Senin, 10 November 2014

Pring Sedhapur Singgah di Bobotsari

Cahaya lampu pelan menyinari panggung. Irama musik bambu bertalu menyambut para penari yang mulai memasuki arena. Sementara penonton tampak khidmat mengapresiasi suguhan yang lama tak dijumpai.

Malam itu, Senin 10 November 2014, Pendapa Kenduruwan di komplek Kantor Kecamatan Bobotsari, Purbalingga tidak biasanya didatangi warga sekitar menyaksikan pagelaran seni lengger dan calung.

Pring Sedhapur, sebuah komunitas seniman asal Banyumas Raya yang terdiri dari mahasiswa dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta sejak pagi hingga malam hari menggelar "Workshop dan Pagelaran Karya-Karya Inovasi Lengger dan Calung".

"Kami butuh workshop semacam ini karena selama ini, kami memperkenalkan kepada anak-anak sebatas tari-tarian klasih yang setiap tahun hanya itu-itu saja. Apalagi, ini tari lengger yang memang asli Banyumas," tutur Poedji Sri Indriyati, guru TK Pertiwi Desa Gandasuli, Kecamatan Bobotsari.

Peserta workshop banyak didominasi guru mulai dari TK hingga tingkat SMA bersama siswa-siswinya selain para pelaku seni yang tidak hanya dari Purbalingga namun juga Banjarnegara dan Banyumas. Hasil dari workshop turut dipagelarkan di malam harinya selain karya-karya inovatif dari Pring Sedhapur.

Menurut Pimpinan Komunitas Pring Sedhapur, Darno, lewat workshop dan pagelaran, sebagai pelaku seni yang lahir di lingkungan akademis berkewajiban memperkenalkan lengger dan calung pada masyarakat luas. "Kami mencoba mengembangkan metode yang mudah untuk dipelajari para pelaku seni tradisi," ungkap dosen karawitan ini.

Harapan Pring Sedhapur, kegiatan ini mendapat fasilitasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purbalingga, namun terlalu banyak pertimbangan sehingga jaringan komunitas dipakai dan dalam waktu hanya tiga hari sebelum pelaksanaan Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga menjadi fasilitatornya.

Direktur CLC Bowo Leksono mengatakan, pihaknya melihat bahwa kegiatan ini merupakan kesempatan baik bagi masyarakat pecinta seni tradisi di Purbalingga. "Ada teman-teman dari ISI Solo mau datang memberikan ilmu dan pengalamannya secara gratis, mengapa musti berpikir panjang?," jelasnya.


Selain CLC, program workshop dan pagelaran ini juga bekerjasama dengan ISI Surakarta dan didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Taman Budaya Jawa Tengah, Langen Budaya, dan Pemerintah Kecamatan Bobotsari.

Jumat, 07 November 2014

Workshop dan Pagelaran Lengger & Calung


Pring Sedapur, komunitas seniman asal Banyumas Raya yang terdiri dari mahasiswa dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta berniat menggelar "Workshop dan Pagelaran Lengger & Calung" pada Senin, 10 November 2014 mulai pukul 09.00 pagi hingga malam hari di Pendopo Kenduruwan Kecamatan Bobotsari, Purbalingga.

Peserta workshop terbuka bagi kalangan guru seni tari, seniman tari dan calung, pegiat serta pecinta seni tradisi. Pendaftaran tidak dipungut biaya dan dapat menghubungi Ratih Kusumadewi di nomor seluler 085647780682.

Pimpinan Komunitas Pring Sedapur, Darno mengatakan workshop dan pagelaran ini merupakan program tahunan dari Pring Sedapur. "Tujuannya untuk lebih mendekatkan masyarakat dengan seni lengger dan calung serta memperkenalkan karya-karya komunitas Pring Sedapur," ujar dosen karawitan ini.

Rencananya workshop akan digelar pada pagi hari pukul 09.00 hingga sore hari. Sementara malam hari pukul 19.30 untuk pagelaran hasil workshop serta pagelaran karya-karya Pring Sedapur yang terbuka untuk ditonton masyarakat umum.

Selain dari ISI Surakarta, kegiatan ini bekerjasama dan didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Langen Budaya, Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga, dan Pemerintah Kecamatan Bobotsari.

Minggu, 19 Oktober 2014

Workshop Produksi Film SMA Kutasari Purbalingga


Sulasi Nur Halisa tidak menyangka akan menduduki jabatan sebagai ketua ekstrakulikuler sinematografi SMA Kutasari Purbalingga yang baru. Lantaran, dirinya saat ini baru duduk di kelas X yang artinya belum berpengalaman mengelola organisasi di sekolahnya.

"Masih ada kakak kelas XI, tapi karena teman-teman mempercayai saya menjadi ketua, ya saya berusaha mengemban amanah ini. Dengan harapan, membawa perfilman di sekolah kami lebih baik lagi," ungkap Sulasi saat workshop produksi film Papringan Pictures ekskul sinema SMA Kutasari Purbalingga, Sabtu-Minggu, 18-19 Oktober 2014 di lingkungan sekolah.

Seperti halnya workshop produksi film yang digelar sekolah-sekolah di Purbalingga lainnya, pergantian pengurus ekskul sinematografi menjadi salah satu bagian sebagai bentuk regenerasi pelajar pembuat film.

Tidak banyak peserta workshop tahun ini, hanya sekitar 20 peserta dari kelas X dan XI. Mereka terbagi dalam empat kelas minat perfilman, yaitu kelas penulisan skenario, kelas manajemen produksi, kelas tata kamera, dan kelas tata gambar atau editing.

Workshop produksi film yang mendapat fasilitasi Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga ini merupakan program kerja tahunan dari Papringan Pictures yang secara sah berdiri sejak tahun 2011 lalu.

Salah satu pegiat CLC Asep Triyatno mengatakan, dengan adanya kelas minat perfilman bisa dilihat kekuatan pegiat film di masing-masing sekolah dalam menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan produksi film.

"Misalkan dalam hal tata gambar, kami jadi tahu seberapa anak yang berminat di bidang itu sekaligus bisa memfokuskan mereka untuk lebih mendalami hal-hal terkait editing," ujar Asep yang mengampu fokus tata gambar.

Menurut Kepala SMA Kutasari Joko Suryanto, S.Pd., kegiatan perfilman di SMA Kutasari sudah menjadi salah satu pilihan media kreatif bagi siswa. "Siswa membutuhkan media kreatif untuk mengimbangi kegiatan yang bersifat akademis, terlebih film di sekolah kami mampu menoreh prestasi," katanya.

Di musim workshop ini, kegiatan memperkenalkan dasar-dasar perfilman terus berlanjut. Rencananya pada 24-25 Oktober 2014, workshop produksi film akan digelar ekskul sinematografi SMA Karangreja Purbalingga.

Sabtu, 11 Oktober 2014

"Yang Menikah Muda" Sabet Juara 1


Film dokumenter "Yang Menikah Muda" karya pelajar Purbalingga berhasil menyabet juara 1 kategori pelajar Kompetisi Plan Indonesia 2014. Film yang disutradarai Dinda Putri Hapsari ini berhasil mengungguli film "Ayah Ijinkan Aku Sekolah" dari Bintan, Kepulauan Riau yang menjadi juara 2 dan juara 3 "Lentera untuk Santi" dari Kebumen dan berhak mendapat piala dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Pengumuman pemenang saat acara perayaan International day of The Girls (Hari Internasional untuk Anak Perempuan) pada Jumat, 10 Oktober 2014 di Jakarta. Pengumuman dibacakan oleh sutradara dan produser Lola Amaria sekaligus sebagai salah satu juri di acara yang juga dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar.

"Senang mendengarnya, setidaknya lewat film kami bisa menyuarakan kondisi remaja perempuan di Purbalingga. Saat produksi tidak banyak waktu, beruntung subyek-subyek dalam film kami cukup terbuka bahkan terhadap persoalan-persoalan pribadi," tutur Dinda Putri Hapsari, sang sutradara.

Film "Yang Menikah Muda" produksi Sabuk Cinema ekstrakulikuler sinematografi SMA Bukateja Purbalingga mengisahkan bagaimana anak-anak remaja di sebuah dusun di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Dusun Tawang, Desa Karangcegak, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga banyak yang menikah muda.

Lemahnya ekonomi dan pendidikan menjadi salah dua faktor penyebab banyaknya remaja perempuan menikah dini dengan berbagai resiko. Namun realita seperti ini tampaknya belum tersentuh oleh kebijakan pemerintah daerah karena kebijakan pembangunan banyak terfokus pada pembangunan fisik yang cenderung berada di pusat kota.

Guru Pembina ekskul sinema Meinur Diana Irawati mengatakan, prestasi ini selain mengangkat nama sekolah dan Purbalingga juga diharapkan mampu memacu semangat anak untuk terus berkarya. "Tahun lalu, ekskul sinema hampir tenggelam. Tampaknya, dengan masuknya siswa baru ada suntikan semangat yang baru pula. Harapannya, ekskul ini mampu menjadi wadah siswa dalam berkarya," ungkap guru pengampu mata pelajaran Ekonomi ini.

Kompetisi bertema "Memberdayakan Remaja Perempuan: Memutus Lingkar Kekerasan" ini digelar dalam rangka memperingati Hari Internasional untuk Anak Perempuan yang jatuh pada 11 Oktober sekaligus upaya mengampanyekan gerakan "Because I Am A Girl" (BIAAG) di Indonesia.

Selain Plan Indonesia, organisasi internasional pengembangan masyarakat dan kemanusiaan yang fokus pada masalah anak, kompetisi dokumenter ini bekerjasama dengan Kompas TV yang didukung Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Minggu, 28 September 2014

Workshop Produksi Film SMK 1 Purbalingga


“Saat SMP, pengalaman saya menulis skenario tidak melalui tahapan yang tadinya saya pikir menambah ribet. Ternyata justru sangat membantu, terutama memperkecil kesalahan dalam penulisan skenario,” tutur Aisah Nur Fatikah, siswi kelas X jurusan akuntansi.

Aisah adalah salah satu peserta Workshop Produksi Film Smega Movie ekstrakulikuler sinematografi SMK 1 Purbalingga. Ekskul yang baru berusia setahun, meskipun sudah lebih dari tiga tahun berproses, mengadakan workshop pada Sabtu-Minggu, 27-28 September 2014 di lingkungan sekolah.

Terdapat sekitar 50 peserta workshop dari kelas X dan XI. Mereka terbagi dalam empat kelas minat perfilman, yaitu kelas penulisan skenario, kelas manajemen produksi, kelas tata kamera, dan kelas tata gambar atau editing.

Workshop produksi film yang difasilitasi Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga itu merupakan program kerja tahunan masing-masing ekskul sinematografi setingkat SMA yang ada di Purbalingga.

Manajer CLC Nanki Nirmanto mengatakan, workshop di SMK 1 Purbalingga ini dinilai lumayan untuk peserta kelas penulisan skenario. “Terdapat enam peserta yang mengambil kelas penulisan skenario. Rata-rata dari mereka bersemangat belajar menulis, bahkan hingga menjelang subuh masing-masing peserta mampu menyelesaikan satu skenario pendek,” jelas mahasiswa politik Unsoed tingkat akhir ini.

Selain materi berupa teori dan praktik yang diberikan, kata Nanki, pada kesempatan workshop itu juga dilakukan proses pergantian pengurus ekskul sinematografi. “Ekskul sinema itu tidak semata belajar teknis perfilman, namun juga belajar berorganisasi. Ketua ekskul setiap tahunnya dipilih secara langsung oleh anggota-anggotanya,” terangnya.

Menurut guru pembina ekskul sinematografi SMK 1 Purbalingga Listyorinie, M.Pd, mewakili pihak sekolah, menilai penting keberadaan ekskul sinema ini. “Minat anak-anak terhadap kegiatan perfilman ini tidak pernah surut sejak 2010, karena itu sudah menjadi kewajiban sekolah mengayomi dan memfasilitasi,” ungkapnya.

Di musim workshop, kegiatan memperkenal dasar-dasar perfilman ini akan berlanjut. Rencananya pada 11-12 Oktober 2014, workshop produksi film digelar ekskul sinematografi SMA Karangreja Purbalingga.

Minggu, 21 September 2014

Workshop Produksi Film SMA Bukateja Purbalingga


Lebih dari 50 pelajar sesuai dengan minat menempati empat kelas yang sudah disiapkan. Pilihan minat mereka, antara lain kelas penulisan skenario, kelas manajemen produksi, kelas tata kamera, dan kelas editing.

Pada Sabtu-Minggu, 20-21 September 2014 pelajar yang tergabung dalam Sabuk Cinema ekstrakulikuler sinematografi SMA Bukateja Purbalingga menggelar workshop pembuatan film di lingkungan sekolah.

"Tidak menyangka di SMA yang saya masuki ada ekskul sinema. Saya sangat tertarik untuk lebih mendalami bagaimana seluk-beluk pembuatan film, makanya saya bergabung dengan ekskul ini. Saat diminta mengisi bioadata, saya menjatuhkan pilihan fokus pada kelas tata kamera," tutur Tyna Novia Widiantara, siswi kelas X.

Menilik dari sisi perbandingan, pada workshop yang difasilitasi Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga, anak-anak yang fokus pada tata kamera merupakan yang paling banyak jumlahnya, hingga mencapai 30 anak.

Direktur CLC Bowo Leksono menjelaskan, metode workshop ekskul pelajar Purbalingga tahun ini, mencoba merubah strategi. "Kami buat teman-teman pelajar untuk memilih salah satu dari fokus kegiatan dalam film. Dari situ, kami pelan-pelan melakukan penilian pada kemampuan dan keseriusan mereka," katanya.

Dari fokus kelas workshop, seperti sudah diduga sebelumnya, kelas yang paling sedikit peminatnya adalah pada penulisan skenario. "Hanya ada 3 siswa, ini indikasi bahwa menulis masih menjadi barang langka di sekolah. Meski demikian, transformasi pengalaman penulisan skenario menjadi lebih fokus," ujar Bowo.

Pada kesempatan workshop produksi film tersebut, disampaikan materi teori dan praktik penulisan skenario, teori dan praktik manajemen produksi, teori dan praktik tata kamera, dan teori dan praktik editing.

Sementara Guru Pembina ekskul sinematografi SMA Bukateja Meinur Diana Irawati mengatakan, tidak mudah menjaga semangat anak-anak dalam belajar membuat film. "Di tahun pelajaran baru, akan banyak siswa yang bergabung. Jelas akan terjadi seleksi alam, namun tetap butuh kesabaran," ungkapnya.

Pada kesempatan workshop ini, juga dipergunakan kesempatan untuk melakukan suksesi berupa pemilihan pengurus ekskul sinema yang baru. Pekan berikutnya, 27-28 September 2014, workshop produksi film rencananya digelar ekskul sinematografi SMK 1 Purbalingga.