Rabu, 28 April 2010
Menengok Kegiatan Perfilman di Banyumas Raya
Sebagian kalangan menilai perkembangan dunia perfilman Indonesia saat ini jauh dari karakter bangsa. Banyak produk film yang mulai menjauh dari kualitas khususnya pada ide cerita dan penceritaan.
Kecenderungan pola industri (mainstream) yang berusaha mengeruk keuntungan sebesar-besarnya tanpa mengindahkan nilai-nilai edukasi sehingga terasa sulit mengidentifikasi seperti apa sebenarnya wajah perfilman Indonesia. Atau memang seperti itu wajahnya.
Komunitas film atau para pegiat perfilman berbasis komunitas yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia yang berdiri di wilayah sidestream sejatinya turut menyokong perkembangan perfilman di Indonesia. Dari ide-ide cerita maupun kemasan memberi banyak pilihan.
Nilai-nilai lokalitas yang diangkat ke dalam film oleh komunitas-komunitas film itu memberi warna tersendiri. Bisa jadi, industri perfilman di Indonesia semestinya berkaca pada karya film yang dihasilkan para penggiat komunitas film untuk menemukan kembali jatidirinya.
Kegiatan Pelajar Banyumas
Fenomena tersebut menggelitik pihak TV One, salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia untuk merekam kegiatan perfilman berbasis komunitas di wilayah Banyumas Raya dalam kemasan program dokudrama. Bagaimana para penggiat perfilmannya menjunjung konsistensi lokalitas dalam berkarya.
Banyumas Raya, yang terdiri dari empat kabupaten, memiliki kesejarahan dalam turut serta membangun perfilman nasional. Dimotori anak muda, sejak 1999 gerakan perfilman berbasis komunitas di Banyumas telah berdenyut.
Purwokerto yang menjadi ibukota Banyumas mengawali denyut itu yang kemudian merambah wilayah lain seperti Purbalingga, Cilacap, dan terakhir Banjarnegara. Mulai dari mahasiswa hingga pemuda kampung kemudian mempengaruhi para pelajarnya.
Saat ini, semangat para pelajar menjadi basis kekuatan perfilman di Banyumas Raya. Ini pula yang menjadi bidikan stasiun televisi swasta itu dalam menjadikan para pelajar Banyumas sebagai subyek utama.
Saat tim TV One menyambangi Banyumas, para pelajar SMA di Purbalingga dan Cilacap sedang memasuki tahap produksi film sebagai rangkaian program workshop film yang digelar rutin oleh Cinema Lovers Community dan Sangkanparan.
Para pelajar itu, seperti halnya yang dilakukan generasi sebelumnya, menggarap film berlatar lokal Banyumasan. Dari mulai dialek hingga persoalan kehidupan masyarakatnya. Film-film seperti ini yang kemudian menjadi ciri khas film Banyumasan.
Film-film Banyumasan yang ada, telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di luar dan di Banyumas sendiri. Apakah produk film Banyumasan yang berusaha konsisten dalam mengangkat nilai-nilai lokal juga akan mampu menjadi dasar karakter film Nasional? Semoga!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar