“Sudah sampai mana? Acara mau dimulai neh!!”. Sebuah sms meluncur dari ponsel milik Direktur Cinema Lovers Community (CLC) Bowo Leksono ke salah satu filmmaker yang malam itu filmnya diputar di ajang Bamboe Shocking Film (BSF) #10.
Balasan tidak lewat sms namun sang filmmaker langsung angkat ponsel dan membalas dengan menelepon. “Maaf Mas, aku ngga ada kendaraan untuk ke Purbalingga. Gimana ya??”. Demikian salah satu alasan yang susah diterima dari salah satu filmmaker.
Ya, gelaran BSF#10 pada Sabtu malam, 13 September 2008 , di Café Bamboe, Jl. Jenderal Sudirman No. 126 Purbalingga ini berjalan tanpa kehadiran satu pun pembuat filmnya. Malam itu, BSF mengusung enam film karya mahasiswa Jurusan Komunikasi Universitas Soedirman (Unsoed) Purwokerto.
Perlu diketahui, waktu tempuh antara kampus Unsoed di Purwokerto dan lokasi gelaran BSF di Purbalingga tak lebih dari satu jam. Perlu kesabaran memang, apalagi saat bulan Ramadhan.
Pengobat Kecewa
Meskipun tanpa kehadiran para pembuat film dari enam film yang diputar (padahal sekitar 40 mahasiswa dalam satu kelas yang terlibat pembuatan film itu), namun gelaran BSF tetap berlangsung.
Bahkan tidak mengurangi kehangatan dan keceriaan di malam Ramadhan itu. Apalagi tenaga volounter termasuk baru di BSF yang berasal dari pelajar SMA Negeri 1 Purbalingga yang berjumlah sembilan anak. Mereka bersemangat mendapatkan pengalaman lain dari yang lain.
Karena baru, Bening dan Dinur yang bertugas sebagai presenter belum mengenal bahwa yang maju di panggung ternyata bukan pembuat film yang malam itu filmnya diputar, tapi anak-anak CLC yang sengaja sekaligus memberi komentar pada film anak-anak Komunikasi Unsoed.
Bening, presenter berparas manis itu tak sekedar pandai bercuap. Ia pun melantunkan sebait lagu dengan suara merdu yang mampu mengobati kekecewaan BSF yang tanpa kehadiran filmmakernya. Bolex
Balasan tidak lewat sms namun sang filmmaker langsung angkat ponsel dan membalas dengan menelepon. “Maaf Mas, aku ngga ada kendaraan untuk ke Purbalingga. Gimana ya??”. Demikian salah satu alasan yang susah diterima dari salah satu filmmaker.
Meskipun tanpa kehadiran para pembuat film dari enam film yang diputar (padahal sekitar 40 mahasiswa dalam satu kelas yang terlibat pembuatan film itu), namun gelaran BSF tetap berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar