Rabu, 29 Desember 2010

Penanggulangan Hama dan Penyakit

Dalam rangka program Aski Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN, perlu adanya pengamanan tanaman padi dari serangan Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yang mungkin mucul, diantranya :

Penggerek Batang

  • Penolahan tanah sebelum pembuatan persemaian
  • Sanitasi lingkungan (pencabutan tunas terserang)
  • Pengamatan penerbangan ngengat/kupu penggerek batang
  • Pengambilan/pengumpulan kelompok telur pada persemaian untuk dimusnahkan
  • Penggunaan pestisida pada daerah kronis/endemis

Wereng Batang Coklat (WBC)

  • Tanam Serempak dalam areal yang luas
  • Menanam padi Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW) bersertifikat
  • Pemantauan atau pengamatan secara berkelanjutan terhadap perekembangan populasi WBC
  • Membatasi penggunaan pestisida kimia pada areal pertanaman
  • Memanfaatkan pestisida alami/agen hayati serta melestarikan keberadaanya

Tikus

  • Memperbaiki tanggul dan saluran serta diadakan gropyokan secara serempak
  • Pemasangan umpan dan umpan beracun pada persemaian dan tanaman muda (fase vegetatif)
  • Pemasangan pagar plastik pada persemaian
  • Pengemposan dengan brender pada pematang dan tanggul
  • Sanitasi lingkungan

Siput Murbei

  • Pembuatan drainase dan pengeringan lahan untuk mempermudah pengambilan siput
  • Mengambil dan mengumpulkan siput kemudian dimusnahkan sebagai makanan ternak
  • Pemasangan ajir dilahan pertanaman
  • Memusnahkan kelompok telur

Minggu, 26 Desember 2010

Kado buat Kota Tercinta di STMIK Amikom Purwokerto


Pemutaran Film dan Diskusi

“Kado buat Kota Tercinta jilid 2”

Selasa, 28 Desember 2010
Jam 16.00 wib
Di Kampus STMIK AMIKOM Purwokerto

Kumpulan video dokumenter yang dibuat sebagai proyek menyambut ulang tahun kota Purbalingga. Banyak persoalan yang belum terungkap, dan karya-karya ini hadir untuk menyelidikinya.

Jalan Kaki Lima
Sutradara Asep Triyatno
Durasi 06’42” menit
Trotoar di Bobotsari yang digunakan tidak sebagaimana mestinya.

Sang Penakhluk Waktu
Sutradara Ayun Endra Yanto
Durasi 09’04” menit
Kehidupan seorang bakul jamu yang termakan zaman dan modernisasi.

Dewi Dewi
Sutradara Bowo Leksono
Durasi 07’16” menit
Saat air sungai meluap, kembar Dewi dan teman-temannya terpaksa bolos sekolah.

Rumahku Bukan Istanaku
Sutradara Nanki Nirmanto
Durasi 06’18” menit
Mbok Sumini, janda miskin yang tinggal jauh dari akses Pemerintah Daerah ini berusaha bertahan hidup di gubug reyot tak layak huni.

Mata Buruh
Sutradara Nanda Dian Sari
Durasi 08’55” menit
Mataku tak seindah aksesoris mata buatanku.


Support by
Kofimik & CLC

Sabtu, 25 Desember 2010

Pelajar Padati Pemutaran Kado buat Kota Tercinta


Tidak biasanya rumah salah satu anggota DPR Pusat Bambang Soesatyo yang terletak di sisi barat Pendapa Bupati Purbalingga, Sabtu malam (25/12) dipadati pelajar SMA yang datang dari wilayah Banyumas Raya.

Para pelajar dan apresian lain itu menghadiri sebuah program acara bertajuk Kado buat Kota Tercinta berupa pemutaran film dan diskusi. Malam itu, rumah berukuran sedang disulap menjadi bioskop. Sekitar 60 lebih penonton memenuhi rumah itu hingga tak mampu menampungnya.

Program Cinema Lovers Community (CLC) yang memasuki tahun kedua ini dirancang dan dihadirkan sebagai hadiah Hari Jadi Kota Purbalingga yang ke-180.

Pegiat CLC Nanki Nirmanto mengatakan program ini dibuat sebagai ruang kreatif bagi anak muda Purbalingga untuk belajar berkreasi lewat media film. “Ruang ini bertujuan menampung kegelisahan dan kepekaan anak muda terhadap kondisi miris Purbalingga di tengah-tengah pesatnya pembangunan,” ungkapnya.

Tahun ini, program berhasil mengumpulkan lima film dokumenter pendek antara lain “Mata Buruh” sutradara Nanda Dian Sari berkisah seputar buruh perempuan pembuat bulu mata palsu yang tidak jelas jaminan kesehatan matanya, “Dewi Dewi” sutradara Bowo Leksono menangkap kondisi ketiadaan infrastruktur berupa jembatan selama bertahun-tahun, “Sang Penakhluk Waktu” sutradara Ayun Endra Yanto menceritakan kehidupan seorang bakul jamu gendong yang tertatih-tatih menghadapi modernitas.

Kemudian film bertajuk “Rumahku Bukan Istanaku” sutradara Nanki Nirmanto berkisah seorang janda miskin bernama Mbok Sumini yang tinggal jauh dari akses Pemerintah Daerah. Ia dan keluarganya berusaha bertahan hidup di gubug reyot tak layak huni, sementara “Jalan Kaki Lima” sutradara Asep Triyatno memotret kondisi trotoar di wilayah Bobotsari yang sangat tidak berpihak kepada para pejalan kaki dan pedagang kaki lima itu sendiri.

Sebelum memutar film dan berdiskusi, didahului peluncuran media independen Purbalingga Autonomy Review (PAR) yang diterbitkan oleh Institut Negri Perwira. Penanggung jawab PAR Indaru Setyo Nurprojo mengatakan PAR adalah media untuk menyalurkan ide dan gagasan yang kritis, solutif dan inovatif terhadap kondisi sosial, ekonomi, budaya dan politik di Purbalingga.

“PAR hadir untuk mendorong terciptanya kondisi demokratis antara penyelenggara negara, masyarakat sosial, masyarakat ekonomi dan masyarakat politik di Purbalingga,” ungkap dosen Ilmu Politik FISIP Unsoed ini.

Film Banyumas Raya Kembali Berjaya


Di penghujung tahun, film dokumenter “The Water Diviner” (Sang Pawang Air) karya Bowo Leksono kembali menyabet penghargaan. Kali ini menjadi film terbaik di ajang Video and Photo Contest yang diselenggarakan oleh Collaborative Knowledge Network Indonesia (CKNet-INA).

Penganugerahan Kontes Video dan Foto bertema “Community, Water and Climate Change” ini dilakukan pada acara Knowledge Network for Water Conference di Ballroom Hotel Grand Kemang, Jakarta, beberapa hari lalu.

Pada kesempatan itu pula diputar film-film pemenang dan dipamerkan foto-foto pemenang sebagai wujud kampanye perubahan sikap dalam menyikapi krisis air dan dampak perubahan iklim dan untuk kegiatan non-profit jejaring CKNet-INA.

Film “Sang Pawang Air” dinilai mampu menunjukkan perspektif masyarakat mengenai air dan perubahan iklim dan menunjukkan bagaimana kehidupan atau komunitas yang telah berubah dan menyesuaikan diri dari waktu ke waktu karena perubahan iklim dan dampaknya pada air.

Sutradara “Sang Pawang Air” Bowo Leksono mengatakan film dokumenter garapannya adalah tentang perjuangan eksistensi sebuah kelompok masyarakat di Desa Singasari, Kecamatan Karanglewas, Banyumas terhadap kebutuhan air bersih.

Banyumas, lanjut Bowo, seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, tak luput dari bencana krisis air bersih. Namun, masyarakat Desa Singasari telah mampu memberi contoh solusi lokal secara mandiri tanpa campur tangan pemerintah daerah. “Masyarakat Desa Singasari telah mampu maju satu langkah melakukan perubahan perilaku dan mangatasi perubahan iklim yang terjadi,” tuturnya.

Sementara Co-Team Leader CKNet-INA Jan TL Yap mengatakan karya terbaik dipilih untuk membantu menyampaikan pesan kepada pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan di seluruh dunia bahwa kita harus bertindak sedari sekarang untuk menghadapi dampak dari perubahan iklim dan krisis air.

“Karya terbaik akan dipergunakan untuk kegiatan kampanye menghadapi krisis dan pencemaran air dan perubahan iklim baik di kancah nasional maupun internasional sebagai dampak perubahan iklim di berbagai negara,” ungkap Jan.

Sebelumnya, film “Sang Pawang Air” telah berhasil meraih penghargaan sebagai film terbaik II di ajang Kompetisi Dokumenter FORKAMI 2008 dan Special Mention (Film Pilihan Juri) di South to South Film Festival 2010.

Kado buat Kota Tercinta jilid 2


Dalam rangka turut menyemarakkan Hari Jadi Purbalingga ke-180, Cinema Lovers Community (CLC) menggelar pemutaran video dan diskusi. Agenda tahunan yang merupakan program bersama ini menjadi ruang kreatif bagi anak muda Purbalingga yang selama ini masih belum luas ruang geraknya.

Pemutaran video dan diskusi bertajuk “Kado buat Kota Tercinta” rencananya digelar pada Sabtu, 25 Desember 2010 pukul 19.30 wib di Posko Bambang Soesatyo Jl. Jambu Karang Kauman (sebelah barat Pendapa Bupati) Purbalingga dan terbuka untuk umum. Pada kesempatan itu akan dilakukan peluncuran perdana media Purbalingga Autonomy Review (PAR).

Program Officer Kado buat Kota Tercinta Nanki Nirmanto mengatakan program bersama yang memasuki tahun kedua ini berhasil mengumpulkan 5 karya video dokumenter pendek dari para pembuat film Purbalingga. “Program ini merupakan ajang kreatif untuk melatih kepekaan terhadap kondisi lingkungan sosial kemasyarakatan,” ungkapnya.

Kelima karya video tersebut berjudul “Mata Buruh” sutradara Nanda Dian Sari berkisah seputar buruh perempuan pembuat bulu mata palsu yang tidak jelas jaminan kesehatan matanya, “Dewi Dewi” sutradara Bowo Leksono menangkap kondisi ketiadaan infrastruktur berupa jembatan selama bertahun-tahun, “Sang Penakhluk Waktu” sutradara Ayun Endra Yanto menceritakan kehidupan seorang bakul jamu gendong yang tertatih-tatih menghadapi modernitas.

Kemudian video bertajuk “Rumahku Bukan Istanaku” sutradara Nanki Nirmanto berkisah seorang janda miskin bernama Mbok Sumini yang tinggal jauh dari akses Pemerintah Daerah. Ia dan keluarganya berusaha bertahan hidup di gubug reyot tak layak huni, sementara “Jalan Kaki Lima” sutradara Asep Triyatno memotret kondisi trotoar di wilayah Bobotsari yang sangat tidak berpihak kepada para pejalan kaki dan pedagang kaki lima itu sendiri.

Akan diputar pula video dokumentasi perseteruan CLC dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Purbalingga pada even Gelar Budaya dalam rangkaian ulang tahun Purbalingga setahun silam saat kepemimpinan Bupati Triyono Budi Sasongko. Video ini belum sempat terpublikasi dan masih menyisakan berbagai persoalan.

Kritik Sosial
Seluruh karya video, sesuai dengan program yang sudah disepakati, mengandung kritik sosial, lingkungan, dan kebijakan pembangunan di Purbalingga. Karya seni tidak sekedar mengandung nilai estetika tapi harus mampu menjadi daya kritik.

Kado buat Kota Tercinta menurut Nanki, adalah ajang bagi anak muda untuk berkarya dan mengkritisi lingkungan sekitarnya. “Anak muda tidak boleh hanya melihat pembangunan dari permukaannya saja tapi harus lebih peka terhadap kondisi sekitar dan seniman jangan selalu berkarya yang indah-indah saja tapi harus berpihak pada yang lemah juga,” tuturnya.

Kado spesial berupa kemasan album kompilasi DVD dan media PAR ini rencananya dibagikan kepada penentu kebijakan di Purbalingga. Harapannya, mereka mempunyai alternatif referensi dan informasi tentang gambaran pembangunan di Purbalingga.

Senin, 20 Desember 2010

ATURAN PAKAI EM 4 DAN KEGUNANYA PADA TANAMAN

Jenis tanaman

  • Padi
  • Palawija
  • Sayur-sayuran
  • Bunga-bungaan
  • Tanaman setahun lainnya

Pemberian Bokhasi gunakan sebagai pupuk dasar dengan pemberian 50 gram s/d 100 gram per tanaman

Perlakuan EM 4 lanjutkan dengan penyemprotan EM 4 pada tanah dan tubuh tanaman 3—10 ml per liter air seminggu setelah pemberian pupuk dasar sampai dengan minggu ke 6 dengan jarak waktu seminggu sekali

Jenis tanaman

  • Jeruk
  • Teh,
  • Kopi
  • Apel
  • Coklat
  • Anggur
  • Pepaya
  • Panili,
  • Tanaman tahunan lainnya.

Pemberian Bokhasi gunakan 50 gr—100 gram/ polybag pada saat pembibitan tanaman. Sebagai pupuk dasar gunakan 150—200 gram/tanaman. Untuk memperoleh hasil terbaik pemberian bokhasi dapat diulang 3 bulan sekali tergantung dari umur tanaman.

Perlakuan EM 4 lanjutkan dengan penyemprotan EM 4 pada tanah dan tubuh tanaman 3—10 ml per liter air, setiap 2—3 minggu sekali.

KEGUNAAN EM 4

  1. Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
  2. Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi
  3. Memfermentasi bahan organik tanah dan mempercepat dekomposisi bahan organik.
  4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil

PENGGUNAAN EM 4

EM 4 digunakan melalui ;

  1. Penyemprotan EM 4 pada tanah, perakaran dan permukaan tanaman dengan dosis 3—10 ml per liter air serta dilakukan setiap 1—2 minggu sekali.
  2. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan dan menjamin ketersediaan bahan organik dalam tanah, EM 4 sebaiknya digunakan melalui pembuatan “BOKASHI” yaitu suatu hasil fermentasi bahan organik dengan inokulasi.
  3. EM 4 yang mampu berperan sebagai pupuk organik (kompos).
  4. Digunakan sebagai pupuk dasar dengan dosis 1—5 ton / ha.

CARA PEMBUATAN ARANG BOKASHI

EM 4 merupakan kultur campuran dari mikro organisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan, yaitu sebagian besar terdiri dari mikroorganisme Lactobacillus sp.(bakteri penghasil asam laktat), Actinomycetes sp., Bakteri ragi, Jamur mikoriza/kapang fermentasi, bakteri fotosintetik.

EM 4 mampu meningkatkan proses dekomposisi limbah dan sampah organik, sehingga dapat digunakan untuk mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan, membersihkan air limbah serta meningkatkan kualitas air pada tambak.

EM 4 dapat meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, serta menekan aktifitas serangga, hama , dan mikroorganisme patogen. Di samping itu, EM 4 dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman.

Bahan

Untuk membuat arang bokashi sebanyak 1 ton diperlukan bahan :

  • Larutan EM-4 : 1 ltr
  • Molase/larutan gula : 1 ltr
  • Limbah organik (serbuk kayu gergajian) : 300 kg
  • Pupuk kandang : 150 kg
  • Sekam padi : 300 kg
  • Arang serbuk kayu gergajian : 100 kg
  • Dedak/bekatul : 150 kg

Syarat

  • Tempat pembuatan terlindung dari sinar matahari dan air hujan.
  • Temperatur maksimum adalah 50 derajat Celcius

Cara Pembuatan

  • Larutkan EM 4 dan molase ke dalam air sebanyak 500 liter (tergantung keadaan bahan).
  • Aduk secara merata limbah organik, pupuk kandang, sekam, arang serbuk kayu gergajian dan dedak dalam satu adonan.
  • Siramkan larutan EM 4, molase dan air tadi secara perlahan dan merata pada adonan(campuran limbah organik, pupuk kandang, sekam padi, arang serbuk kayu gergajian, dan dedak) sehingga kandungan air 20-30% (bila adonan dikepal dengan tangan tidak mengeluarkan air dan bila kepalan dibuka maka adonan akan mekar).
  • Ratakan adonan di atas lantai (ubin) atau lantai tanah kering dengan ketebalan 15-20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni atau bahan lain yang tidak menghambat sirkulasi udara selama 4-6 minggu.
    Pertahankan suhu adonan pada temperatur antara 40º - 50ºC jika suhu lebih dari 50ºC segera penutup adonan dibuka dan adonan dibolak-balik.
  • Setelah 4-5 minggu bokhasi siap digunakan sebagai pupuk.
  • EM 4 telah digunakan di berbagai negara didunia antara lain Jepang, Thailand, Malaysia, Indonesia, Pakistan, India, Banglades, Myanmar, China, Korea Selatan, Kanada, Amerika Serikat dan New Zaeland, terbukti dapat meningkatkan kesuburan tanah dan produksi tanaman.

Sumber Folder EM 4 dan bokashi (Dephut, 1996), Bokashi (Dephutbun 1998)

PENYAKIT LAYU PADA TANAMAN PISANG


Di Indonesia, pisang merupakan tanaman buah-buahan yang paling banyak di tanam petani dan produksinya paling tinggi dibandingkan dengan produksi komon\diti buah lainya. Namun akhir-akhir ini, pertanaman psang di beberapa sentra produksi menglami banyak kerusakan akibat serangan penyakit layu, baik layu fusarium maupun layu bakteri (Moko disease/ penyakit darah.)

PENYEBAB PENYAKIT

Penyakit layu Fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium oxsyporum f.sp cubense , sedangkan penyakit darah disebabkan oleh bakteri Ralstonia (Psedomonas) solancacearum p.v.celebensis.

Cendawan fusarium merupakan patogen tular tanah, cendawan masuk melalui lika pada akar, kemudian berkembang dan merusak jaringan pembuluh kayu (xylem), tetapi tidak sampai tandan/buah. Benang-benang cendawan (miselium) terutama terdapat dai dalam sel, khususnya dalam jaringan pembuluh kayu. Akibat kerusakan dan adanya miselium dalam jaringan tersenut transportasi makanan dan air terganggu, sehingga tanaman layu dan mati.

Cendawam fusarium dapat menyebar melalui bibit secara laten, kontak spora dengan perakaran tanaman sehat dan alat-alat pertanian. Pada media agar bakteri Rolstonia ( Pseudomonas) solanacearum membentuk koloni bulat (2-3) berwarna merah muda dengan bagian pinggir koloni berwarna bening tajam/mengkilat dan cenderung lengket. Infeksi bakjteri pada tananaman akan menyebabkan jaringan xylem mengalami nekrosis berwarna kecoklatan dan menyebar dari bongol sampai ke tandan bunga/ buah. Kerudsakan xylem tersebut menyebabakan tanaman layu mati. Penyakit darah dapat menyebar melalui bibit, ( dari rumpun yang sakit), kontak akar, alat –alat pertanian dan serangan vector.

GEJALA PENYAKIT

Gejala awal penyakit fusarium ditandai oleh menguningnya daun bagian bawah ( mulai dari tepi helaian daun) yang diikuti perubahan warna pembuluh, terutama pada pelepah daunluar. Pada stadia lanjut warna daun menjadi kuning tua atau coklat dan tangkai daun patah dibagian pangkal (gambar halaman judul). Kadang-kadang lapisan luar batang palsu ( pseudostem) terbelah mulai dari permukaan tanah.

Gejala yang paling khas adalah gejala dalamj., Apanbila batang dibelah menbujur. Terlihat garis-garis coklat atau hitam menuju ke semua arah, dari batang keatas melalui jaringan p[embuluh ke pangkal daun atau tungkai. Pemrubahan warna pada berkas pembuluh paling jelas tapak dalam batang.

Gejala paling khas serangan penyakit layu bakteri adalah daun menguning dan layu bakteri adalah daun menguning dan layu kemudian patah pada tangkainya. Bunga jantan (jantung) mongering, buah kersa dan bagian dalamnya berwarna coklat kehitaman, mulai dari tangkai buah sampai batang, bila dipotong terlihat jaringan pembuluhnya berwarna coklat kehitaman yang bila dibiarkan beberapa waktu akan mengeluarkan lendir bakteri berwarna putih dan coklat kehitaman.

PENGENDALIAN

Kultur Teknis

  • Penggunaan galur / varietas yang tahan ( belum diketahui yang tahan)
  • Penggunaan benih sehat( dari kultur jaringan atau anakan anaman sehat)
  • Penggunaan pupuk kompos yang matang disertai dengan perlakuan agens antagonis pada saat menjelang tanam.
  • Pemeliharaan tanaman yang baik dengan mencegah terjadinya pelukaan pada akar.
  • Pergiliran atau rotasi dengan tanaman yang tidak satu famili atau menjadi inang patogen
  • Pengapuran bila ph tanah rendah( minimal 15 hari sebelum tanam)
  • Sanitasi gulma perbaikan drainase kebun.

Mekanis

  • Pemb ongkaran / eradikasi tanaman sakit ( dapat dibantu dengan injeksi herbisida detelah daun-daun tanaman dipotong).

Biologis

  • Modifikasi lingkungan untuk mengaktifkan agens antagonis yang ada dalam tanah, misalnya dengan menggunakan pupuk organic.
  • Aplikasi agens antagonis ( Misal nya Gliocladium spp, Trichoderma spp. Dan Pseudomonas fluorescens).

Kimiawi

  • Alat pertanian yang digunakan untuk memotongtanaman sakit dibersihkan/ didesinfektan dengan formalin 5% atau di cuci bersih dengan sabun dan keringkan dibawah sinar matahari.
  • Benih / bibit pisang dicelupkan kedalam larutan desinfektan, misalnya formalin 1% sebelun tanam.

Karantina

  • Larangan membawa media atau bahan tanaman sakit dari daerah serangan ke daerah lain yang masih bebas penyakit.
  • Pengawasan lalu lintas benih antar daerah/ wilayah.

    Pengendalian vector( khusus untuk layu bakteri/ moko disesase)

  • Mengerodongi buah atau tandan buah menggunakan kantong plastik atau lainya segera setelah pembuahan selesai.
  • Segera membuang bunga jantan (jantung) setelah pembuahan selesai
  • Menggunakan insektisida untukl mengendalikan serangan selama masa pembungaan sampai selesai pembuahan.

Mengendalikan Hama Belalang dan Ulat


Bahan :

  • Daun sirsak 50 lembar
  • Deterjen / sabun colek 20 gr
  • Daun tembakau satu genggam dan 20 liter air

Cara membuatnya

  • Daun sirsak dan tembakau ditumbuk halus, tambahkan deterjen
  • Aduk dengan 20 liter air
  • Endapkan selama 24 jam.
  • Saringlah dengan kain halus dan
  • Encerkan dengan 50-60 liter air
  • Aplikasi dengan cara disemprotkan.

Minggu, 19 Desember 2010

Mengendalikan Hama Trips pada Cabai



Bahan

* Daun sirsak 5-10 lembar
* Deterjen/ sabun colek 15 gr dan air 5 liter

Cara membuatnya

*
Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 liter air dan sabun colek.
*
Rendam selama 24 jam dan saring dengan kain halus.
*
Setiap liter larutan dapat diencerkan dengan 10-15 liter air.
*
Aplikasi dengan menyemprotkan larutan tersebut pada bagian tanaman yang terdapat hama

BUDIDAYA BELUT

1. SEJARAH SINGKAT

Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di awa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.


2. SENTRA PERIKANAN

Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.


3. JENIS

Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces, Subkelas : Teleostei, Ordo : Synbranchoidae, Famili : Synbranchidae, Genus : Synbranchus, Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut). Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belutkali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.

4. MANFAAT

Manfaat dari budidaya belut adalah:
1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Sebagai obat penambah darah.

5. PERSYARATAN LOKASI

  1. Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik. 2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun. 3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C.
  2. Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan oksigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
  1. Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
  2. Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
  3. Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
  4. Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.
  5. Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
  6. Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.
6.2. Penyiapan Bibit

1) Menyiapkan Bibit
  • Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
  • Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
  • Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran 30 cm dan belut jantan berukuran 40 cm.
  • Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran
  • Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
  • Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
  • Pemberian Vaksinasi
  • Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama
  • Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
  • Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
7.2. Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

8. PANEN

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
  1. Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
  2. Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen). Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

9. PASCAPANEN

Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.



10. DAFTAR PUSTAKA
  1. Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya (Anggota IKAPI). Jakarta.
  2. Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta

SAYURAN SAWI

Mungkin anda pernah berkunjung ke lahan pertanian, anda pasti akan melihat tanah yang begitu luas yang ditumbuhi oleh beraneka macam tumbuhan dan sayuran. Lahan tanah yang sedikit basah dan kotor serta telah tercemari oleh pupuk dan pestisida. Tetapi mungkin anda akan melihat hal ini akan berubah untuk beberapa tahun yang akan datang. Kenyataannya, sekarang beberapa petani di negara Jepang, tidak lagi menanam sayuran di atas tanah, dibawah langit layaknya beberapa petani konvensional di negara-negara lain seperti Indonesia.
Industri makanan di Jepang, menerapkan cocok tanam model baru yang disebut Pabrik Sayuran. Tindakan ini dilakukan untuk menanggapi skandal yang muncul karena adanya pupuk pestisida berbahaya yang di impor dari China.
Petani sedang memeriksa kualitas tanaman
Di dalam pabrik sayuran ini, para petani jepang diharuskan memakai baju pelindung, sarung tangan, penutup hidung agar dapat memasuki pabrik dengan kondisi alam buatan. Kelembaban, tempratur, pencahayaan serta faktor-faktor yang lainnya sepenuhnya diatur, dan tanaman sayuran tumbuh dengan nutrisi yang lebih baik daripada tanah. Menteri pertanian Jepang mengharapkan akan ada 150 pabrik sayuran dalam 3 tahun yang akan datang.

Adapun keunggulan yang dimiliki oleh pabrik sayuran yaitu :

Hasil dapat dipanen lebih cepat dan lebih banyak, misalkan sayuran sawi organik dapat dipanen 20 kali dalam setahun, lebih banyak daripada dipanen 2 atau 3 kali setahun dengan cara bercocok tanam biasa. Ketika akan dijual dan dimasukkan kedalam kemasan, tidak perlu di cuci. Lebih tahan lama di lemari pendingin, karena hanya memiliki sedikit kuman dari tempat mereka tumbuh.

Luar Biasa teknologi pertanian yang diterapkan oleh pemerintah jepang. Semoga ini juga dapat ditiru dan dilaksanakan oleh para petani kita di Indonesia.

PERBANYAKAN TANAMAN

Perbanyakan tanaman dapat berlangsung dengan cara :
  • Secara kawin ( sexual / generatif ) yaitu yang dikenal dengan perbanyakan menggunakan biji.
  • Secara tidak kawin ( asexual / vegetatif ) yaitu dikenal dengan perbanyakan tanaman dengan menggunakan cara buatan ( tidak menggunakan biji ).
Masing-masing cara perbanyakan ini mempunyai kelebihan dan kelemahan .
Kelebihan dari perbanyakan secara generatif / menggunakan biji adalah :
  • Dapat dikerjakan dengan mudah
  • Biasanya lebih sehat dan hidup lebih lama
  • Memungkinkan diadakan perbaikan –perbaikan sifat tanaman lewat persilangan baru.
  • Benih lebih mudah disimpan dan dan dikirimkan.
  • Tanaman mempunyai perakaran tunggang yang dalamsehingga tahan kekeringan pada musim kemarau dan tahan rebah.
Kelebihan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah :
  • Untuk perbanyakan tanaman yang tidak menghasilkan biji
  • Sifat-sifat yang baik dari tanaman induk dapat diturunkan.
  • Lebih cepat menghasilkan
  • Untuk beberapa tanaman lebih murah.
  • Dapat dipakai untuk menggabungkan sifat yang baik dari perakaran dan batang dari suatu tanaman yaitu dengan penempelan / okulasi dan penyambungan / enting.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian dari tanaman, baik cabang, ranting, daun, batang, tunas, akar maupun daun. Cara perbanyakan ini dapat dilakukan dengan cara mencangkok, menyetek, okulasi, merunduk, dan sambung.
Keuntungan dari perbanyakan tanaman sistem ini adalah sifat induknya sama dengan hasil turunannya.
Sedangkan alasan lain dari perbanyakan secara vegetatif adalah :
1. Tanaman tidak menghasilkan atau sedikit menghasilkan biji.
2. Biji yang dihasilkan oleh tanaman sukar berkecambah.
3. Tanaman yang diperbanyak secara vegetatif akan lebih cepat berbuah
dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji .
4. Tanaman akan lebih kuat bila disambungkan pada batang jenis lain.
5. Tanaman lebih ekonomis bila diperbanyak dengan vegetatif.
6. Tanaman lebih tahan suhu dingin bila disambungkan pada batang jenis tanaman lain.
Perbanyakan vegetatif tidak hanya menyetek,mencangkok dan menyambung saja tetapi masih ada cara-cara lainnya .
Secara garis besar perbanyakan vegetatif dibagi :
  • Perbanyakan vegetatif dengan menggunakan bagian-bagian khusus tanaman ( tidak terjadi perbaikan sifat tanaman )
  • Perbanyakan vegetatif secara buatan ( tidak perbaikan sifat tanaman ,contoh dengan stek,dan mencangkok )
  • Perbanyakan vegetatif secara buatan ( dapat memperbaiki sifat tanaman contoh dengan menyambung ).

II. Mencangkok
Cangkok merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang tertua di Indonesia.
Kebaikan cangkok adalah :
    • Sifat dari tanaman cangkokan sama benar dengan induknya
    • Pohon akan cepat berbuah yaitu kira-kira setelah berumur 3 – 4 tahun.
Sebaliknya kelemahan adalah :
  • Pohon induk akan rusak bentuknya.
  • Hasil pohon induk akan menurun , karena banyak cabang yang baik diambil sebagai cangkok.
  • Mencangkok tidak bisa dilakukan secara besar-besaran.
  • Mencangkok merupakan pekerjaan yang banyak menyita waktu
  • Pohon cangkokan jarang mempunyai bentuk yang bagus.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melalukan pencangkokan adalah :
1. Pemilihan batang cangkokan :
  • Batang yang dicangkok sebaiknya diambil dari pohon induk yang sedang umur ( jangan terlalu tua dan jangan terlalu muda )
  • Pohon, kuat, sehat dan subur.
  • Usahakan pemilihan batang untuk mencangkok tidak merusak pohon induk,ambil pohon yang tidak produktif dan tegak
  • Produksi buahnya baik.
2. Waktu mencangkok
- Sebaiknya dilakukan pada musim penghujan agar tidak melalukan penyiraman
3. Pemeliharaan mencangkok
- Selama pencangkokan , usahakan media cangkokan selalu cukup lembab

Cara mencangkok
  • Dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling batang yang akan dicangkok
  • Lebar sayatan tergantung pada jenis tanaman.
  • Penyayatan ini sampai terlihat bagian kayunya dan lapisan kambium batang dihilangkandengan jalan dikerok.
Sayatan /luka yang telah dibuat tersebut dibiarkan selama 2 -4 hari, kemudian sekeliling sayatan di tutup dengan campuran tanah halus dan pupuk kandang dengan perbandingan 1;1 ( sebagai media cangkok ) selanjutnya dibungkus dengan sabut kelapa atau pembungkus lain seperti daun pisang,plastik,kaleng, 2 belah bambu.

III. Stek
Perbanyakan tanaman dengan cara stek, umumnya dipergunakan untuk :
  • Menanggulangi jenis tanaman-tanaman yang tidak mungkin diperbanyak dengan menggunakan biji.
  • mengekalkan kloon tanaman unggul.
  • memudahkan dan mempercepat perbanyakan tanaman.
Keuntungan dari perbanyakan tanaman dengan cara stek adalah :
    • Dapat menghasilkan tanaman yang sama dengan induknya, hanya dengan akar, daun dan batang dalam waktu yang relatif singkat dan jumlah yang banyak.
    • Merupakan cara yang sederhana dalam perbanyakan tanaman, cepat dan tidak memerlukan teknik-teknik tertentu seperti perbanyakan tanaman dengan cara sambung.
Macam-macam stek :
      1. Stek akar, yaitu stek yang terdiri dari potongan-potongan akar tinggal dengan satu atau beberapa mata.
Contohnya stek pada tanaman Jahe dan kunyit.
      1. Stek batang, stek ini terdiri dari :
        • Stek cabang, yaitu terdiri dari bagian batang atau cabang atau cabang yang tua, tanpa kulit hijau lagi. Contohnya stek tanaman ubi kayu.
        • Stek ranting, yaitu stek tanaman yang berasal dari bagian batang atau ranting yang masih muda, yang masih mempunyai kulit hijau. Contohnya stek pada tanaman Pangkas kuning, dan Teh.
        • Stek ujung, yaitu stek yang menggunakan bagian ujung batang yang paling muda, contohnya stek pada tanaman Kangkung.
      2. Stek Daun, yaitu stek yang menggunakan bagian tanaman yang berupa daun, dengan satu mata atau lebih. Setiap mata akan membentuk tunas dan akar baru. Setelah tanaman baru telah tumbuh, bahan stek akan berangsur-angsur membusuk.
      3. Stek Tunas/Mata, yaitu perbanyakan tanaman dengan menggunakan mata tunas suatu tanaman, contohnya pada stek tanaman Tebu.
Faktor yang mempengaruhi dalam proses penyetekan dapat digolongkan menjadi tiga golongan :
  1. Faktor Tanaman
    1. Macam bahan stek. yaitu bahan yang akan dipergunakan untuk stek memang beraneka macam, tetapi umumnya tanaman yang berkayu lunak akan lebih mudah berakar.
    2. Umur bahan stek. Bahan stek yang baik adalah stek yang diambil dari tanaman yang telah berumur sedang, bila stek berasal dari tanaman yang masih muda dan lunak maka proses transpirasi akan berlangsung dengan cepat sehingga stek jarang diambil dari pohon yang terlalu muda, demikian juga jika terlalu tua, akan berakibat terlalu lama keluarnya akar.
    3. Adanya tunas dan daun pada stek. Adanya tunas dan daun pada stek akan berpengaruh baik terhadap proses pembentukan akar, akan tetapi jika terdapat daun terlalu banyak, akan terjadi kehilangan air yang banyak pula pada stek karena adanya proses transpirasi, sehingga stek akan layu dan kering sebelum membentuk akar.
    4. Kandungan makanan dalam stek. Stek yang mengandung bahan karbohidrat tinggi dan nitrogen yang cukup akan mempermudah terbentuknya akar dan tunas pada stek.
2. Faktor Lingkungan.
      1. Media Pertumbuhan
Media pertumbuhan stek sebaiknya ber P.H. 5-7, terdiri dari bahan-bahan yang longgar tetapi harus dapat menahan kelembaban serta memberikan aerasi dan drainase yang baik, bebas dari cendawan dan bakteri yang menyerang stek. Media yang dipakai antara lain dapat terdiri dari campuran tanah, pasir dan pupuk kandang. Peranan media perakaran ini akan menentukan prosentase akar-akar stek yang dibentuk serta macam bentuk akar stek.
b. Kelembaban.
Kelembaban termasuk salh satu faktor penting yang dapat mempengaruhi stek sebelum berakar, apabila kelembaban rendah, stek akan mati, karena pada umumnya stek miskin kandungan air sehingga pada kelembaban rendah ini stek akan kekeringan sebelum membentuk akar. Pengambilan air oleh stek sangat menentukan pertumbuhan stek.
c. Temperatur
Temperatur udara optimum untuk pembentukan akar berbeda-beda untuk setiap tanaman, tetapi pada kebanyakantanaman, temperatur udara optimum berkisar antara 29 c – 30 c, sedangkan temperatur media perakaran sebaiknya sekitar 24 c, karena pada temperatur ini pembagian sel dalam daerah perakaran akan dirangsang.
d. Cahaya
Stek memerlukan perlindungan cahaya matahari langsung untuk mempertahankan temperatur dan kelembaban. Kegunaan cahaya terutama untuk pembentukan auxin dan karbohidrat. Tetapi apabila auxin dan karbohidrat telah terpenuhi, cahaya akan mempunyai pengaruh yang merintangi pembentukan akar.
3. Faktor Pelaksanaan.
a. Panjang stek
Stek terlalu panjang tumbuhnya akan lambat, maka hendaknya stek jangan dibuat terlalu panjang, sebagai contoh :
    • Stek batang perlu mempunyai 3 mata tunas, yaitu 1 mata untuk pembentukan akar, 1 mata untuk pembentukan batang dan 1 mata untuk pembentukan cadangan.
    • Panjang stek batang pada umunya 30 cm.
    • Untuk stek cabang panjang sebaiknya 15 cm.
    • Untuk stek ujung sebaiknya 5 cm.
    • Untuk stek mata sebaiknya 2 cm.
b. Pemotongan stek
Untuk stek batang/cabang dibagian atas dipotong miring untuk menghindari dari pembusukan karena adanya air hujan. Dibagian bawah dipotong mendatar supaya perakarannnya banyak dan merata, diusahakan pada pemotongan tidak pecah, yaitu dengan alat yang tajam atau gergaji.
Untuk stek ujung dan stek ranting bagian bawahnya dilakukan pemotongan miring ( ± 45 ) agar penampang dasar stek menjadi lebih luas, sehingga jumlah akar akan tumbuh lebih banyak. Pemotongan miring ini dapat pula menghasilkan satu akar besar pada ujung stek, karena adanya akumulasi zat tumbuh pada ujung tersebut.
Pemotongan stek ini sebaiknya dilakukan dalam air, agar jaringan pembuluh pada stek yang baru dipotong terisi oleh air untuk memudahkan penyerapan.
c. Kebersihan dan Pemeliharaan.
Dalam penyetekan diperlukan kebersihan dari alat pemotong, media perakaran, dan tempat pertumbuhan agar terbebas dari kemungkinan penularan jamur dan bakteri-bakteri pada stek. Pemakaian fungisida akan mencegah penyakit yang mungkin timbul pada stek.
Pada pemeliharaan, penyiraman yang berlebihan dapat membusukan stek dan penyiraman kurang, stek tersebut dapat menjadi kering. Demikian pula pengaturan cahaya harus dilaksanakan dengan memberikan naungan agar cahaya tersebut sesuai dengan kebutuhan stek.

IV. Penyambungan
Penyabungan tanaman dapat diartikan suatu tindakan memasukan, atau menempatkan atau menyambung bagian dari tanaman satu ke bagian tanaman lain hingga membentuk sambungan yang tetap dan kekal serta membentuk tanaman baru.
Penyambungan ini dapat dilakukan diantara dua atanaman dari satu varietas, misalnya batang bawah diambil dari pohon belimbing demak dan disambungkan dengan belimbing lokal lainnya.
Penyambungan ini juga dapat dilakukan diantara varitas dalam satu spesies, misalnya Ketela pohon lokal dengan ketela karet.
Perbanyakan tanaman dengan cara menyambung dilakukan dengan alasan :
  1. Untuk mempertahankan sifat-sifat yang baik dari pohon induk, yang tidak dapat dilakukan dengan cara lain.
  2. Unutk memperoleh kebaikan dari batang bawah tertentu, misalnya ketahanan terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan atau ganguan lain yang ada didalam tanah.
  3. Untuk merubah jenis tanaman yang lebih baik.
  4. mempercepat berbuah dari bibit yang terseleksi.
  5. Memperbaiki bagian-bagian pohon yang telah rusak.
  6. Mengubah kebiasan tanaman, misalnya ketinggian tanaman dapat menjadi lebih rendah.
Untuk memperoleh tanaman sambungan yang baik diperlukan batang bawah dan batang atas yang keadaan serta sifatnya yang baik.
Untuk batang bawah diperlukan kriteria antara lain :
  1. mempunyai batang dan perakaran yang kuat, tahan terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan seperti penyakit yang menyerang akar.
  2. Mudah menyesuaikan dengan lingkungan.
  3. mempunyai kecepatan tumbuh yang sama dengan batang atas.
  4. Tidak mengurangi mutu dan jumlah buah pada tanaman yang akan terbentuk.
Sedangkan untuk batang atas diperlukan syarat :
  1. Diambil dari pohon yang kuat , tumbuh normal, bebas dari hama penyakit.
  2. Batang harus lurus dan bergaris tengah ± 1 cm.
  3. Berasal dari tanaman yang dinginkan, misalnya buah banyak, enak, kayunya bagus, tahan hama dan penyakit.
Cara Menyambung :
    • Batang bawah dan atas diusahakan ukuranya sama, sebagian daunya dipotong atau semua daunnya dipotong habis.
    • Pada batang bawah dibuat celah/dibelah sepanjang 3-4 cm secara simetris dengan menggunakan pisau tajam.
    • cabang-cabang untuk batang atas yang telah tersedia diptong kurang dari 10 cm ( 5-10 cm ) bgaian pangkalnya disayat pada kedua sisinya dan diruncingkan sepanjang 3-4 cm.
    • Batang atas dimasukan kedalam belahan batang bawah, sehingga luka sayatan seluruhnya kedalam belahan batang bawah.
    • Pertautan dikat dengan tali rafia hingga rapat.
    • Lakukan penyukupan sampai batang bawah pertautan dengan menggunakan kantong plastik putih, dengan maksud menjaga kelembaban pada pertautan.
    • Pertautan akan merekat baik dalam waktu 3-4 minggu setalah penyambungan.
    • Tanda pertautan telah berhasil apabila pada batang atas telah tumbuh tunas baru, atau batang atas tetap segar.
    • Apabila batang atas telah tumbuh tunas, sungkup dibuka dan tali perekat dilepas dengan hati-hati.
    • Apabila bibit telah berumur 2-3 bulan, bibit siap untuk ditanam dilapangan penanaman.