidak pernah dikelola dengan baik," jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar