Jumat, 21 Mei 2010
Melihat Kita
Pengantar Festival Film Purbalingga 2010
Ini adalah tahun keempat penyelenggaraan Festival Film Purbalingga. Sebagai sebuah festival film kecil, di kota kecil, bukan suatu usaha kecil-kecilan untuk terus bisa menjaga semangat agar festival terus berjalan, terlebih menyemangati generasi muda Banyumas untuk terlibat dalam bentuk apapun.
‘Melihat Kita’ adalah sebuah ajakan untuk melihat dan menilai kembali kejadian-kejadian disekitar kita dalam aspek sosial dan budaya. Kejadian-kejadian ini bisa jadi merupakan narasi kecil keseharian di sekeliling kita, maupun dalam konteks yang lebih besar.
Tema ini akan merangkai program film yang akan disajikan dalam Festival Film Purbalingga 2010, ditambah dengan beberapa program khusus seperti presentasi, pameran, dst, yang merupakan satu rangkaian utuh Festival Film Purbalingga 2010.
19 film pendek fiksi, 12 film pendek dokumenter, karya siswa SMA dari penjuru Banyumas Raya terdaftar dalam seleksi kompetisi Festival Film Purbalingga 2010. Catatan dihasilkan dari kehadiran film-film kompetisi film pendek fiksi dan dokumenter SMA se-Banyumas Raya.
Televisi tampaknya masih (harus) menjadi musuh bersama (dan utama). Dari sekian karya fiksi dan dokumenter yang masuk, jelas terlihat bagaimana logika tayangan televisi mendominasi cara berpikir para pembuatnya. Cara berpikir yang fatalistik, instan, serta penyederhanaan persoalan tanpa runut logika yang matang, belum lagi ditambah dengan kekakuan serta kebakuan bentuk, adalah hal-hal yang jelas terlihat dari karya-karya tersebut.
Bila festival ini menjadi salah satu ruang pembelajaran, maka ini (pasti) akan menjadi proses pembelajaran yang amat panjang, dan bisa jadi melelahkan. Disinilah tantangan para penggagas festival untuk meramu strategi yang efektif untuk merombak paradigma-paradigma usang dalam bekarya. Bukan tugas yang mudah.
Dan tahun ini Festival Film Purbalingga menghadirkan satu sesi kompetisi spesial; video mantenan. Dokumentasi pernikahan, yang kemudian kita biasa sebut sebagai “video mantenan”, dapat kita lihat lebih dari sekedar dokumentasi acara pernikahan, namun juga dalam konteks sosiologis serta antropologis, dan tentu saja dari tinjauan artistik. Kompetisi ini dibuat untuk melihat bagaimana fenomena video berlaku di masyarakat, setidaknya masyarakat Banyumas yang notabene sudah lama akrab dengan video mantenan.
Lagi-lagi ‘proses’ masih menjadi kata kunci utama. Bukan hasil jadi yang dicari dalam hal ini. Maka untuk itu keterlibatan khalayak seluas-luasnya untuk memberikan kontribusi dalam proses ini amatlah dibutuhkan.
Selamat berfestival.
Dimas Jayasrana
Programer Festival
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar