Senin, 13 April 2009

Nasib CLC tak Beda Pedagang Kaki Lima


Baliho bertuliskan Purbalingga Film Festival 2009 milik Cinema Lovers Community (CLC) yang baru terpasang di depan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Purbalingga pada Minggu malam (12/4), dicopot paksa Satuan Pamong Praja (Satpol PP) keesokan harinya.

Padahal, izin pemasangan sudah dialamatkan pada Kepala Perpustakaan Umum dan Museum Daerah Kabupaten Purbalingga. Namun, tindakan semena-mena Satpol PP seperti halnya pada pedagang kaki lima pun dialami komunitas film di Purbalingga itu.

Pada malam pemasangan baliho festival film yang hendak digelar pada 21-23 Mei 2009, sudah terjadi cek cok antara pegiat CLC dengan komandan dan beberapa anggota Satpol PP. Baliho berukuran 3 x 4 meter yang sedianya terpasang selepas waktu maghrib pun molor hingga terpasang pada pukul 12.15 WIB.

Sebenarnya, soal surat izin dari Kepala Perpus sudah tidak ada masalah, bahkan komandan Satpol PP pun dengan jelas memberitahu bahwa baliho dengan kegiatan kesenian semacam festival film tidak dipungut pajak.

Bahkan Satpol PP siap membantu bila kantor pajak daerah tetap memungut biaya perizinan. Dan pada festival film tahun lalu, tidak ada masalah dengan pemasangan baliho di depan Perpus itu. Tapi entah kenapa Satpol PP tetap merampok harta milik CLC tersebut.

Ditakdirkan Berseteru
CLC menganggap sudah ditakdirkan berseteru dengan Satpol PP sebagai tangan kanan dari Pemerintah Kabupaten Purbalingga yang selama ini tutup mata pada kegiatan kesenian yang dipandegani anak-anak muda Purbalingga.

Perseteruan CLC dengan Satpol PP (Pemkab Purbalingga) sudah mengakar sejak 2006. Perseteruan ini sebagai representasi aktivitas anak-anak muda Purbalingga yang tidak puas pada pemerintah daerahnya.

Pemasangan baliho di depan Perpustakaan Umum Daerah atau di seputar alun-alun Purbalingga itu sebagai wujud protes CLC pada pemerintah daerahnya yang selama ini tidak bersegera membangun gedung kesenian untuk menampung kreativitas para seniman di Purbalingga.

CLC secara berani dan tanpa kompromi berusaha menembus batas-batas formalitas dan birokrasi yang diciptakan secara kaku. Tidak mudah memang untuk memajukan Purbalingga. Butuh waktu panjang dan merasakan sakit hati yang teramat sangat. bolex

Tidak ada komentar:

Posting Komentar