Kamis, 12 Januari 2012

Pelajar SMAN 2 Purbalingga Garap Dokumenter Pencemaran


Kemegahan pabrik-pabrik yang berdiri di wilayah kota Purbalingga telah mengusik pelajar SMA Negeri 2 Purbalingga untuk berkeliaran ke bagian belakang pabrik. Membuktikan apakah benar megah di depan megah pula di bagian belakang?

Pembuktian itu berupa riset lapangan tentang kebenaran terjadinya pencemaran lingkungan dari limbah pabrik. Kenyataannya bahwa hampir setiap pabrik dibangun berdekatan dengan aliran sungai.

Para pelajar itu tidak sedang mengerjakan tugas sekolah karena bisa dibilang tidak pernah ada tugas yang menuntut atau melatih siswa belajar riset. Mereka melakukan riset untuk kebutuhan produksi film dokumenter.

“Setelah melakukan riset data sekunder yang diperoleh dari internet, buku dan koran, kami olah data itu kemudian baru turun ke lapangan. Termasuk mencari kemudian ngobrol dengan para narasumber,” ungkap Ii Harnenis, salah satu tim riset yang sekaligus bertindak sebagai sutradara film dokumenter ini.

Pelajar yang tergabung dalam Brankas Film ini melakukan riset data sekunder dan data primer dengan jalan turun ke lokasi lebih dari dua bulan. Kemudian seluruh tim merumuskan skrip dengan satu orang yang bertanggung jawab sebagai penulis skrip.

“Skrip film dokumenter tetap diperlukan agar saat produksi atau pengambilan gambar ada pedomannya, meskipun skrip bisa berkembang dengan ditemukannya data-data baru dan narasumber baru. Kami merasa membuat film soal pencemaran limbah pabrik ini bisa sangat panjang waktunya, persoalannya lumayan ruwet,” tutur Ambaruny Aryo yang bertugas sebagai penulis skrip.

Resiko Mengambil Gambar
Visual dalam film ini akan didominasi stok gambar yang diambil dari lokasi belakang pabrik. Meski demikian, bukan tanpa resiko. Beberapa pabrik bahkan untuk mencapai bagian belakang harus melewati dalam pabrik itu sendiri.

Ridho Agung Nugroho dan Firoh Pebriyani yang bertugas mengoperasikan kamera mengatakan saat pra produksi atau riset lapangan tidak begitu merasa khawatir karena saat bertemu dan ditanya orang pabrik masih bisa beralasan untuk kebutuhan tugas sekolah. “Saat produksi kami sudah menenteng kamera. Harus hati-hati tentunya,” ujar Ridho.

Produksi film yang memakan waktu suting sekitar sebulan ini sudah dalam tahap editing dan dipersiapkan masuk Festival Film Purbalingga 2012 untuk beradu dengan film-film dokumenter karya pelajar se-Banyumas Raya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar