Kesempatan kedua, Centre Culturel Francais (CCF)
Tak cuma itu, pemutaran film alternatif yang merupakan rangkaian acara Courts-Circuits (special a’courts d’ecran) juga menyuguhkan pameran, bazaar, dan diskusi film pendek dari Jumat-Minggu, 22-24 Agustus 2008. Dan Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB) turut memeriahkan pameran tersebut.
Hendak Menjadi Dokumenter Panjang
Film “Leng Apa Jengger” yang berdurasi 23 menit ini berkisah tentang satu tradisi di satu waktu di Banyumas, Jawa Tengah. Tradisi itu telah merubah takdir para lelaki menjadi ratu yang paling cantik di tengah para perempuan. Sedari belia, para lelaki terpilih di didik untuk menjadi penari lengger.
Film produksi La Cimplung ini merekam pengalaman pribadi Sadam, bocah lelaki yang setelah dewasa menjadi penari lengger terkenal bernama Dariah. Dan nasib Dariah yang mulai meniti hari-hari tuanya tergambar dalam film berlogat Banyumasan ini.
Namun tampaknya, para pembuat film ini belum merasa selesai dengan garapan yang cukup memakan waktu dalam tahap pascaproduksinya. “Masih banyak momen dan materi yang harus digali dan diambil gambarnya,” ujar Sigit Harsanto. Dalam waktu dekat, pengambilan gambar mulai dilakukan yang juga akan melibatkan tokoh budayawan Banyumas, Ahmad Tohari.
Pameran dan Diskusi
Selain kesempatan pemutaran film, JKFB juga berkesempatan membuka stan pameran film. Di meja JKFB tersedia bermacam souvenir, katalog dan kompilasi film. Termasuk dokumentasi sejarah terbentuknya JKFB berupa foto dan katalog. Selain JKFB, komunitas dari
Selain pemutaran film, juga digelar forum diskusi yang salah satunya mengangkat bahasan tentang “pendokumentasian film” dengan pembicara dari Yayasan Konfiden dan Forum Lenteng.
”Film itu tidak hanya dipoduksi tapi yang juga penting adalah perawatan. Perawatan film itu salah satunya dengan cara data base, baik secara individual maupun komunitas. Dan Konfiden merupakan salah satu badan yang melakukan pendataan dan mendokumentasikan film-film pendek di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar