PURBALINGGA- Sineas muda Purbalingga diminta jangan menyerah meski dukungan dari pemerintah daerah bagi perkembangan perfilman lokal masih setengah-setengah. Pernyataan itu dikemukakan oleh Ketua Komisi B DPRD Purbalingga, Hartoyo dimintai tanggapan menjelang persiapan Purbalingga Film Festival (PFF) 2008.
Ajang akbar yang mempertemukan komunitas film di Tanah Air itu digelar secara gratis di Stadion Mahesa Djenar, 16-18 Mei mendatang. ''Sebagai wakil rakyat, kami berharap agar insan film Purbalingga terus berjuang. Rintangan selalu ada, tapi jangan menyerah,'' katanya, kemarin.
Hartoyo menambahkan, setidaknya wakil bupati Purbalingga secara lisan menyatakan akan hadir di ajang tersebut. Sehingga kemungkinan Pemkab juga bisa bekerja sama dengan sineas muda di masa mendatang. ''Saya mengetahui persoalan terbatasnya fasilitas yang diberikan oleh Pemkab di masa lalu. Saya berharap di masa mendatang, Pemkab bisa memberikan dukungan fasilitas demi perkembangan perfilman,'' tambahnya.
Menurut pengamatan Hartoyo, komitmen sineas muda Purbalingga sangat baik dalam mengenalkan kebudayaan mereka yang khas sampai ke luar daerah. Lebih lagi, film berlatar Purbalingga menjadi mudah dikenal dan diterima baik ditengah masyarakat. ''Minimal daerah kita sudah dikenal meski baru lewat film. Yang pasti, melalui film, harkat masyarakat Purbalingga terangkat,'' tambahnya.
Dunia Pendidikan
Direktur PFF, Bowo Leksono mengatakan, tugas paling berat justru menyadarkan bahwa agenda besar itu bukan milik orang-orang film melainkan milik masyarakat luas. Festival bukanlah semata pertemuan para pegiat film dengan karya-karya mereka. Ajang itu justru ingin membuat gerakan edukasi bagi masyarakat luas. ''Film hanya sebagai media untuk melihat budaya kita sendiri, dan budaya yang ada dari film-film tamu. Agenda festival ini penting bagi pendidikan di Purbalingga, '' jelasnya.
Selain pemutaran film, arena luas itu sudah disewa panitia dari Pemkab untuk diberikan gratis bagi komunitas film di Indonesia yang ingin membuka stand pameran. Dengan dana berasal dari kantong pribadi, festival itu merupakan bagian dari kampanye festival film di kota kecil yang salah satunya dimotori CLC Purbalingga. ''Tugas selanjutnya adalah mendorong remaja sekolah untuk berkarya. Percuma jika fasilitas yang disekolah tidak dimanfaatkan. Saya kira, tidak akan ada guru yang menolak siswanya menjadi kreatif lewat film,'' terangnya.
Festival secara khusus juga mengagendakan ajang untuk menopang regenerasi film Purbalingga. Caranya dengan menggelar sesi kompetisi khusus bagi sineas-sineas yang tersebar di SMA di Kabupaten Purbalingga. Selain penghargaan dari CLC Purbalingga, pemenang juga akan mendapat penghargaan dari Jaringan Kerja Film Banyumas. Sigit Harsanto_Suara Merdeka_8 Mei 2008
Ajang akbar yang mempertemukan komunitas film di Tanah Air itu digelar secara gratis di Stadion Mahesa Djenar, 16-18 Mei mendatang. ''Sebagai wakil rakyat, kami berharap agar insan film Purbalingga terus berjuang. Rintangan selalu ada, tapi jangan menyerah,'' katanya, kemarin.
Hartoyo menambahkan, setidaknya wakil bupati Purbalingga secara lisan menyatakan akan hadir di ajang tersebut. Sehingga kemungkinan Pemkab juga bisa bekerja sama dengan sineas muda di masa mendatang. ''Saya mengetahui persoalan terbatasnya fasilitas yang diberikan oleh Pemkab di masa lalu. Saya berharap di masa mendatang, Pemkab bisa memberikan dukungan fasilitas demi perkembangan perfilman,'' tambahnya.
Menurut pengamatan Hartoyo, komitmen sineas muda Purbalingga sangat baik dalam mengenalkan kebudayaan mereka yang khas sampai ke luar daerah. Lebih lagi, film berlatar Purbalingga menjadi mudah dikenal dan diterima baik ditengah masyarakat. ''Minimal daerah kita sudah dikenal meski baru lewat film. Yang pasti, melalui film, harkat masyarakat Purbalingga terangkat,'' tambahnya.
Dunia Pendidikan
Direktur PFF, Bowo Leksono mengatakan, tugas paling berat justru menyadarkan bahwa agenda besar itu bukan milik orang-orang film melainkan milik masyarakat luas. Festival bukanlah semata pertemuan para pegiat film dengan karya-karya mereka. Ajang itu justru ingin membuat gerakan edukasi bagi masyarakat luas. ''Film hanya sebagai media untuk melihat budaya kita sendiri, dan budaya yang ada dari film-film tamu. Agenda festival ini penting bagi pendidikan di Purbalingga, '' jelasnya.
Selain pemutaran film, arena luas itu sudah disewa panitia dari Pemkab untuk diberikan gratis bagi komunitas film di Indonesia yang ingin membuka stand pameran. Dengan dana berasal dari kantong pribadi, festival itu merupakan bagian dari kampanye festival film di kota kecil yang salah satunya dimotori CLC Purbalingga. ''Tugas selanjutnya adalah mendorong remaja sekolah untuk berkarya. Percuma jika fasilitas yang disekolah tidak dimanfaatkan. Saya kira, tidak akan ada guru yang menolak siswanya menjadi kreatif lewat film,'' terangnya.
Festival secara khusus juga mengagendakan ajang untuk menopang regenerasi film Purbalingga. Caranya dengan menggelar sesi kompetisi khusus bagi sineas-sineas yang tersebar di SMA di Kabupaten Purbalingga. Selain penghargaan dari CLC Purbalingga, pemenang juga akan mendapat penghargaan dari Jaringan Kerja Film Banyumas. Sigit Harsanto_Suara Merdeka_8 Mei 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar