Bulan Februari - Maret 2014 adalah masa dimana petani di Kabupaten Banyumas berperang melawan hama wereng, hampir di sejumlah kecamatan di Kab. Banyumas hama wereng sudah menjadi makanan empuk para petani kita. Para petani hingga saat ini pun masih berperang melawan ham wereng karena ada beberapa petani yang sampai saat ini belum panen dan kondisi tanaman mereka masih hijau royo-royo.
Para THL Pertanian sudah berjuang sekuat tenaga dengan dibantu Pengamat Hama di Kecamatan membantu pengadaan obat/pestisida untuk membantu petani kita yang terserang hama wereng. Para petani meskipun sudah dibantu pestisida, tetap ada petani yang belum puas dengan sehingga membeli obat /pestisida sendiri dengan harapan hama wereng musnah.
Perlu kita ketahui obat dipasaran harga bervariasi dari yang murah sampai ratusan ribu. Untuk lahan yang tergolong luas tidak hanya membutuhkan ratusan bahkan jutaan hanya sekedar menanggulangi hama wereng Bulan Maret banyak petani yang mendapatkan gabah tidak seperti biasanya dan ada juga petani yang tidak panen sama sekali.
Setelah serangan hama wereng, harga gabah seperti dipermainkan, harga bagus dialami oleh kelompok tani yang bekerjasama dengan kemitraan perusahaan benih, kalo tidak harga yang terjadi di tingkat petani lebih murah dari harga kemitraan perusahaan benih.
Sekedar gambaran ilustrasi/permisalan yang sungguh menyedihkan dikalalangan petani kita;
Apabila harga gabah per 100 kg = Rp 330.000
Setelah di jadikan beras misalkan menghasilkan dari 100 kg gabah = 99 kg beras
Apabila beras IR 64 dipasaran (sampai dikonsumen) Rp 8.000,-. 99 kg x Rp 8.000,- = Rp 792.000,-
Jadi selisih harga beras dan gabah = Rp 792.000 - Rp 330.000 = Rp 462.000
Petani tidak mendapatkan Rp 462.000 jadi siapa yang mendapatkan keuntungan RP 462.000 ?
Kenyataan dilapang dari 100 kg gabah yang diselip menjadi beras mencapai nominal 99 kg/100kg sangat luar biasa, tapi kebanyakan petani di bawah nominal 99 kg, yaitu + 70 - 80 kg. Dari 99 kg saja sudah didapatkan selisih yang tidak masuk akal apalagi 70 - 80 kg.
Kemana hati nurani mereka ? yang menawar Rp 300.000,- per 100 kg gabah, MasyaAllah sungguh mulia hati seorang petani, masyarakat indonesia makan nasi setiap hari kalo bukan dari petani kita siapa lagi, untuk mencapai titik impas/ BEP saja petani kita sudah mengelus-elus dada apalagi sampai untung.
Pada Sriwijaya Pos dengan ulasan Artikelnya Harga Beras di Tingkat Petani Empatlawang Anjlok
Artikel yang lain mimpi-buruk-kaum-petani
Artikel yang lain mimpi-buruk-kaum-petani
Hukum Ekonomi Jumlah beras dipasaran sedikit karena hama wereng harga beras naik tapi harga gabah biasa, jumlah beras banyak dipasaran harga beras biasa harga gabah tambah murah. Hama wereng menjadi alasan gabah jelek kualitasnya, mengapa harga gabah murah, tapi harga beras mahal karena alasan hama wereng beras dipasaran sedikit, hanya pemutar balikkan keadaan.
Pemerintah harus turun tangan mau sampai kapan petani kita dibawah terus kalo perlu belajar dari negara maju, Departemen Pertanian sudah mencoba semaksimal mungkin sehingga dicapai bisa mencapai surplus, Departemen Ekonomi dan Departemen yang lain yang mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mengendalikan harga.
Mau Kapan ?
Petani Untung : Penjual Beras Untung : Konsumen Senang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar