Minggu, 30 Mei 2010

SMA N 2 Purbalingga Borong Penghargaan FFP 2010


SMA N 2 Purbalingga memborong tiga penghargaan sekaligus diajang Festival Film Purbalingga 2010. Penghargaan itu adalah Film Fiksi Terbaik, Film Fiksi Favorit Penonton lewat film “Endhog” dan Film Dokumenter Favorit Pentonton lewat film “Di Sini Panglima Besar Dilahirkan”. Kedua film tersebut besutan sutradara Padmashita Kalpika Anindyajati.

Sementara untuk Film Dokumenter Terbaik disabet SMK Tamansiswa Banjarnegara dari film berdujul “Oh Lengger Gumelemku” karya Sugino. Satu penghargaan berupa Film Pilihan Juri diraih film bertajuk “Ling-Lung” dari SMA N Bobotsari, Purbalingga yang disutradarai Amrizal Faturrohman.

Diajang Kompetisi Video Mantenan yang baru digelar tahun ini dimenangkan oleh video yang dibuat Nanki Nirmanto. Nanki meraih Video Mantenan Terbaik lewat video berjudul “Perjalanan Cinta Anggi dan Deni”.

Sutradara film “Endhog”dan “Di Sini Panglima Besar Dilahirkan” Padmashita Kalpika merasa senang dengan keberhasilan kelompoknya Brankas Film menyabet tiga penghargaan ini. “Tahun lalu film kakak-kakak kelas kami gagal menyabet penghargaan festival ini. Itu yang memacu kami untuk berkarya lebih baik dari tahun lalu,” ungkapnya.

Memacu Karya
Malam penghargaan yang digelar Sabtu, 29 Mei 2010 di aula Hotel Kencana berlangsung meriah yang sebagian besar dihadiri para pembuat film muda dari berbagai SMA di Banyumas Raya. Turut memeriahkan malam itu, tampil pagelaran Wayang Artefak pimpinan Adi Purwanto.

Direktur Festival Film Purbalingga Bowo Leksono mengatakan peserta kompetisi SMA se-Banyumas Raya tahun ini secara kuantitas meningkat tajam, ditambah kehadiran program baru yaitu kompetisi dokumenter dan kompetisi video manten. “Namun secara kualitas masih terus harus ditingkatkan. Ini tugas Cinema Lovers Community dan komunitas-komunitas di setiap kabupaten untuk turut memacu pelajar SMA dalam berkarya,” katanya.

Bowo melanjutkan, proses panjang festival film purbalingga selama empat tahun ini baru dirasa dibutuhkan oleh kalangan pelajar SMA Banyumas Raya, meskipun kebutuhan ini belum secara merata. “Sayangnya, para pelajar di Banyumas Raya masih merasa bahwa festival ini sebagai ajang beradu semata. Bila sudah kalah di babak pertama, mengabaikan sama sekali tujuan festival itu sendiri”.

Lebih jauh Bowo beranggapan bahwa festival ini bukan satu-satunya tempat untuk menguji karya dengan hadirnya program kompetisi. “Jauh lebih penting dari itu, festival adalah ruang untuk berinteraksi, antara pengkarya dengan karya-karya yang lain, serta antara karya dan pengkarya dengan publik penontonnya. Dengan harapan, festival ini terus mamacu pegiatnya menjadikan film sebagai media edukasi secara luas,” tuturnya.

Selama empat hari penyelenggaraan festival, 26-29 Mei 2010, berbagai program digelar gratis untuk umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar