Sabtu, 05 Desember 2009

Film Pendek Purbalingga di Malam Puncak GIMM


PURBALINGGA-Malam puncak Ganesha Film festival (Ganffest) Indie Movie Movement (GIMM), yang merupakan salah satu rangkaian pre-event Ganffest, akan memutar film karya sineas Purbalingga Minggu Malam (6/12). Kegiatan tersebut rencananya akan dilaksanakan di Common Room, Bandung.

Empat film dari Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga yang akan diputar pada acara tersebut antara lain, Adu Jago, Sekitar Midnight, Nyarutang, dan Sandal Jepit. Pada perhelatan yang dimulai sejak 30 Oktober 2009, karya tersebut akan diputar bersama dua film dokumenter karya Daniel Rudi dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Direktur CLC Purbalingga, Bowo Leksono mengungkapkan Bandung sebenarnya merupakan salah satu kota yang sangat penting untuk perkembangan seni dan budaya, termasuk film. “Bahkan film Indonesia yang pertama kali, lahir di Bandung,” ujarnya, kemarin.

Karena itulah, menurutnya, menjadi penting untuk memperkenalkan film Purbalingga yang bercorak Banyumasan di tanah Sunda secara terus-menerus. “Minimal agar mereka bisa mengetahui corak film banyumasan yang mempunyai kekhasannya sendiri dan menambah referensi mereka juga,” katanya.

Ia berharap dengan diputarnya film-film karya anak Purbalingga di banyak kota dapat memicu sineas Purbalingga untuk terus mengembangkan karyanya. “Hal ini membuktikan bahwa film pendek dari Purbalingga telah diapresiasi secara luas di berbagai daerah. Semoga dengan adanya ini, bisa menjadi semangat baru bagi pembuat film di Purbalingga untuk bisa terus berkarya,” tuturnya.

Menurut koordinator Roadshow Ganffest Elora Rini Hapsari, GIMM merupakan lanjutan dari program roadshow Ganffest yang dilakukan di dua kota. Perhelatan Ganffest rencananya akan diselenggarakan pada Febuari 2010 di Bandung. “Setelah melakukan pemutaran keliling di Purbalingga dan Yogyakarta, kami melanjutkannya dengan GIMM yang merupakan roadshow di dalam Kota Bandung,” ujarnya saat dihubungi lewat telepon.

Roadshow yang dilakukan di dalam kota ini, menurutnya, dilakukan berpindah-pindah di beberapa tempat. Kegiatan terebut, dilakukan sebagai upaya sosialisasi Ganffest yang diselenggarakan dua tahun sekali oleh Liga Film Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (LFM ITB).

Saat disinggung dipilihnya empat film dari Purbalingga tersebut, ia mengungkapkan dalam kegiatan apresiasi di GIMM juga menjadi ajang bagi komunitas di Bandung untuk mengenal film dari luar Bandung. “Sebenarnya dari tiga kali pemutaran sebelumnya, kebanyakan memutar film karya anak Bandung. Kemudian sejak pemutaran keempat sampai terakhir, sengaja memutar karya dari sekolah film, dalam hal ini IKJ, dan teman dari komunitas yang kami anggap paling jauh, yakni CLC Purbalingga,” katanya.

Selain untuk pemutaran keliling di dalam kota, menurutnya, ajang ini juga menjadi tempat silaturahmi antar komunitas film yang ada di Bandung. Dalam acara tersebut, jelasnya, semua komunitas yang ada di Bandung diundang untuk mengapresiasi film dan juga untuk mengetahui perkembangan komunitas film. (Chandra Iswinarno-Suara Merdeka-Sabtu, 5 Desember 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar