Minggu, 30 Juni 2013

“Gedang Goreng Soklat” Sabet Film Fiksi Terbaik FFDI 2013



Film pendek pelajar dari Purbalingga bertajuk “Gedang Goreng Soklat” produksi kafiana production SMK YPLP Perwira Purbalingga diganjar sebagai film fiksi terbaik di ajang Festival Film Dieng (FFDI) 2013. Penganugerahan digelar pada Minggu, 30 Juni 2013, di Museum Kailasa komplek pegunungan Dieng Banjarnegara.

Festival film pelajar tingkat nasional yang merupakan bagian dari Dieng Culture Festival IV tahun 2013 ini digelar selama dua hari 29-30 Juli 2013. Sejumlah 76 film kategori fiksi dan dokumenter dari berbagai sekolah di Indonesia bersaing pada ajang festival yang baru pertama digelar itu.

“Kejutan, sungguh tidak manyangka. Bagi kami, berhasil masuk sebagai nominator saja sudah senang. Ya lewat kemenangan ini sebagai bentuk pembuktian kiprah pelajar Purbalingga dalam bidang film,” tutur sutradara Octa Berna Ratungga.

Film “Gedang Goreng Soklat” berkisah tentang seorang anak penyandang difabel yaitu tunawicara yang berusaha keras membantu orang tuanya dengan cara berkomunikasi lewat gambar-gambarnya. Sampai pada suatu ketika, sebuah peristiwa lucu namun mengharukan menimpa si anak itu.

Menurut salah satu dewan juri, Subagjo Budisantoso, film “Gedang Goreng Soklat” itu mengangkat ide yang sederhana. “Namun mampu mengemasnya ke dalam tema yang tidak biasa, kehidupan seorang anak penyandang difabel dengan segenap semangatnya,” ujar dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini.

Dikategori fiksi, film terbaik II diraih film “Titip Doa” dari SMA Negeri 1 Banjarnegara, film terbaik III “Memulung Ilmu” dari SMA PGRI 2 Kayen. Sementara di kategori dokumenter, film terbaik diraih “Kong Asong” dari SMK Negeri 3 Batu, terbaik II “Daun Cahaya Kehidupan” dari SMK TI Pelita Nusantara Kediri, dan terbaik III “Ngelawang” dari SMA Negeri 3 Denpasar.

Wakil Bupati Banjarnegara, Drs. H. Hadi Supeno, M.Si yang berkesempatan menyerahkan hadiah kepada pemenang film fiksi terbaik berupa tropi, piagam, dan uang pembinaan mempunyai harapan besar pada pelajar yang sudah berkarya di bidang film itu. “Membanggakan. Para pelajar ini sudah mampu menyandingkan dengan karya-karya film mainstream di tanah air,” tegasnya.

Rabu, 26 Juni 2013

Ini Adalah Fakta Pertanian di Banyumas

Sebagian orang berjuang agar dapat menyelaraskan pangan, alam dan ekonomi tapi ada sebagian "orang kaya', mengapa kita namakan orang kaya karena merekalah yang bisa membeli apa saja hanya dengan uang, tapi ingat tidak ada yang bisa membeli Tuhan kita Allah SWT. Siapa lagi yang akan memperjuangkan ini lahan pertanian vs perumahan siapa yang akan memperjuangkan. Daging baru kemaren kita denger penyelewengan daging, tapi yang kita lihat sehari-hari areal persawahan kita tidak pernah ada tanggapan dan serasa duitlah yang berkuasa. DUIT
Doa
Usaha
Iklas
Taqwa
Tapi kemana arti ini, melihat tapi hanya melihat, mendengar hanya didengarkan bertindak mau. Langsung saja ini fakta pertanian kita lihat link dibawah ini : 

 Satelit Post memberitakan Sawah Disulap Jadi Perumahan

Setiap tahun lahan sawah di Banyumas berkurang 100-150 hektar. Dalam periode 2002-2007, lahan sawah di Banyumas berkurang 725 hektar, yaitu dari semula 32.951 hektar menjadi 32.226 hektar. Kendalikan Konversi Lahan 

PURWOKERTO- Humas BPMPP, Tasroh, mengatakan peralihan lahan pertanian menjadi perumahan tidak terekam di kantornya. Pasalnya, pihaknya ha­nya mengeluarkan perizinan saja. Suara Merdeka Alih Fungsi Lahan Tidak Terpantau

Perda no.10 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Banyumas jelas secara terang bahwa komitmen Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk mempertahankan sawah - sawah irigasi teknis dan 1/2 teknis dari berbagai konversi pemanfaatan  menjadi lahan terbangun. Detail dari komitmen tersebut tertuang dalam ketentuan zonasi kawasan peruntukan pertanian (pasal 84)   Perencanaan Tata Ruang Perkotaan Purwokerto Dalam Program Interaktif RRI Purwokerto

 

Itu hanya sebagian kecil berita yang bermunculan dan apa tindakan kita selanjutnya, apa hanya sebatas sya kan bagian modal, saya kan bagian perizinan saya kan bagian......"INGAT INI TANAH KITA, BANYUMAS TANAH KITA PERTANIAN KITA BUAT ANAK CUCU KELAK, BUKAN TANAH BUAT ORANG KAYA YANG SEMENA-MENA".

Tolong bantu pertanian kami, kasihan petani kita, kalo bukan anda ya siapa lagi. Saya menulis ini karena saya baru bisa menolong dengan tulisan saya.  

 


Minggu, 16 Juni 2013

Remaja Purbalingga Produksi Video Diary



Jelang Hari Remaja Internasional

Menjelang Hari Remaja Internasional (International Youth Day) 2013 yang akan jatuh pada 12 Agustus 2013, puluhan pelajar dan remaja Purbalingga menyibukkan diri dengan memproduksi video diary dengan tema besarnya “Catatan Remaja Indonesia (CARI)”.

Produksi video oleh remaja di Purbalingga yang juga dilakukan ratusan remaja di seluruh Indonesia adalah bagian dari program Jalan Remaja 1208 yang diprakarsai Yayasan Kampung Halaman Yogyakarta.

Salah satu pembuat video, Eli Antani, mengungkapkan ketertarikannya mempersiapkan peringatan Hari Remaja Internasional dengan membuat video. “Sebagai remaja, kami dituntut peka terhadap apa yang terjadi di sekitar kami. Caranya ya dengan menceritakan apa yang terjadi di lingkungan kami yang kemudian dituangkan pada video,” tutur siswi SMA Negeri Bobotsari ini.

Setelah melakukan pencarian isu-isu seputar remaja langsung ke masing-masing komunitas di Indonesia, tim Kampung Halaman menentukan lima tema video yaitu, Budaya dan Media, Pendidikan dan Lapangan Pekerjaan, Konflik, Hak Asasi Manusia, dan Lingkungan.

Di Purbalingga sendiri ada tujuh komunitas remaja yang sedang memproduksi video diary tersebut, yaitu Smega Movie SMK Negeri 1 Purbalingga yang memproduksi video tentang ketidakberdayaan pengelola plasma bulu mata palsu terhadap buruh yang masih di bawah umur, Kafiana Production SMK YPLP Perwira Purbalingga tentang hak asasi perempuan terhadap sedikitnya fasilitas toilet di pabrik dengan ribuan jumlah buruh perempuan, Papringan Pictures SMA Negeri Kutasari Purbalingga tentang pencemaran air tanah warga di sekitar TPA Banjaran.

Sementara Pak Dirman Film SMA Negeri Rembang Purbalingga membuat video tentang diskriminasi siswa jurusan IPA dan IPS, Pedati Film SMK Negeri Rembang Purbalingga tentang sulitnya penanganan persoalan sampah di Desa Sumampir, Kecamatan Rembang, Linglung Production SMA Negeri Bobotsari tentang satu-satunya sekolah gratis di Purbalingga, serta Forkappi Desa Gandasuli yang berkisah tentang seorang anak yang menjadi buruh tani sementara cita-citanya menjadi seorang guru.

Salah satu pegiat Cinema Lovers Community (CLC) Asep Triatno selaku fasilitator, menyatakan dukungannya pada program Jalan Remaja. “Kami mendukung karena memberi kesempatan bagi remaja di Purbalingga untuk menyuarakan sikap dan cara pandang mereka tentang diri dan lingkungannya ke publik melalui media, yaitu video atau film,” ungkapnya.

Video-video tersebut nantinya akan diputar serentak di seluruh dunia di Hari Remaja Internasional di puluhan titik pemutaran. Termasuk tujuh titik pemutaran dimana remaja Purbalingga memproduksi video diary.