Setelah terbaik kedua tahun 2007, pegiat film Purbalingga merebut penghargaan film terbaik pertama di Festival Video Edukasi 2008. Duo sutradara Agus Sudiono dan Uswantoro dari Rumah Produksi Glovision memperbaiki peringkat melalui film berjudul “Cuthel”. Film berdurasi 19 menit itu merupakan satu-satunya film Banyumas yang masuk nominasi sekaligus memenangi ajang tahunan ini.
Malam penghargaan oleh Balai Pengembangan Media Televisi (BPMT) Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional itu digelar di Gedung Kesenian Cak Durasim, Surabaya, Jumat, 25 Juli 2008.
Tahun ini film memperebutkan hadiah dua kategori, yaitu pelajar dan umum. Lima puluh enam film dari seluruh Indonesia terdaftar sebagai peserta. “Cuthel” memperoleh penghargaan terbaik kategori umum dan berhak membawa piala serta uang tunai Rp 20 juta.
“Ini film pertama kami yang dibuat tahun 2006. Jadi bukan film baru. Meski berharap menang, penghargaan ini sangat mengejutkan,” ujar asisten sutradara “Cuthel” Heru C. Wibowo.
Inspiratif
Film “Cuthel” diilhami kisah Turnadi, pria yang hanya memiliki satu tangan dan satu khaki.warga sering mengolok-olok sehingga membuat istri dan anaknya marah. Namun Turnadi enggan mengandalkan belas kasihan orang lain. Dia meyakinkan istri dan anaknya agar mensyukuri nikmat Allah.
Ia menjaring ikan dan membuat sangkar burung untuk menyekolahkan buah hatinya. Diyakinkan bahwa pendidikan penting untuk masa depan yang lebih baik. “Kisah Turnadi yang kami angkat memang inspiratif. Kami tergugah untuk memfilmkan. Dulu tak pernah berpikir ikut festival,” tambah Heru.
Setahun sebelumnya pioner film pendek Purbalingga, Bowo Leksono, meraih penghargaan terbaik kedua lewat “Senyum Lasminah”. Saat ini dia bersama Gatot Artanto (Sokaraja) menanti kepastian penggarapan film layar lebar untuk tayang di bioskop dalam ajang “The Body Shop: Documentary Film Competition 2008” dan Kalyana Shira Foundation pimpinan sutradara Nia Dinata.
“Sayang, panitia mengubah jadwal. Pada saat yang sama kami berada di Bali dan Sumba. Meski akan menjadi pengalaman layar lebar pertama bagi film Banyumas, kami tidak bisa mengadakan pertemuan dengan pihak Kalyana Shira Foundation. Padahal kami sudah menyiapkan lokasi shooting di Purbalingga,” ungkapnya. Sigit Harsanto_Suara Merdeka
Malam penghargaan oleh Balai Pengembangan Media Televisi (BPMT) Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional itu digelar di Gedung Kesenian Cak Durasim, Surabaya, Jumat, 25 Juli 2008.
Tahun ini film memperebutkan hadiah dua kategori, yaitu pelajar dan umum. Lima puluh enam film dari seluruh Indonesia terdaftar sebagai peserta. “Cuthel” memperoleh penghargaan terbaik kategori umum dan berhak membawa piala serta uang tunai Rp 20 juta.
“Ini film pertama kami yang dibuat tahun 2006. Jadi bukan film baru. Meski berharap menang, penghargaan ini sangat mengejutkan,” ujar asisten sutradara “Cuthel” Heru C. Wibowo.
Inspiratif
Film “Cuthel” diilhami kisah Turnadi, pria yang hanya memiliki satu tangan dan satu khaki.warga sering mengolok-olok sehingga membuat istri dan anaknya marah. Namun Turnadi enggan mengandalkan belas kasihan orang lain. Dia meyakinkan istri dan anaknya agar mensyukuri nikmat Allah.
Ia menjaring ikan dan membuat sangkar burung untuk menyekolahkan buah hatinya. Diyakinkan bahwa pendidikan penting untuk masa depan yang lebih baik. “Kisah Turnadi yang kami angkat memang inspiratif. Kami tergugah untuk memfilmkan. Dulu tak pernah berpikir ikut festival,” tambah Heru.
Setahun sebelumnya pioner film pendek Purbalingga, Bowo Leksono, meraih penghargaan terbaik kedua lewat “Senyum Lasminah”. Saat ini dia bersama Gatot Artanto (Sokaraja) menanti kepastian penggarapan film layar lebar untuk tayang di bioskop dalam ajang “The Body Shop: Documentary Film Competition 2008” dan Kalyana Shira Foundation pimpinan sutradara Nia Dinata.
“Sayang, panitia mengubah jadwal. Pada saat yang sama kami berada di Bali dan Sumba. Meski akan menjadi pengalaman layar lebar pertama bagi film Banyumas, kami tidak bisa mengadakan pertemuan dengan pihak Kalyana Shira Foundation. Padahal kami sudah menyiapkan lokasi shooting di Purbalingga,” ungkapnya. Sigit Harsanto_Suara Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar