Sabtu, 07 Juni 2008

Lengger Lanang dalam Dokumenter







Kali pertama di wilayah eks-Karesidenan Banyumas, sebuah produksi film dokumenter digarap secara keroyokan. Para sineas dari daerah ngapak-ngapak itu telah menyelesaikan satu produksi film dokumenter bersama tentang “Lengger Lanang”.

Biasanya, kru film dokumenter tidak lebih banyak dari penggarapan genre film fiksi. Sekitar 15 filmmaker terlibat dalam penggarapan Lengger Lanang. Film yang sedang memasuki paskaproduksi ini pun digarap duet sutradara Sigit Harsanto dan Bowo Leksono.

“Kami juga melibatkan teman-teman band, penata artistik dan lampu di teater, serta fotografer. Ini sebuah refleksi kebersamaan pelaku seni yang digawangi anak-anak muda Banyumas,” ujar Sigit.

Tentang Lengger Lanang
Adalah Desa Plana, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, dimana hidup seorang lengger lanang yang kini tinggal meniti hari-hari tuanya. Mbok Dariah, demikian nama lengger lanang itu. Tentu puluhan tahun silam, Dariah muda digandrungi banyak laki-laki. Tak terkecuali kaum perempuan yang memang mengakui kecantikannya.

Kata lengger itu sendiri merupakan istilah dari kalimat ‘diarani leng jebule jengger’ (dikira perempuan ternyata laki-laki). Sejatinya, penari lengger yang asli Banyumas itu memang awalnya seorang laki-laki. Saat itu, peran sebagai perempuan untuk menghindari hal-hal buruk hubungan lawan jenis.

Kini, Lengger Dariah yang mempunyai nama kecil Sadam, tak menyisakan kejayaan masa silam. Keriuhan panggung pentas hanya menjadi cerita kenangan. Dari dirinya dan orang-orang terdekat yang hidup semasanya. bolex

Tidak ada komentar:

Posting Komentar