Film “Penderes dan Pengidep” produksi Papringan Pictures SMA Negeri Kutasari Purbalingga berhasil menyabet film terbaik kategori dokumenter pendek pelajar di ajang Malang Film Festival (Mafifest) 2014. Penghargaan diberikan pada malam penganugerahan, Sabtu, 5 April 2014 di Theater Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Direktur Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga Bowo Leksono yang juga didaulat sebagai juri fiksi pendek mewakili para pembuat film pelajar dari Purbalingga menerima penghargaan tersebut. “Penderes dan Pengidep” mengungguli dua film nominator lainnya yaitu “Segelas Teh Pahit” dari SMA Negeri Rembang Purbalingga dan “Kampung Tudung” dari SMK Negeri 1 Kebumen.
Salah satu juri dokumenter pendek Dwi Sujanti Nugraheni mengatakan, kebanyakan karya yang dinilai hanya menyentuh persoalan di permukaannya saja, para pembuat film kurang jeli hingga masuk pada persoalan-persoalan yang menarik.
Sementara film “Penderes dan Pengidep”, lanjut Heni, unggul karena dibuat dengan pendekatan berbeda yaitu observasi yang jarang dilakukan pembuat film dokumenter, terlebih pelajar. “Pembuat film pelajar itu mampu melakukan pendekatan yang intens dengan para subyek dan cukup peka mengangkat persoalan yang dihadapi subyek,” tutur pegiat Festival Film Dokumenter (FFD) ini.
Dokumenter yang disutradarai Achmad Ulfi dengan durasi 30 menit ini berkisah tentang keluarga penderes (perajin gula merah) dan pengidep (perajin bulu mata) di Desa Candiwulan, Kecamatan Kutasari, Purbalingga.
Disela kesibukan sebagai ibu rumah tangga, Suwini, ibu tiga anak, menyempatkan ‘ngidep’. Sementara Suwitno, suaminya, sehari dua kali, pagi dan sore, harus naik-turun 21 pohon kelapa yang disewa untuk mengambil air nira. Semetara harga gula jawa setiap harinya tidaklah semanis rasa gulanya.
Pegiat CLC Canggih Setyawan mengatakan, penghargaan ini membuka prestasi film-film pelajar Purbalingga yang diproduksi tahun 2014. “Meskipun kami menilai, film-film Purbalingga tahun ini menurun baik secara kuantitas maupun kualitas. Namun, ini bagian dari proses kreatif yang harus terus dikobarkan semangatnya,” ujar mahasiswa jurusan Sosiologi Univesitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar