Senin, 04 Januari 2010

Film, Media Alternatif Memotret Lingkungan


PURWOKETO-Film diharapkan dapat menjadi media alternatif untuk memotret kondisi lingkungan social yang belum pernah terekspos media koran atau televisi. Karena pada kenyataannya, selama ini, media yang ada dinilai kurang kritis dalam menyoroti fenomena sosial.

Pendapat tersebut dikemukakan salah satu pegiat Beranda Budaya, Teguh Trianton yang menghadiri kegiatan pemutaran film di Kedai Telapak, Sabtu (2/1). Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangkaian open house kedai tersebut dan bekerja sama dengan Komunitas Peduli Slamet (Kompleet), Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB) dan Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga, mencoba memotret kondisi alam dan lingkungan dari perspektif pegiat kreatif yang ada di eks Karesidenan Banyumas.

Ia melanjutkan, dua film yang diputar dalam perhelatan tersebut, belum seberapa dalam memotret kondisi pembangunan, yang sedang giat digemborkan pemkab di eks Karesidenan Banyumas.

Direktur CLC Purbalingga, Bowo Leksono mengatakan, selama ini, kesulitan teman-teman kreatif dalam melihat permasalahan disebabkan karena kurang pekanya mereka terhadap kondisi sosial lingkungan sekitar.

Dia mengemukakan, sudah selayaknya permasalahan di lingkungan sekitar bisa diangkat ke dalam bentuk karya yang melihat dari sudut pandang berbeda. “Karena itu, merupakan salah satu bentuk kecintaan juga terhadap kota dengan melihatnya daru sudut pandang kritis”.

Dalam kegiatan tersebut, diputar dua film dari program “Kado buat Kota Tercinta” yang digagas CLC, beberapa waktu lalu. Dua judul film, “Curug oh Curug” dan “Trima Hidup Apa Adanya”, menjadin pemantik diskusi yang diikuti beberapa pegiat kreatif di tempat tersebut.

Salah satu aktifis Kompleet, Jalu mengatakan, beberapa kasus yang terjadi dalam pembangunan sebuah kota dan beberapa tempat hiburan yang ada selama ini, kurang memperhatikan kondisi alam dan penduduk sekitar. *Chandra Iswinarno-Suara Merdeka-Selasa, 5 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar