Selasa, 26 Mei 2009

“Sandal Jepit” Film Terbaik PFF 2009



PURBALINGGA – Dewan juri dan penonton Purbalingga Film Festival (PFF) 2009 kompak memilih film “Sandal Jepit” karya sutradara Bani Dwi K dari Masih Timur Film SMA Negeri 1 Purbalingga sebagai Film Terbaik I dan Film Favorit Penonton. Sementara, film “Bumi Masih Berputar” karya sutradara Shella Ardila dari Brownie Film SMA Negeri 2 Purwokerto meraih penghargaan Film Terbaik II.

Pengumuman pemenang yang dilangsungkan di malam penghargaan PFF, Sabtu, 23 Mei 2009, di Aula Hotel Kencana itu, diwarnai dengan pekik para peserta kompetisi dan sorak penonton, yang sebagian menjadi suporter 10 film peserta kompetisi.

Berbeda dari berbagai ajang festival lainnya, puncak ajang yang dilangsungkan sejak Kamis, 21 Mei itu dimeriahkan oleh penyanyi dangdut. “Seluruhnya ada 45 film dari Banyumas Besar, nasional dan internasional yang diputar selama tiga hari,” ungkap Direktur PFF Bowo Leksono.

Penonton PFF mengumpulkan jajak pendapat dan menempatkan “Sandal Jepit” sebagai Film Favorit peraih enghargaan penyelenggara, Cinema Lovers Community (CLC) Award.

Secara terpisah, Dewan Juri yang terdiri dari Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsoed Indaru Setyo Nurprojo, budayawan Purbalingga Teguh Trianton, dan Direktur Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB) Sihar Sinomae, juga menempatkan film tersebut sebagai film terbaik.

“Kualitasnya melompat dari 9 kompetitornya. Ide ceritanya kuat dan orisinil, cara bertuturnya runtut. Saat menonton, saya dibuat tenggelam di dalamnya,” ujar Teguh Trianton.

Dokumentasi Sosial
Indaru mengatakan, seperti yang lain, film yang umumnya karya pemula masih memiliki kekurangan. Namun karya film nyata benar bisa jadi dokumentasi sosial sehingga masing-masing daerah di Banyumas Raya punya karakter sendiri-sendiri.

“Film ini kami pilih karena teknik penceritaan yang unik, disamping keberanian dan kejelian rekan pelajar mengangkat tema homoseksualitas yang memang relevan di Kota Purwokerto,” jelasnya.

Di sisi lain, Dewan Juri memutuskan untuk menambah kategori pemenang di luar yang ditentukan PFF 2009.

Sihar Sinomae menerangkan, hal semacam itu sah terjadi di berbagai festival jika memang juri menemukan hal istimewa.

Film “Nyarutang” karya sutradara Ase Trianto dari SMA Negeri 1 Bobotsari, Purbalingga meraih Penghargaan Khusus Dewa Juri. “Film yang mengangkat kisah preman berhati jujur dari Bobotsari ini memiliki nilai kemanusiaan dan kritik sosial yang lumayan,” jelasnya. (Sigit Harsanto-Suara Merdeka-25 Mei 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar