Selasa, 29 November 2011

Gerabah Sambirata Didokumenterkan


Tiga pelajar SMA itu sudah sedari pagi berkeliling di sebuah grumbul dimana sebagian besar penduduk berprofesi sebagai pengrajin gerabah. Dengan menenteng sebuah kamera dan perlengkapan lain, mereka sedang memproduksi sebuah film dokumenter.

Para pelajar itu tergabung dalam ekstrakulikuler sinematografi SMA Negeri Rembang, Purbalingga. Dalam setahun, menjalankan program memproduksi satu film dokumenter. Selebihnya film fiksi dan beberapa karya audiovisual lain.

Heri Afandi yang bertindak sebagai sutradara mengatakan, banyak potensi seni yang dimiliki Kecamatan Rembang. “Kami berusaha menangkap potensi itu lewat film dokumenter agar dikenal masyarakat dan mendapat perhatian secara lebih luas,” ungkap pelajar yang duduk di kelas XI ini.

Setelah memproduksi dokumenter wayang suket (rumput) yang sempat menyabet berbagai penghargaan festival, ekskul yang berdiri tahun 2010 lalu ini giliran mendokumenterkan gerabah warga Grumbul Sambirata, Desa Wanogara Kulon, Kecamatan Rembang, Purbalingga.

Nikmatnya Riset
Tidak semua pelajar berkesempatan melakukan riset (penelitian) dari sekolah mereka. Namun dalam memproduksi sebuah film dokumenter, riset adalah suatu keharusan. Bagian dari tahapan penting membuat dokumenter.

Menurut Sinta Kurniawati, pelajar kelas X, ngobrol dan mengorek informasi warga dengan beragam karakter bukanlah hal muda. “Butuh persiapan mental dan kesabaran. Tapi dalam perjalannya terasa nikmat dan menyenangkan. Kami merasa menjadi bagian dari mereka,” tutur anggota tim dokumenter yang bertindak sebagai penulis skrip.

Banyak persoalan, kata Sinta, yang dialami para pengrajin gerabah yang terungkap selama riset. Mulai dari harga jual gerabah yang murah, regenerasi yang mandek, hingga bantuan pemerintah daerah yang tidak tepat sasaran. “Persoalan-persoalan ini menjadi dasar bagi kami menyusun skrip,” ujar gadis berjilbab ini.

Dokumenter gerabah ini menghabiskan waktu riset selama dua bulan dan produksi lima hari selama kurun waktu dua pekan. Pelajar pembuat film ini harus pandai-pandai mengatur waktu sekolah yang tidak jarang pulang hingga sore hari.

Canggih Setiawan, yang bertugas menjadi kameraman, mengatakan hampir setiap hari, ia dan tim harus menyambangi grumbul yang jaraknya sekitar dua kilometer dari sekolahnya. “Tidak jauh memang, karna program kami mendokumenterkan potensi yang ada di Kecamatan Rembang dimana sekolah kami berada,” kata pelajar kelas XI.

Film yang rencananya berdurasi sekitar 15 menit ini sedang masuk post produksi atau editing. Rencananya akan dikirim ke program Kompetisi Pelajar Banyumas Raya di Festival Film Purbalingga (FFP) 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar