Minggu, 06 Februari 2011
Ruang Berkreasi Kaum Muda Minim
- Kelas Menulis Dibuka
PURBALINGGA- Ruang yang representatif bagi kaum muda untuk terus berkarya di Kabupaten Purbalingga, dinilai masih minim. Imbasnya, banyak anak muda yang masih berperilaku negatif.
Penilaian tersebut dituturkan Direktur Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga, Bowo leksono, saat pelaksanaan pertemuan perdana program Kelas Menulis di Bioskop Pojokan, Jumat (4/2). Kelas yang dihelat dengan berkerjasama dengan Komunitas Cengloe itu diikuti sekitar 20 peserta.
"Purbalingga tidak ada ruang, karena itu kita memanfaatkan ruang yang ada. Meski minimalis. Padahal, ruang untuk berkreasi bisa meminimalisir perilaku negatif anak muda," ujarnya.
Dikatakan, dengan mengesampingkan keterbatasan yang ada, program kelas menulis tersebut dibuat. Di kelas menulis tersebut, ujar Bowo, menjadi ajang belajar bersama bagi peserta, yang memang datang dari berbagai kalangan. Mulai dari pelajar, mahasiswa, buruh, abdi negara hingga dosen.
Kelas tersebut dibikin agar mampu menjadi ruang penyemangat peserta untuk menggeluti dunia penulisan. Meskipun menulis bisa dilakukan secara personal, lanjut Bowo, peserta tetap membutuhkan waktu dan ruang guna berbagi pengalaman serta ide.
"Dengan banyak ngobrol, jadi banyak yang bisa dibahas dan bisa saling berbagi. Nanti, hasilnya akan sangat berbeda, jika dibanding hanya secara personal," ungkapnya.
Kelas di Bioskop Pojokan, Jl Achmad Nur Kauman (sisi barat pendapa bupati) Purbalingga itu, menurut pegiat Komunitas Cengloe Bangkit Wismo tidak melulu berbicara tentang teknis penulisan. Melainkan, juga terkait proses pemberdayaan.
Dituturkan, dalam proses pembelajaran di kelas menulis itu, peserta bukan hanya mendapatkan materi. Namun, juga bisa memberikan gagasan mengenai proses berjalannya kelas tersebut.
Milik Bersama
Teman-teman peserta, kata Bangkit, akan diajak untuk menuangkan ide yang dimiliknya. Dan ide itu tidak sebatas ide tulisan. "Karena konsep kelas menulis memang digarapkan bisa jadi milik semua peserta. Bukan hanya penyelenggara," jelas dia.
Selain itu, tambah Bangkit, kelas menulis yang digelar tanpa biaya sepeser pun itu, peserta juga diajak untuk mengembangkan jaringan. Pengembangan jaringan tersebut, dimulai dengan mendatangkan mentor-mentor yang berkompeten ke kelas tersebut. "Namun, karena mentor tidak hadir setiap pertemuan, maka itu peserta diharap aktif dalam kelas," ujarnya.
Salah satu mentor, Khadis menuturkan proses menulis adalah sebuah proses untuk lebih cerdas karena menjadikan penulis lebih peka. “Menulis bisa menggerakan semua sel di seluruh tubuh, terlebih menulis bukan hanya butuh kemampuan mengungkapkan kata. Tetapi juga butuh pergaulan dan ngobrol," tuturnya.
Pada pertemuan perdana tersebut, peserta banyak mengajukan pertanyaan mengenai problematika dalam menulis. Seperti tentang pilihan kata, cara mengawali menulis, inspirasi dan orisinalitas ide, mood, serta minimnya dukungan dari orang di sekitar.
"Orang tua tidak support kegiatan menulis, padahal menulisnya saat waktu senggang. Menulis dianggap tidak berguna dan buang-buang waktu," kata salah satu peserta, Silvy Septyani Gumelar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar