Jumat, 29 Juni 2012

Panen Gembili 2012 dengan Bupati Marjoko


                                                       
Salam Pertanian,
Pagi tadi di Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas kedatangan Bapak Bupati beserta rombongan dalam acara kunjungan Desa tepatnya ke Desa Kalicupak Lor, Kalicupak Kidul dan Petir meninjau masyarakat tani sedang mengadakan Gropyokan Tikus. 

Sekitar jam 10.00 WIB Bapak Bupati Marjoko menghadiri Panen Perdana Gembili di Desa Wlahar Wetan Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. Lahan Gembili yang terdiri dari 4 bedengan yang memanjang kepunyaan Bapak Parta/Sakim. Tak menyangka petani yang sudah biasa menanam gembili ini kedatangan Bapak Bupati Marjoko. Bpk Parta menuturkan gembili yang dipanenya termasuk gembili jahe.
 
Bapak Bupati Marjoko dalam pidatonya mengatakan bahwa dilahan pekarangan yang kosong untuk dimanfaatkan tanaman umbi-umbian diantaranya; gembili, ganyong, suwi, uweg, gadung, dll. Kabupaten Banyumas juga terdapat desa yang sudah memanfaatkan lahan pekarangan untuk ditanami gembili, ganyong, suweg, uwi, gadung yaitu Desa Karangendep Kecamatan Patikraja. Masyarakat agar lebih menganekaragamkan makanan sehari hari yaitu untuk ketahanan pangan yang sejajar dengan Nasi dan gandum. Makanan Gembus yang paling enak ada di Kecamatan Kemranjen, sekarang gembus di Sawangan Kecamatan Patikraja tidak kalah enaknya.   




By Yusuf Himura 
THL-TBPP Kabupaten Banyumas

Minggu, 24 Juni 2012

Dua Film Pelajar Purbalingga Raih Penghargaan FFPI 2012

Film fiksi “Jono Berlari” sutradara Astia Nur Astuti dari SMA Negeri 1 Bukateja dan film dokumenter “Bangku Untuk Remaja” sutradara Dwi Astuti dari SMA Negeri 1 Kutasari masing-masing berhasil menyabet Film Terbaik kategori Fiksi (live action) dan kategori Dokumenter pada ajang Festival Film Pelajar Indonesia (FFPI) 2012. Festival pelajar yang memasuki tahun ke-3 ini digelar di Art Cinema kampus Institut Kesenian Jakarta pada 23-24 Juni 2012. Tahun ini FFPI mampu mengumpulkan 154 karya film dari lima kategori seluruh Indonesia. “Penghargaan ini yang pertama bagi film produksi perdana sekolah kami. Jadi membanggakan dan harapannya menjadi penyulut semangat saya dan teman-teman untuk terus membuat film,” tutur Astia Nur Astuti sutradara “Jono Berlari”. Film pendek “Jono Berlari” produksi Sabuk Cinema ekskul sinematografi SMAN 1 Bukateja berkisah tentang seorang pelajar bernama Jono. Untuk menjadikan sepatunya hitam, Jono yang bercita-cita menjadi atlet lari mengoleskan langes penggorengan. Sari, tetangga sekaligus teman sepermainan Jono, yang sangat perhatian merayu Jono mengikuti lomba. Demi Sari, Jono memenangkan lomba lari. Demi sari pula, Jono rela hadiah lomba diserahkan pada Sari untuk biaya berobat ibunya. Sementara film dokumenter “Bangku Untuk Remaja” produksi Papringan Pictures ekskul sinematografi SMAN 1 Kutasari mengungkap realita para remaja putus sekolah di Purbalingga yang bekerja di sektor plasma bulu mata. Mereka tidak melanjutkan sekolah karena faktor ekonomi dan orang tua mereka hanya bisa pasrah. Sutradara “Bangku Untuk Remaja” Dwi Astuti tidak hanya bangga telah mempersembahkan yang terbaik untuk sekolahnya disaat dia harus meninggalkan sekolah karena kelulusan, tapi juga kebanggaan telah berbagi kabar nasib remaja dikampungnya yang tidak mampu mengenyam pendidikan dan terjebak menjadi buruh anak. “Lewat karya film kami bisa berbagi kabar. Semoga pemerintah daerah tidak tinggal diam dan malah mendukung semakin terpuruknya nasib buruh anak di Purbalingga,” tutur sutradara yang sebelumnya telah mengantarkan film ini meraih dokumenter terbaik ajang Festival Film Purbalingga 2012 lalu. Selain kategori fiksi dan dokumenter, FFPI 2012 juga memberi penghargaan terbaik pada kategori animasi yang diraih “Rainbow” dari SMKN 2 Buduran Sidoarjo, kategori iklan layanan masyarakat diraih “Hindari Penggunaan Handphone Saat Berkendara” dari SMKN 1 Cimahi, dan kategori video musik “Melodiku” SMKN 2 Buduran Sidoarjo, serta sutradara terbaik diraih Mohamad Andung dengan filmnya “Keliling Indonesia” yang berhak mendapat beasiswa 8 semester di Fakultas Film dan Televisi (FFTV) IKJ. Salah satu juri yang juga Dekan FFTV IKJ Gotot Prakosa, S.Sn., M.Hum., berjanji bila para sutradara yang karyanya lolos seleksi di FFPI 2012 ini tertarik masuk FFTV IKJ, mereka akan masuk tanpa tes. “Ini menjadi komitmen kami menjaring bakat-bakat pembuat film dari berbagai daerah,” ujarnya.

Selasa, 05 Juni 2012

Workshop Video Kelurahan Kandanggampang

Untuk memperkenalkan kemampuan warga dan potensi kelurahan, warga Kelurahan Kandanggampang, Kecamatan Purbalingga, Purbalingga mengadakan workshop video kampung. Warga yang tergabung dalam Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mawar Merah ini menggelar pelatihan video mulai Senin malam, 4 Juni 2012 di gedung PAUD kelurahan setempat. Workshop ini merupakan rangkaian dari program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) yang sudah berjalan sejak setahun silam. Dengan menggandeng Cinema Lovers Communtiy (CLC), diharapkan warga mampu memproduksi video profil kelurahan yang berisi potensi-potensi yang ada. Salah satu peserta workshop Aris Saefulloh mengatakan, tertarik datang mengikuti workshop karena penasaran mempelajari teknis-teknis pembuatan video. “Saya mempunyai kamera video, tapi selama ini hanya dipergunakan untuk dokumentasi keluarga. Semoga setelah mengikuti workshop ide-ide saya bisa dikembangkan,” tuturnya. Sekitar 15 warga Kelurahan Kandanggampang antusias mengikuti paparan proses produksi video profil dari tim CLC malam itu. Beragam pertanyaan dilontarkan peserta untuk meyakinkan apa yang harus dilakukan saat produksi video. Menurut Ketua Tim Pemasaran BKM Mawar Merah Kelurahan Kandanggampang Wegig Nung Nugroho, salah satu strategi promosi potensi kelurahan adalah dengan menggunakan media audiovisual. “Menurut kami video itu jauh lebih efektif, disamping juga menggunakan media lain seperti tulisan dan foto. Harapannya ada investor yang melirik potensi kelurahan kami,” ujarnya. Workshop video ini direncanakan berjalan selama dua pekan. Mulai dari proses pengenalan dan menjalani tahapan pembuatan video dari praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi. Hasil video dari workshop ini akan dapat dipergunakan untuk memperkenalkan potensi wilayah kelurahan kepada pengambil kebijakan dan pihak-pihak terkait. Direktur CLC Bowo Leksono mengatakan, pihaknya tidak ingin video profil kelurahan itu digarap oleh CLC sendiri sebagai bagian dari sebuah program kelurahan. “Kami ingin warga yang memproduksi video profil lingkungan mereka. Kami memfasilitasinya. Kelak, mereka akan mampu membuat video sendiri tentang potensi-potensi yang terus berkembang,” ungkapnya.

Workshop Video Kampung JadulFest 2012

Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga berkesempatan memberi materi workshop video kampung, Minggu, 3 Juni 2012, di salah satu sesi workshop pada Festival Jawa Kidul (JadulFest) 2012. Festival yang muncul dari akar rumput dan melibatkan perangkat serta warga berbagai desa di Nusantara ini digelar mulai 2-5 Juni 2012 di Desa Mandalamekar, Kecamatan Jatiwaras, Tasikmalaya, Jawa Barat. CLC dipasangkan dengan pegiat Festival Film Pelajar Tomy Widiyatno Taslim, menyuguhkan bagaimana cara warga mengemas potensi desa masing-masing ke dalam sebuah karya video. Hal ini bisa jadi gampang karena dapat dipelajari, namun juga bisa jadi tidak gampang karena perlu cara-cara tertentu. Bayu Setyo Nugroho, Kepala Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir, Banyumas yang menjadi salah satu peserta workshop merasa tertarik dengan kemasan video kampung. “Banyak potensi desa kami yang belum terungkap. Kami merasa dengan video ini lebih menarik dan mudah dicerna,” ungkapnya. Waktu yang cukup singkat, hanya sekitar tiga jam dalam setiap workshop, tidak banyak memberi kesempatan pada peserta untuk sampai pada tataran praktek. Selanjutnya, peserta diberi kesempatan untuk mendalami materi dengan para pemberi materi di luar waktu workshop. Salah satu penanggung jawab JadulFest Sungging Septivianto mengatakan waktu yang singkat dalam workshop di festival ini diharapkan bisa menjadi daya tarik bagi peserta. “Pertama yang penting peserta tertarik dulu, untuk selanjutnya bisa dikembangkan di desa masing-masing, karena memang banyak materi yang kami tawarkan selama festival,” tutur anggota Dewan Kehutanan Nasional ini.