Selasa, 13 November 2012

“Bupati (Tak Pernah) Ingkar Janji” Sabet Best Movie Psychofest 2012



Setelah menjadi finalis di Hellofest 2011 dan diputar serta menjadi bahan diskusi di beberapa kampus, film kontroversial “Bupati (Tak Pernah) Ingkar Janji” akhirnya diganjar Film Terbaik (best movie) kategori dokumenter di ajang Psychology Film Festival (Psychofest) 2012.

Film dokumenter berdurasi 45 menit garapan Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga ini menyisihkan dua finalis lain yaitu, “Tarian Macan Kemiren” dari Sukoharjo dan “Salah Gaul” dari Surabaya.

Acara puncak Psychofest, ajang tahunan yang dihelat Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya ini, digelar pada Senin malam, 12 November 2012 di Studio 5 XXI Surabaya Town Square.

Direktur CLC Bowo Leksono mengatakan film yang baru sempat dua kali diputar secara resmi di Purbalingga karena larangan dari pihak Pemerintah Kabupaten Purbalingga ini sudah dipersiapkan dikirim ke berbagai ajang festival film.

“Kami tidak mencari kemenangan. Berkesempatan masuk finalis atau terseleksi saja bagi kami sudah suatu kemenangan, karena artinya film itu ditonton dan diapresiasi sebanyak-banyaknya orang,” ujar lelaki asli Purbalingga ini.

Film Dokumenter “Bupati (Tak Pernah) Ingkar Janji” adalah tentang janji-janji pasangan Bupati dan Wakil Bupati Heru-Kento yang dilontarkan saat kampanye tahun 2010. Setahun kemudian film itu lahir dan diluncurkan saat ulang tahun Purbalingga pada Desember 2011.

Bupati dan Pemkab Purbalingga bereaksi keras, sampai pada pemutaran kedua di Balai Desa Kradenan, Kecamatan Mrebet, sejumlah gabungan aparat meminta pemutaran dihentikan. Sejak saat itu, film yang digarap secara keroyokan oleh filmmaker pelajar dan mahasiswa itu tidak pernah lagi diputar secara resmi di Purbalingga.

Sampai pada akhirnya film itu banyak diminta untuk diputar dan menjadi pemantik diskusi di berbagai acara di luar Purbalingga. Salah satunya di South to South (StoS) Film Festival Jakarta pada Maret 2012. Bupati kembali bereaksi bahkan mengancam akan menyeret pembuatnya ke meja hijau dengan tuduhan pencemaran nama baik.

Menurut Bowo, dia dan teman-temannya tidak akan berhenti untuk membuat film yang berbau kritik. “Kami tidak ingin membuat film hanya yang indah-indah saja. Ketika media lain untuk mengkritik sudah mandul, film menjadi pilihan kami,” tegasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar