Sabtu, 07 Februari 2009
BSF #15: Elegi Bulan Februari
Tepat tanggal 14 Februari 2009, Sabtu, Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga di program bulanan Bamboe Shocking Film (BSF) #15 berencana memutar dua film dokumenter tragedi. Di hari dan bulan kasih sayang ini, CLC via pemutaran film, turut menyerukan kita semua untuk saling menyayangi dan mengasihi sesama.
“Bunga Dibakar” sebuah film dokumenter garapan Ratrikala Bhre Aditya berkisah tentang seorang pejuang HAM Indonesia. Seseorang yang gigih membela kepentingan dan hak-hak kaum tertindas dan akhirnya meninggal karena keberaniannya itu di tahun 2004.
Munir, SH, aktivis dan juga pendiri Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) meninggal dunia di dalam Pesawat Garuda dari Jakarta tujuan Amsterdam, Belanda. Munir berangkat ke Belanda untuk menghadiri seminar sekaligus mengurus bea siswa yang diterimanya dari Inggris (British Achievening Awards).
Kabar terakhir, salah seorang terdakwa pembunuh Munir, Muchdi PR bahkan divonis bebas. Satu lagi tragedi peradilan Indonesia yang terjadi di era reformasi ini. Muchdi yang juga mantan Deputi Kepala Badan Intelejen Nasional (BIN) dinyatakan tidak terbukti bersalah membunuh Munir.
Film berdurasi 45 menit ini diawali adegan saat-saat pemakaman aktivis HAM kemudian cerita mengalir dari guru dan saudara-saudara Munir yang mengisahkan masa kecil Munir. Keberanian Munir memang sudah tertanam sejak kanak-kanak.
Kawan-kawan seperjuangan Munir pun bersaksi bagaimana kegigihan Munir dalam melawan ketidakadilan yang kerap dilakukan aparat militer. Orde Baru adalah zaman dimana militer sangat represif terhadap rakyatnya. Dan Munir berada di tengah-tangah pembalaan rakyat itu, bicara lantang dan penuh keberanian.
Sekarang ini, para pimpinan militer yang merupakan mantan-mantan jenderal yang luput dari jeratan hukum karena dosa-dosa HAM dimasa lalu, kembali muncul dengan sisa kejayaannya dan tanpa malu mendaulatkan diri sebagai pemimpin partai politik.
Sesungguhnya, Munir hanya ingin Indonesia memiliki militer yang humanis, yang menyayangi rakyatnya sendiri. Film ini kembali menegaskan bahwa Munir tidak ingin “mati” sebelum mati.
Film dokumenter kedua adalah garapan Tedika Puri Amanda dari Kota Malang, Jawa Timur bertajuk “Berita Terakhir”. Film berdurasi 11 menit ini menceritakan bagaimana warga desa yang menjadi korban penembakan polisi hutan karena dianggap mencuri kayu di hutan.
CLC memutar kedua film tragedi tersebut sekaligus mengajak penonton melihat realita yang terjadi di masa lalu dan masa sekarang. Apalagi, 2009 adalah tahun politik yang kemungkinan besar akan terjadi gesekan bila kita tidak memodali diri dengan pendidikan politik yang baik. Kalau toh kita harus memilih, tentu memilih pemimpin yang tak punya masa lalu kelam. Bolex
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar