Sabtu, 06 Oktober 2012

Workshop Produksi Film SMAN 1 Bukateja Purbalingga



Film yang baik adalah film dengan isi cerita dan pesan yang baik serta didukung teknis penyajian yang baik pula. Itulah kesimpulan dari workshop produksi film pendek Sabuk Cinema ekstrakulikuler sinematografi SMA Negeri 1 Bukateja Purbalingga.

Selama dua hari, 6-7 Oktober 2012, ekskul yang tergolong baru ini menggelar workshop di lingkungan sekolah mereka. Dengan fasilitator Cinema Lovers Community (CLC), para pelajar tak hanya dikenalkan teknis-teknis produksi film pendek tapi juga bagaimana tahapan menulis cerita hingga menjadi sebuah skenario film.

“Saya biasanya menulis cerpen dan beberapa kali naskah drama untuk tugas sekolah. Tapi saat belajar menulis skenario film, agak berbeda karena harus membayangkan dengan lebih detil adegan-adegannya,” ungkap Mei Erawati, siswi berparas manis yang masih duduk di kelas X ini.

Dibutuhkan para pelajar yang mempunyai referensi bacaan kuat dan pengamalan menonton film-film pendek sebanyak-banyaknya. Selain itu, kepekaan terhadap lingkungan sekitar dibutuhkan agar pelajar mampu menyuguhkan cerita sederhana dan dekat dengan kehidupan mereka.

Ekskul Baru
Kegiatan perfilman di SMAN 1 Bukateja Purbalingga sudah ada setahun silam. Baru tahun pelajaran ini secara resmi menjadi ekstrakulikuler sinematografi. Sebelumnya, masih digabung dengan ekskul sastra di sekolah itu.

Pembina ekskul sinematografi Meinur Diana Irawati, S.Pd mengatakan sekolah mendukung berdirinya ekskul yang sebelumnya bergabung dengan ekskul sastra. “Kami juga tidak mau ketinggalan dengan sekolah-sekolah lain yang sudah lebih dulu memiliki kegiatan perfilman untuk wadah kreasi dan ekspresi siswa,” ujar guru pengampu mata pelajaran ekonomi ini.

Selama setahun berproses, para pelajar di SMA itu telah melahirkan satu karya film pendek fiksi berjudul “Jono Berlari”. Film berdurasi sekitar 7 menit itu sempat menyabet predikat film fiksi terbaik Festival Film Pelajar Indonesia 2012.

Pegiat CLC Nanki Nirmanto mengungkapkan sudah saatnya pelajar Purbalingga bisa membuat film, tidak sekedar menjadi konsumen tayangan-tayangan sinetron di televisi. “Harapannya, pelajar Purbalingga bisa bilang dengan bangga bahwa mereka mampu membuat film yang lebih baik dengan mengangkat lokalitas yang kuat,” tutur mahasiswa ilmu politik Unsoed Purwokerto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar