“Lawuh Boled” sutradara Misyatun siswi SMK Rembang Purbalingga berhasil menyabet StoS Award kategori film pendek di ajang South to South (StoS) Film Festival 2014. Film yang diproduksi Pedati Film ini berhasil menyisihkan lima film nominator dari berbagai kota di Indonesia.
Direktur Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga Bowo Leksono mewakili pembuat film “Lawuh Boled” menerima penghargaan Stos Award dari Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Albert Nego Tarigan saat malam penganugerahan StoS Film Festival, Selasa, 18 Maret 2014, di GoetheHaus Pusat Kebudayaan Jerman di Jakarta.
Misyatun tidak menghadiri malam penganugerahan dikarenakan sudah duduk di bangku kelas XII sehingga harus menyiapkan ujian sekolah dan ujian nasional. “Kami senang dan bangga, film kami yang berbicara tentang ketimpangan sosial di lingkungan kami, mampu berkiprah di tingkat nasional,” tutur sutradara yang hobi menulis ini.
Salah satu dewan juri film pendek Damar Ardi dalam rasionalisasinya mengatakan, film Lawuh Boled menjadi yang terbaik karena disamping baik secara teknis juga sangat kuat dalam mengangkat isu sosial tentang kekurangan pangan. “Realita semacam ini masih terus terjadi di lingkungan kita,” ungkap programer XXI Short Film Festival.
Film pendek “Lawuh Boled” berkisah tentang sebuah keluarga, dengan ibu yang buta huruf. Ketidakmampuan membaca ini seperti dimanfaatkan oleh ketua RT dalam memberikan kupon beras jatah Raskin. Alhasil, keluarga itu, di hari itu, hanya mengonsumsi ketela pohon yang direbus karena tidak ada nasi untuk dimasak.
Film yang diproduksi 2013 ini telah menyabet berbagai penghargaan ajang festival film seperti film fiksi pendek terbaik Malang Film Festival 2013, film terbaik Gayaman Award Festival Film Solo 2013, film fiksi pendek terbaik Festival Film Purbalingga 2013, film terbaik Psychofest 2013, serta sutradara berbakat (Iqbal Rais Award) Piala Maya 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar