Minggu, 19 Desember 2010

IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU



CARA MENYUSUN IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU

(IMPACT POINT) SOSIAL



Pengembangan teknologi tepat guna di bidang tanaman pangan yang diikuti dengan penciptaan iklim berproduksi dan berniaga agar teknologi tepat guna tersebut dapat dimanfaatkan para petani secara menguntungkan, maka pemerintah dengan segala dayanya selalu berusaha mengembangkan penyuluhan yang efektif dan efisien. Usaha penyuluhan ini diarahkan pada titik tolak pendekatan kelompok tani, agar kelompok tani dapat mengadopsi inovasi secara berkelanjutan dan dinamis, sehingga pengetahuan dan ketrampilan petani terus meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi baik yang bersifat teknis, sosial maupun ekonomi.

Adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani diharapkan dapat meningkatkan mutu pengusahaan usaha taninya. Sehingga peningkatan produksi persatuan luas maupun secara nasional akan bertambah begitu pula tingkat kesejahteraan petani maupun kesejahteraan masyarakat.

Efektifitas kegiatan penyuluhan tergantung pada nilai pesan, kecapatan dan keteraturan sampainya pesan kepada para petani. Kunci penentu keberhasilan penyuluhan tergantung pada kesesuaian materi yang disuluhkan dengan kebutuhan petani di kelompoknya, tersedianya teknologi terapan bagi para penyuluh, kecepatan dan keteraturan arus informasi dan inovasi dari sumbernya kepada para penyuluh dan petani serta adopsi inovasi oleh para petani di lahan-lahan usaha taninya.

Namun hal-hal tersebut di atas apabila dibandingkan dengan kenyataan yang ada sekarang selalu terdapat kesenjangan, berarti peningkatan produksi tanaman pangan tidak secepat seperti yang diharapkan. Untuk menjembatani kesenjangan seperti tersebut di atas maka perlu diperlukan suatu tehnik dan metode yang tepat melalui prosedur dan tata cara identifikasi faktor penentu baik sosial, teknis maupun ekonomi. Namun dalam kali ini akan dibahas mengenai faktor sosial.

  1. Pengertian dan Tujuan dari Faktor Penentu Sosial

Pada prinsipnya usaha pembinaan petani ditujukan untuk meningkatkan kerjasama kelompok agar mau dan mampu menerapkan teknologi tepat guna. Usaha pembinaan petani / kelompok tani baik secara teknis, sosial maupun ekonomi seharusnya tidak disampaikan dalam waktu bersamaan , karena itu perlu digunakan azas prioritas, tepat guna dan sederhana. Sehingga dengan melalui prosedur dan tatacara identifikasi faktor penentu maka titik lemah dari tingkat penerapan teknologi dapat ditentukan . berarti materi penyuluhan melalui berbagai metode dan media penyuluhan dapat dipertajam selaras dengan tingkat permasalahan dan keperluan lapangan.

Faktor penentu sosial adalah upaya atau kegiatan sederhana yang mudah dilaksanakan oleh petani dan mempengaruhi dinamika kelompok tani tetapi dalam penerapannya belum sesuai dengan anjuran. Upaya / kegiatan sederhana dalam pengertian faktor penentu sosial diartikan sebagai aktifitas sosial yang mudah dilaksanakan oleh petani dalam kelompoknya serta memberikan pengaruh yang besar terhadap dinamika kelompok tani. Melalui tata cara identifikasi faktor penentu sosial akan lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan mengingat terbatasnya daya dan dana yang tersedia disetiap tingkat unit kerja penyuluhan. Adapun tujuan utama dari pelaksanaan identifikasi faktor penentu sosial adalah :

  1. Mengarahkan agar rencana kerja dan program penyuluhan dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan petani tanpa mengabaikan kebijakan pemerintah.

  2. Mempertajam materi penyuluhan dalam penentuan topik latihan yang sesuai dengan prioritas permasalahan yang dihadapi.

  3. Mengetahui tingkat adopsi teknologi di suatu daerah dalam satu periode musim tanam atau per tahun.

  4. Sebagai bahan tali simpul dari permasalahan penerapan teknologi yang belum terpecahkan ditingkat lapangan dengan sumber teknologi bagi unit pengaturan dan pelayanan yang terkait.



  1. Pelaksanaan Identifikasi Faktor Penentu Sosial

Pelaksanaaan pengidentifikasian faktor penentu sosial dilakukan dengan metode semi survey dan dilakukan oleh petugas masing-masing wilayah yaitu dengan mengambil tiga kelompok tani secara acak dengan masing-masing kelompok tani sebanyak delapan (8) responden meliputi satu orang kontak tani, dua orang pengurus kelompok tani dan lima orang anggota kelompok. Adapun komponen-komponen faktor penentu sosial :

  1. Perencanaan

  • Rencana Definitif Kelompok (RDK) / Rencana Kerja Kelompok

  • Ada dan isinya sesuai anjuran

  • Ada tapi isinya tidak sesuai anjuran

  • Tidak ada

  • Pembuatan RDK / Rencana Kerja Kelompok

  • Dibuat oleh pengurus bersama anggota secara musyawarah

  • Dibuat oleh pengurus

  • Dibuat bukan oleh pengurus dan bukan oleh anggota

  • Tidak ada RDK/rencana kerja

  • Persetujuan anggota terhadap RDK / Rencana Kerja Kelompok

  • > 60% anggota setuju

  • 31% - 60% anggota setuju

  • < 30% anggota setuju

  • Tidak ada RDK/ rencana kerja kelompok

  • Pengambilan Keputusan

  • Semua anggota/termasuk pengurus berdasarkan musyawarah

  • Hanya pengurus dan ketua

  • Hanya ketua atau pengurus

  • Tidak pernah dilakuka pengambilan keputusan kelompok

  1. Kerjasama

  • Pembagian tugas

  • Adapembagian tugas secara merata kepada semua anggota

  • Ada pembagian tugas tetapi tidak merata kepada semua anggota

  • Tidak ada pembagian tugas atau tugas dipegang oleh seorang pengurus

  • Tidak pernah ada kegiatan kelompok

  • Bidang kegiatan yang terhimpun secaraberkelompok pada setiap musim

  • Lebih dari tiga bidang kegiatan

  • 2-3 bidang kegiatan

  • Satu bidang kegiatan

  • Tidak pernah ada kegiatan yang terhimpun

  • Jumlah anggota kelompok yang biasa ikut serta dalam berbagai kegiatan kelompok

  • > 60% anggota setuju

  • 31% - 60% anggota setuju

  • < 30% anggota setuju

  • Tidak ada RDK/ rencana kerja kelompok

  • Kerukunan dan keakraban antar kelompok.

  • Rukun dan akrab

  • Rukun tapi kurang akrab

  • Kurang rukun dan kurang akrab

  • Tidak rukun

  1. Kegiatan Belajar Mengajar

  • Kehadiran anggota (termasuk ketua dan pengurus) kelompok pada pertemuan rutin / kunjungan Petugas

  • > 75 % anggota hadir

  • 51% - 75 % anggota hadir

  • 26% - 50 % anggota hadir

  • <>

  • Kegiatan belajar mengajar secara berkelompok di luar acara pertemuan / kunjungan petugas

  • Dilakukan setiap 2-4 minggu sekali

  • Dilakukan setiap 5-8 minggu sekali

  • Dilakukan setiap 9 minggu sekali atau dilakukan secara tidak menentu

  • Tidak pernah dilakukan

  • Saling menyampaikan informasi di dalam kelompok.

  • Terjadi antara ketua, pengurus dan anggota

  • Terjadi antara ketua atau pengurus dengan anggota

  • Terjadi ahanya antara ketua dan pengurus atau antara sesama anggota

  • Tidak pernah terjadi saling menyampaikan informasi didalam kelompok

  • Mencari informasi / inovasi ke luar kelompok.

  • Dilakukan oleh ketua, pengurus dan anggota

  • Dilakukan oleh ketua dan pengurus

  • Dilakukan hanya oleh ketua atau pengurus

  • Tidak pernah ada yang mencari informasi/inovasi keluar

  1. Pengembangan dan Pemanfaatan Fasilitas Milik Kelompok

  • Fasilitas yang dimiliki kelompok antara lain tempat pertemuan, alat-alat pertanian, sarana produksi pertanian, modal kelompok, dll.

  • Kelompok memiliki lebih dari tiga jenis fasilitas di atas

  • Kelompok memiliki 2-3 jenis fasilitas di atas

  • Kelompok memiliki satu jenis fasilitas di atas

  • Kelompok tidak memiliki fasilitas di atas

  • Jumlah fasilitas kelompok yang ada (secara umum)

  • Cukup untuk melayani > 60% anggota

  • Cukup untuk melayani 30% - 60% anggota

  • Cukup untuk melayani <>

  • Kelompok tidak memiliki fasilitas

  • Pemanfaatan fasilitas kelompok oleh anggota

  • > 60% anggota memanfaatkan

  • 30% - 60% anggota memanfaatkan

  • < 30% anggota memanfaatkan

  • Kelompok tidak memiliki fasilitas

  • Usaha pengembangan fasilitas

  • Dilakukan melalui swadaya kelompok

  • Dilakukan hanya dengan cara swadaya kelompok

  • Dilakukan hanya dengan caramencari bantuan pihak lain

  • Tidak dilakukan usaha pengembangan fasilitas

  1. Inisiatif dan Kesepakatan Kelompok

  • Inisiatif untuk melakukan kegiatan kelompok

  • Inisiatif untuk melakukan kegiatan kelompok

  • Datang dari ketua, pengurus dan kelompok

  • Datang dari ketua dan pengurus

  • Datang hanya dari ketua atau pengurus

  • Tidak pernah ada yang berinisiatif dating dari pihak luar kelompok

  • Jumlah anggota yang biasa menyampaikan gagasan / saran guna kemajuan kelompok

  • > 25 %

  • 16% - 25 %

  • 5% - 15%

  • <5%

  • Kesepakatan dan aturan – aturan yang harus ditaati anggota

  • Selalu dibuat secara tertulis

  • Kadang-kadang dibuat secara tertulis

  • Tidak pernah dibuat secara tertulis

  • Tidak pernah ada kesepakatan dan aturan yang mengikat anggota

  • Jumlah anggota yang mentaati kesepakatan dan aturan kelompok

  • > 60%

  • 30% - 60%

  • < 30%

  • Kelompok tidak pernah punya kesepakatan dan aturan yang mengikat anggota

Berdasarkan hasil pelaksanaan penentuan faktor penentu sosial maka penyuluh dapat menyusun rencana kerja untuk dapat memecahkan dengan melalui berbagai metoda dan media penyuluhan pertanian , sehingga dinamika kelompok tani semakin meningkat. Teknik pelaksanaan ini masih mempunyai titik kelamahan diantaranya diperlukan tingkat kejujuran petani dalam menjawab pertanyaan dan kejelian dari penyuluh dalam menganalisa data dilapangan.



Materi ini diambil dari Petunjuk Pelaksanaan dan Pelaporan Identifikasi Faktor Penentu (Impact Point) Teknis, Sosial dan Ekonom, Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan; Direktorat Bina Penyuluhan, 1991)).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar