Jumat, 30 April 2010
Gumelem di Mataku (premiere)
Generasi penerus dengan beragam latar belakang, semestinya cerdik bagaimana “nguri-uri” peninggalan nenek moyang. Tentu, bila bukan generasi muda, siapa lagi? Namun justru di tangan generasi muda inilah sejatinya nasib peninggalan tradisi berada.
Anak-anak muda Banjarnegara yang dimotori pegiat perfilmannya berusaha dengan caranya dalam melestarikan budaya. Dengan mata kamera mereka menangkap realita peninggalan budaya yang tersisa.
Sudah sejak awal tahun hingga memasuki bulan April 2010, beberapa pegiat perfilman di Banjarnegara sepakat melakukan riset di Gumelem, wilayah yang masuk Kecamatan Susukan. Gumelem sendiri adalah daerah yang terbagi menjadi dua desa; yaitu Desa Gumelem Kulon dan Desa Gumelem Wetan.
Gumelem adalah daerah yang menyimpan tumpukan “harta” yang belum banyak tersentuh. Harta peninggalan nenek moyang yang masih sangat mungkin untuk digali, diangkat, dan disejajarkan di zaman modern ini.
Enam Film Dokumenter
Eksotisme Gumelem yang lebih dikenal sebagai desa batik sangat menarik untuk diangkat dalam sebuah media film. Terlebih, terkait pelestarian peninggalan budaya. Realita ini menjadi daya tarik yang kemudian diabadikan dalam film dokumenter.
Berawal dari keinginan Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga yang kemudian mengajak serta pegiat film Banjarnegara untuk memfilmkan batik Gumelem. Hasil dari riset ada sekitar 11 tema terkait eksotisme Gumelem dengan peninggalan-peninggalan budaya dan tradisinya.
Dalam perjalannya dibuatlah program bersama pegiat film Banjarnegara yang tergabung dalam Forum Komunitas Film Banjarnegara kerja bersama CLC dengan mengajak pembuat film muda yang masih duduk di bangku SMA se-Banjarnegara. Program itu berupa produksi film bersama dari tema-tema hasil riset.
Dari 11 tema yang ada, digarap oleh 12 kelompok produksi. Hingga akhir program, terkumpul enam karya film dokumenter. Empat karya dari pelajar SMA dan dua karya pegiat film Banjarnegara lainnya. Karya-karya siap tonton itu akan diputar perdana pada Sabtu, 1 Mei 2010 di Pendapa Bupati Banjarnegara, pukul 19.00 WIB.
Film-film tersebut adalah “Mengintip Jejak Mataram” sutradara Dani Dwijaka Sudrajat produksi Jurnalistik Film Fotografi-Ekskul (JFF) SMA N 1 Sigaluh, “Pendekar Besi” sutradara Anggi Setya Prayoga produksi Pamover Production (SMK N 1 Bawang), “Kisah Keluarga Kerajaan” sutradara M. Khirul Anwar produksi Panchavieker Production (SMK N 1 Bawang), “Lengger Gumelem” sutradara Sugino produksi Komunitas Film Tamsis (SMK Tamansiswa), “Pudarnya Malam di Gumelem” sutradara Rulia Iva Dhalina produksi Baracinema Production, dan “Goresan Anak-Anak Gumelem” sutradara Bowo Leksono produksi GoldWater.
Rabu, 28 April 2010
Menengok Kegiatan Perfilman di Banyumas Raya
Sebagian kalangan menilai perkembangan dunia perfilman Indonesia saat ini jauh dari karakter bangsa. Banyak produk film yang mulai menjauh dari kualitas khususnya pada ide cerita dan penceritaan.
Kecenderungan pola industri (mainstream) yang berusaha mengeruk keuntungan sebesar-besarnya tanpa mengindahkan nilai-nilai edukasi sehingga terasa sulit mengidentifikasi seperti apa sebenarnya wajah perfilman Indonesia. Atau memang seperti itu wajahnya.
Komunitas film atau para pegiat perfilman berbasis komunitas yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia yang berdiri di wilayah sidestream sejatinya turut menyokong perkembangan perfilman di Indonesia. Dari ide-ide cerita maupun kemasan memberi banyak pilihan.
Nilai-nilai lokalitas yang diangkat ke dalam film oleh komunitas-komunitas film itu memberi warna tersendiri. Bisa jadi, industri perfilman di Indonesia semestinya berkaca pada karya film yang dihasilkan para penggiat komunitas film untuk menemukan kembali jatidirinya.
Kegiatan Pelajar Banyumas
Fenomena tersebut menggelitik pihak TV One, salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia untuk merekam kegiatan perfilman berbasis komunitas di wilayah Banyumas Raya dalam kemasan program dokudrama. Bagaimana para penggiat perfilmannya menjunjung konsistensi lokalitas dalam berkarya.
Banyumas Raya, yang terdiri dari empat kabupaten, memiliki kesejarahan dalam turut serta membangun perfilman nasional. Dimotori anak muda, sejak 1999 gerakan perfilman berbasis komunitas di Banyumas telah berdenyut.
Purwokerto yang menjadi ibukota Banyumas mengawali denyut itu yang kemudian merambah wilayah lain seperti Purbalingga, Cilacap, dan terakhir Banjarnegara. Mulai dari mahasiswa hingga pemuda kampung kemudian mempengaruhi para pelajarnya.
Saat ini, semangat para pelajar menjadi basis kekuatan perfilman di Banyumas Raya. Ini pula yang menjadi bidikan stasiun televisi swasta itu dalam menjadikan para pelajar Banyumas sebagai subyek utama.
Saat tim TV One menyambangi Banyumas, para pelajar SMA di Purbalingga dan Cilacap sedang memasuki tahap produksi film sebagai rangkaian program workshop film yang digelar rutin oleh Cinema Lovers Community dan Sangkanparan.
Para pelajar itu, seperti halnya yang dilakukan generasi sebelumnya, menggarap film berlatar lokal Banyumasan. Dari mulai dialek hingga persoalan kehidupan masyarakatnya. Film-film seperti ini yang kemudian menjadi ciri khas film Banyumasan.
Film-film Banyumasan yang ada, telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di luar dan di Banyumas sendiri. Apakah produk film Banyumasan yang berusaha konsisten dalam mengangkat nilai-nilai lokal juga akan mampu menjadi dasar karakter film Nasional? Semoga!
Minggu, 25 April 2010
Penyutradaraan
Apa itu sutradara? Definisi atau arti yang mudah bagi seorang sutradara adalah dalang. Apa tugasnya? Tugas sutradara adalah mengatur atau mengarahkan. Apa yang diarahkan/diatur? Bila dalam pertunjukan wayang, dalang tidak hanya bertugas mengatur wayang namun juga bertanggung jawab terhadap keseluruhan pertunjukan wayang itu.
Demikian pula sutradara pada pembuatan atau produksi sebuah film. Sutradara film tidak hanya bertugas mengatur pemain (untuk film dokumenter disebut subyek atau narasumber) tapi juga bertanggung jawab terhadap keberlangsungan dan keberhasilan produksi film tersebut.
Membagi Tim Kerja (Manajemen Produksi)
Sebenarnya tugas dalam pembagian tim kerja atau tim produksi bukan semata tanggung jawab seorang sutradara, karena ada posisi selain sutradara yaitu Produser. Dan produser ini lebih bertanggung jawab terhadap tim produksi dari film dokumenter itu sendiri.
Karena produser lah yang memiliki fungsi dan tugas manajerial, mengatur segala hal terkait manajemen produksi. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan seorang sutradara juga merangkap sebagai seorang produser atau jabatan-jabatan lain.
Tim produksi film dokumenter tidaklah serumit pada produksi film fiksi atau cerita. Artinya secara kuantitas atau jumlah juga tidak sebanyak film fiksi. Tim produksi ini sebagai penggerak sebuah produksi film.
Rencana Kerja
Secara garis besar, terdapat tiga kegiatan utama dalam memproduksi sebuah film yaitu tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Pra produksi adalah kegiatan-kegiatan awal sebelum masuk produksi atau pengambilan gambar. Sementara pasca produksi adalah tahap kegiatan setelah pengambilan gambar seperti editing.
Semua kegiatan atau tahapan kerja produksi yang kemudian diterapkan dalam jawal kegiatan dipimpin oleh seorang produser dengan kesepakatan seluruh anggota tim produksi.
Persiapan Peralatan
Apa saja peralatan yang dibutuhkan dalam membuat/memproduksi film dokumenter? 1. alat tulis; 2. alat perekam suara; 3. kamera foto; 4. kamera video; 5. Tripod; 6. clip on/wireless atau mic (bila ada); 7. lampu (bila dibutuhkan); 8. komputer editing
Teknis Lapangan
Karena dalam hal ini yang kita bicarakan adalah penyutradaraan dalam film dokumenter, maka salah satu tugas penting seorang sutradara film dokumenter adalah Mengarahkan Wawancara. Mengapa penting? Karena ternyata wawancara menjadi inti dari sebuah film dokumenter.
Pengertian wawancara di sini adalah dalam arti luas. Tidak sekedar mengobrol (formal) dengan subyek yang kemudian direkam. Namun juga menyangkut keahlian melakukan pendekatan kepada subyek secara mendalam.
Karena itu, seorang sutradara dokumenter harus mempunyai mental, keberanian, dan keahlian dalam mendekati dan menguasai subyek. Sementara sebagai modal awal dari keberanian itu adalah pengetahuan cukup yang kita peroleh dari hasil riset terhadap subyek film yang akan dibuat.
Dari hal-hal tersebut di atas, diharapkan bahkan diharuskan akan memunculkan rasa saling percaya antara pembuat film dengan subyeknya. Karena itulah wawancara menjadi pondasi dalam sebuah film dokumenter.
Oleh Bowo Leksono l Disampaikan saat Workshop Video Kampung l Cilacap, 21 April 2010
DATABASE THL TBPP BANYUMAS
"http://www.w3.org/TR/html4/loose.dtd">
S1 | ||
NO | NAMA | WILAYAH KERJA |
1 | Agus Hidayat, S,P | Desa Banjarparakan, |
Desa Tambaknegara, | ||
Kecamatan Rawalo | ||
2 | Agustina Retnaningtyas | Desa Margasana, |
Desa Gentawangi, | ||
Kecamatan Jatilawang | ||
3 | Aji Sasongko, S.P | Desa Kemutug Kidul, |
Kecamatan Baturaden | ||
4 | Aviv Ayun P, S.P | Desa Panembangan, |
Kecamatan Cilongok | ||
5 | Catam, S.Pt | Desa Pancasan, |
kecamatan Ajibarang | ||
6 | Desyta Herawati, S.P | Desa Karangrau, |
Desa Karang Nanas, | ||
Kecamatan Sokaraja, | ||
7 | Hafidz Arianto, S.P | Desa Pliken, Desa Purbadana, |
Kecamatan Kembaran | ||
8 | Heri Akhmadi, S.P | Desa Kutaliman, Desa Melung, |
Kecamatan Kedungbanteng | ||
9 | Kanti Yualita, S.P | Desa Kebokura, |
Kecamatan Sumpiuh | ||
10 | M. Arief Hidayat, S.Pt | Desa Sumampir, Desa Grendeng, |
Kecamatan Purwokerto Utara | ||
11 | Miswanto, S.P | Desa Jurangbahas, |
Desa Banteran, | ||
Kecamatan Wangon | ||
12 | Mukh. Arifudin, S.P | Desa Karangmangu, |
Kecamatan Baturaden | ||
13 | Paryanto, S.P | Desa Kalicupak Lor, |
Desa Kalisogra Wetan, | ||
Kecamatan Kalibagor | ||
14 | Siti Minarsih, S.P | Desa Kalisari, |
Kecamatan Cilongok | ||
15 | Subagyo, Ir. | Desa. Paningkaban, |
Desa Karang Kemojing | ||
Kecamatan Gumelar | ||
16 | Sugiyanto, S.P | Desa Kalisalak, |
Kecamatan Kebasen | ||
17 | Supriyanto | Desa Notog, |
Kecamatan Patikraja | ||
18 | Titik Windiarti, S.P | Desa Karang Cegak, |
Desa Kawung Carang, | ||
Kecamatan Sumbang | ||
19 | Ulya Rahmawati, S.P | Desa Karangwangkal, |
Desa Purwanegara, | ||
Kecamatan Purwokerto Utara | ||
20 | Wahyu Nugroho, S.P | Desa Kalitapen, Desa Kaliwangi, |
Desa Karangtalun Lor, | ||
Kecamatan Purwojati | ||
21 | Yuli Fatiah, S.P | DesaPurwokerto Kidul, |
Desa Purwokerto Kulon, | ||
Kecamatan Purwokerto Selatan | ||
D3 | ||
NO | NAMA | WILAYAH KERJA |
1 | Abdul Aziz | Desa Sunyalangu, |
Kecamatan Karanglewas | ||
2 | Anggoro Hendri P. | Desa Watuagung, |
Kecamatan Tambak | ||
3 | Apri Setiyadi | Desa Sidabowa, |
Kecamatan Patikraja | ||
4 | Ary Basri Okviantoro | Desa Sirau, |
Kecamatan Kemranjen | ||
5 | Aulia R. Budiharto | Desa Karangpucung, |
Desa Berkoh, | ||
Kecamatan Purwokerto Selatan | ||
6 | Avrilia Sukowati | Desa Silado, Desa Karang Turi, |
Kecamatan Sumbang | ||
7 | Daniel Sukoco | Desa Karanganyar, |
Kecamatan Patikraja | ||
8 | Desi Antopo | Desa Banjaranyar, |
Kecamatan Sokaraja | ||
9 | Dian Adha Sari | Desa Kedunggede, |
Kecamatan Lumbir | ||
10 | Fani Handayani | Desa Kebumen, |
Kecamatan Baturaden | ||
11 | Indrawati | Desa Karanggayam, |
Desa Canduk, | ||
Kecamatan Lumbir | ||
12 | Juni Adi Saputra | Desa Kaliputih, |
Desa Karangmanggu, | ||
Kecamatan Purwojati | ||
13 | Lina Romanti | Desa Ketenger, |
Kecamatan Baturaden | ||
14 | Lintang Perwitasari | Desa Jipang, |
Kecamatan Karanglewas | ||
15 | M. Arifin Muflih | Desa Pasir wetan, DesaPasir Lor, |
Desa Karanggude, | ||
Kecamatan Karanglewas | ||
16 | M. Budi Kurniawan | Desa. Karanglewas Lor, |
Desa Bantarsoka, Desa Kober | ||
Kecamatan Purwokerto Barat | ||
17 | Muhamad Iqbal | Desa Srowot, |
Kecamatan Kalibagor | ||
18 | Rahayu Puji Lestari | Desa Batuanten, Desa Cipete, |
Kecamatan Cilongok | ||
19 | Reni Kristyanti | Desa Purwokerto Wetan, |
Kecamatan Purwokerto Timur | ||
20 | Rizal Sihaloho | Desa Lesmana, |
Kecamatan Ajibarang | ||
21 | Saiq Muamil | Desa Kemiri |
Kecamatan Sumpiuh | ||
22 | Slamet Pambudi | Desa Bojongsari, Desa Karangsari, |
Desa Karang Tengah, | ||
Kecamatan Kembaran | ||
23 | Sunarti | Desa Selandaka, |
Kecamatan Sumpiuh | ||
24 | Tarno | Desa Kebocoran, |
Kecamatan Kedungbanteng | ||
25 | Tri Angga Wicakseno | Desa Sokaraja Kidul, |
Kecamatan Sokaraja | ||
26 | Tri Susanti | Desa Kedungwringin, |
Desa Pekuncen | ||
Kecamatan Jatilawang | ||
27 | Tri Syamsiningsih | Desa Pasir Kidul, Desa Rejasari, |
Desa Pasir Muncang, | ||
Kecamatan Purwokerto Barat | ||
28 | Yoyok Dani Jatmiko | Desa Gandatapa, Desa Sikapat, |
Kecamatan Sumbang | ||
29 | Yuli Hariyadi | Desa Kramat, |
Desa Purwodadi | ||
Kecamatan Kembaran | ||
30 | Yusuf Bahtiar | Desa Pekaja, |
Kecamatan Kalibagor | ||
SMA | ||
NO | NAMA | WILAYAH KERJA |
1 | Adi Hartanto | Desa Karang Sari, |
Kecamatan Kebasen | ||
2 | Aris Yuli Widodo | Desa Diasa Kulon |
Kecamatan Somagede | ||
3 | Bayu Rediasto | Desa Banteran |
Desa Banjarsari Wetan | ||
Kecamatan Sumbang | ||
4 | Endarto | Desa Kalikesur |
Kecamatan Kedungbanteng | ||
5 | Indra Wijakseno | Desa Pasinggangan, |
Kecamatan Banyumas | ||
6 | Kartun Kartono | Desa Kasegeran |
Kecamatan Cilongok | ||
7 | Kasirun | Desa Wlahar Wetan |
Kecamatan Patikraja | ||
8 | Kuswarti | Desa Somagede |
Kecamatan Somagede | ||
9 | Nasirin | Desa Gerduren, Desa Kali Urip, |
Desa Karang Talun Kidul, | ||
Kecamatan Purwojati | ||
10 | Nurkholis | Desa Sokawera |
Kecamatan Somagede | ||
11 | Ribut | Desa Tipar |
Kecamatan Ajibarang | ||
12 | Sidin | Desa Gancang |
Desa Kedung Urang | ||
Kecamatan Gumelar | ||
13 | Sri Mulyani | Desa Pernasidi |
Kecamatan Cilongok | ||
14 | Sugianto | Desa Klinting |
Kecamatan Somagede | ||
15 | Sukmono Aji | Desa Pamijen, |
Desa Kedondong | ||
Kecamatan Sokaraja | ||
16 | Tri Yulianto | Desa Cikawung |
Desa Cibangkong | ||
Kecamatan Pekuncen | ||
17 | Wardoyo | Desa Purwodadi |
Kecamatan Tambak | ||
18 | Yogan | Desa Pakunden |
Kecamatan Banyumas | ||
Senin, 19 April 2010
SMA Negeri 1 Purbalingga Garap “Menuju Titik Terang”
Keinginan anak acapkali tidak berbanding lurus dengan orang tua. Apa yang dicitakan oleh anak, bukan apa yang diidamkan orang tuanya. Begitu seterusnya. Sehingga apapun yang dilakukan anak, selalu tidak tepat dan selalu salah. Mental mengekang orang tua, meski di jaman modern yang serba keterbukaan dan bebas pilihan ini, masih ditemukan sisa-sisanya.
Demikian tema film pendek fiksi yang tengah digarap anak-anak film SMA Negeri 1 Purbalingga. Selama tiga hari pengambilan gambar dengan jeda sepekan untuk menjalankan rutinitas ulangan tengah semester, mereka tetap bersemangat menyelesaikan karya berjudul “Menuju Titik Terang” hingga produksi usai.
“Syuting dilakukan setiap akhir pekan hingga larut malam. Capek tapi mengasikkan,” ujar Desi pemeran Ave di film tersebut. Tidak hanya pemain, yang juga melibatkan bapak dan ibu guru mereka, kru yang keseluruhan masih duduk di bangku kelas X pun tetap bersemangat meski hari-hari pengambilan gambar diwarnai hujan.
Di bawah bendera Masih Timur Film, pembuat film muda ini melanjutkan tradisi membuat film generasi sebelumnya. Setiap generasi mempunyai karakter dan gaya tersendiri dalam menghasilkan karya film.
Kegelisahan Penulis
Skenario “Menuju Titik Terang” ini ditulis oleh Elma Sulistiya Ningrum yang sekaligus menyutradarainya. Skenario film pendek ini berangkat dari salah satu cerita pendek (cerpen) yang sudah cukup lama ditulis Elma.
“Selain cerpen, cerita ini saya tulis juga dalam bentuk naskah drama. Namun, belum sempat dipentaskan, baru berhasil difilmkan. Kami bingung, karna di Purbalingga ruang untuk seni drama tidak seluas film,” ungkap Elma.
Sebuah karya adalah kegelisahan sang penulisnya, seperti halnya Elma, yang merasa gelisah dengan orang tua yang selalu memaksakan kehendak pada anak-anaknya. Ia mengartikan orang tua tidak dalam arti yang sempit.
“Orang tua dalam cerita saya tidak terbatas yang ada di rumah. Tapi juga di sekolah. Kami kerap merasa terkekang dengan aturan-aturan sekolah tanpa kami bisa berbuat apa-apa. Dengan sekolah yang menuntut semua bidang bisa saja sudah satu wujud pengekangan,” tutur Elma.
Elma adalah salah satu contoh dari banyak contoh anak-anak sekolah di Indonesia yang merasa pemaksaan kehendak dari pihak orang tua. Apakah orang tua di rumah, sekolah, atau di lingkungan yang lain.
Sebagai anak muda yang progresif tentu sensitifitas terhadap apa yang terjadi di lingkungannya akan ditangkap dengan berbagai cara. Dan berkarya dalam bentuk apapun adalah salah satunya. Berkarya adalah cara bijak anak muda sebagai wujud pelampiasan dibanding cara lain yang negatif dan cenderung merugikan orang lain.
Senin, 12 April 2010
IKUT BERBAHAGIA (WEDDING))
WEDDING
Lantunan Cinta Tri Winarto kepada Sang Putri Avriliani Retnowati
1 pohöN bs jd HuTAN.
1 seNyumaN bs jd /HATiAN.
1 seNtuhAN bs jd Hal yg TAk TrlupAkAN
1 orANg sprTimu
bs jd rebutAN
Lantunan Cinta Hafidz Arianto kepada Adinda Avriliana Sukowati
burung butuh sayap agar dia bs terbang dgn sempurna!!
aku butuh kamu tuk ngejalanin hidup ni&buat semuanya jd sempurna…
setiap hari ku peluk kamu dihati aku…1x aku dilahirkan
1x aku hidup
1x aku akan mati
1 ayahku & 1 ibuku
1 cintaku…itu kmu…
Cerita ini hanya fiktif belaka kalo ada kesamaan nama dan identitas itu hanyalah hayalan semata he..he...PIS
Temen-temen THL Banyumas hanya bisa berkirim Doa, semoga dengan membina hubungan kejenjang pernikahan dapat menjadi awal membina hubungan yang lebih baik lagi and cepet dikasih momongan ya.... Eit gak ketinggalan bagi yang belum nikah nie, gak ketinggalan semoga cepet nyusul ke panggung pelaminan and ditunggu undanganya ya...
Minggu, 11 April 2010
Pelajar SMK Negeri 1 Purbalingga Syuting Film “Aku Bukan Malinkundang”
Para pelajar yang didominasi perempuan itu asik berkumpul di sebuah panggung di pelataran SMP Negeri 3 Purbalingga. Ya, mereka sedang mempersiapkan sebuah pementasan drama. Lebih dari itu, pementasan drama bertajuk “Malinkundang” adalah bagian dari satu adegan produksi film pendek fiksi.
Adalah SMK Negeri 1 Purbalingga yang sedang memproduksi sebuah film pendek berjudul “Aku Bukan Malinkundang”. Syuting film dilakukan selama dua hari, Sabtu-Minggu, 10-11 April 2010 dengan mengambil tiga titik lokasi, yaitu Jl. Jend. Sudirman, Jl. Arsantaka, dan pelataran SMP Negeri 3 Purbalingga.
Selama ini, SMK Negeri 1 Purbalingga berharap lahir karya film pendek dari siswa-siswinya. “Seusai workshop bersama CLC, kami mempersiapkan praproduksi sekitar satu bulan,” tutur Dewi Prahesti, sang sutrdara.
Dewi dan teman-teman satu kelompok berharap, setelah karya film mereka jadi, akan memancing teman-teman lain dan generasi di bawahnya berkarya dan berkarya. “Semoga karya kami juga memancing pihak sekolah untuk mengadakan ekskul film, syukur membuka jurusan broadcast,” harapnya.
Terjemahan Bebas
Skenario film ditulis Alfy Aulia yang sudah duduk di kelas XII. Sang penulis menerjemahkan secara bebas cerita rakyat Malinkundang. Malin yang diperankan oleh Yuliana adalah tokoh utama dalam cerita film itu. Ia memiliki hobi bermain drama.
Dalam skenario itu, Malin sedang mempersiapkan sebuah drama yang berkisah seorang anak durhaka pada orang tuanya. Kisah ini, oleh sang penulis, dibenturkan dengan kehidupan nyata si pemeran utama bahwa Malin pun mengalami hal serupa. Malin juga bertindak durhaka pada orang tuanya.
“Saya sudah mempersiapkan cerita ini hampir setahun. Saya merasa bahagia, di hari-hari terakhir sekolah, bisa mempersembahkan yang terbaik buat sekolah saya,” ungkap Aulia. Aulia mempunyai harapan, adik-adik kelasnya akan tumbuh generasi penulis cerita yang mampu diapresiasi banyak orang.
Bersitegang dengan Pihak Sekolah
Pada hari pertama syuting, anak-anak film itu sempat bersitegang dengan pihak sekolah. Lantaran, mereka tidak berhasil memegang kamera sekolah. Padahal, proposal dan surat peminjaman sudah mendapat persetujuan kepala sekolah dan guru pembina OSIS.
“Kami sangat kecewa. Ini kejadian yang kedua kali. Pertama saat kami menggelar workshop beberapa bulan lalu,” tutur Agus Purnomo, salah satu pegiat film di SMK itu. Rasa kecewa hinggap pada anak-anak yang baru pertama kali mau memproduksi karya film pendek itu.
Meskipun masuk hari kedua anak-anak itu berhasil memboyong kamera sekolah, namun tidak dilengkapai peralatan lain seperti tripod dan lampu untuk berproduksi. Akhirnya, kelengkapan alat difasilitasi Cinema Lovers Community. “Bisa saja dari awal kami memfasilitasi anak-anak itu. Tapi kami ingin memberdayakan peralatan sekolah agar kelak, generasi pembuat film di SMK itu tidak repot dalam mengakses peralatan yang ada,” tutur pegiat CLC Nanki Nirmanto. @laeli
Jumat, 02 April 2010
Corat Caret THL Kec KALIBAGOR
Artikel Kecamatan Kalibagor bisa dilihat disini Corat-caret THL Kec Kalibagor
kalo ingin mendownlod file tersebut disini Coret-caret THL Kec Kalibagor.pdf