Sabtu, 22 Mei 2010

Menjadikan Festival Milik Bersama



Pengantar Festival Film Purbalingga 2010

Pada dasarnya kerja festival adalah kerja tahunan, kerja yang bukan sekedar mempersiapkan seremonial semata. Kualitas festival ditentukan oleh proses panjang para penggagas dan pengusung festival itu sendiri. Kerja-kerja seperti ini yang belum dirasa kesadarannya. Masih banyak anggapan bahwa festival adalah sekedar acara yang akan kembali merepotkan di tahun berikutnya.

Bukan hal yang mutlak salah. Bagimana tidak, Purbalingga atau kabupaten lain di wilayah Banyumas Raya, tidak tersedia infrastruktur yang lumayan sebagai pendukung perkembangan kesenian. Alhasil, kalau bukan para pegiat dan senimannya sendiri yang rela repot, siapa lagi? Namun, dari kondisi seperti inilah, kita jadi banyak belajar. Belajar dari kekurangan, belajar dari ketidakberdayaan.

Tidak mudah menjadikan even festival sebagai kerja tahunan. Karna bila yang terjadi adalah instan, siapa yang akan menjamin keberlanjutannya?. Sementara menjadikan festival sebagai kebutuhan masyarakat adalah perjuangan tersendiri.

Festival, seperti halnya sebuah terminal persinggahan bagi para pelakunya. Berproses kemudian berjumpa pada satu titik. Saling berinteraksi, berapresiasi, dan berdiskusi untuk kemudian kembali berproses pada komunitasnya masing-masing.

Festival Film Purbalingga untuk kali keempat ini seperti mulai terasa kelelahannya. Hanya karena sisa semangat yang kemudian membuat festival ini terus ada. Di sisi lain, pergerakan pembuat film muda yang masih duduk di bangku SMA, tidak terbendung.

Mengapa kemudian muncul kondisi seperti itu? Apalagi kalau bukan, salah satu faktor karena para pendahulunya yang menanamkan pengaruh, baik langsung maupun tidak. Mereka tidak bisa dibiarkan liar untuk kemudian menemukan karakter dan jati dirinya. Tapi bagaimana keliaran mereka menjadi kekuatan tersendiri.

Harapan untuk menjadikan festival ini milik masyarakat dan menjadi kebutuhan bersama, tampaknya masih perlu jalan panjang. Masih perlu stamina kuat untuk terus dan terus menjalankannya. Menyatukan visi bagaimana film sebagai media menyampaikan pesan edukasi pada masyarakat bahkan pada elit politik.

Bagaimana pun, festival ini bukan milik pribadi, bukan milik segelintir orang, bukan milik satu kelompok. Tapi milik bersama, masyarakat Banyumas Raya, dan bangsa ini mungkin. Karena bagaimana pun, festival ini dibangun dengan semangat kebersamaan, untuk bersama.

Mari, kita tanpa henti melihat dan merasakan sekeliling kita. Bercermin dengan cara kita.

Selamat Merayakan Festival!

Bowo Leksono
Direktur Festival

Tidak ada komentar:

Posting Komentar