Sabtu, 29 Desember 2012

Media Sosialisasi Antikorupsi



Kado buat Kota Tercinta jilid 4

Tembok-tembok tetangga yang membatasi kebun belakang rumah itu sudah sejak sore ditutup kain hitam. Kemudian dibagian tengah terpasang layar putih. Lampu-lampu, kursi, dan sistem pengeras suara pun ditata lengkap sebagai sebuah Bioskop Rakyat open space.

Puluhan anak muda yang sebagian besar pelajar itu datang dari berbagai sekolah di Purbalingga. Demikian suasana persiapan malam puncak program Kado buat Kota Tercinta jilid 4 yang digelar Cinema Lovers Community (CLC) pada Sabtu malam, 29 Desember 2012 di Markas Besar CLC Jalan Puring nomor 7 Purbalingga.

Program tahunan yang sudah memasuki tahun ke-4 ini dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Purbalingga yang ke-182. Mengangkat tema “Purbalingga (Bukan) Sarang Koruptor”, seniman muda Purbalingga menyuarakan antikorupsi lewat karya foto, karikatur, komik, dan poster yang dipamerkan sejak 25-31 Desember 2012. Sementara musik, sastra, teater dan film dipentaskan dan diputar malam itu.

Direktur CLC Bowo Leksono menjelaskan pentas musik menghadirkan band Limbah Industri dan Ading yang lagu-lagunya turut menjadi latar film “Purbalingga (Bukan) Sarang Koruptor”, pergelaran sastra berupa pembacaan puisi dari Kelas Menulis Purbalingga. “Sementara teater menampilkan monolog bertajuk “Lagu tak Merdu” dari Teater Brankas SMA Negeri 2 Purbalingga,” jelasnya.

Belum lagi pemutaran film dimulai, hujan turun. Penonton pun digiring masuk markas CLC untuk menonton film dan berdiskusi di bioskop rakyat indoor. “Semua orang tahu apa itu korupsi. Setelah menyaksikan film ini, jadi ada gambaran seperti apa yang terjadi di Purbalingga ini,” ujar Febriana, siswi SMK Widyamanggala Purbalingga.

Usai pemutaran film dokumenter “Purbalingga (Bukan) Sarang Koruptor” dilanjutkan diskusi dengan menghadirkan aktivis perempuan Endang Yulianti, S.H., M.Hum. Menurutnya, film dokumenter ini menunjukkan fakta-fakta adanya indikasi tindak pidana korupsi di Kabupaten Purbalingga. “Film sangat baik sebagai media sosialisasi antikorupsi karena itu harus ditonton dan didiskusikan oleh sebanyak-banyaknya masyarakat Purbalingga,” ujar pengacara itu.

Program bertema korupsi yang didukung Institut Negri Perwira dan LSM Mandat Purbalingga ini rencananya tidak hanya berhenti sampai di sini. Dengan film disertai diskusi, menjadi bahan kampanye bagaimana penanganan kasus-kasus korupsi di Purbalingga.

Jumat, 28 Desember 2012

PTT Technology Component of Red Peppers



Chili can provide benefits two to three times compared with other commodities. Thebenefits could be raised again if the cultivation is done by the approach of Integrated Crop Management (ICM).




  1. High yielding varieties of chili, which recommended Capers - 2 or -1 Lembang relatively resistant to pests.
  2. Seeds soaked in warm water (50 ° C) + Previcur-N for one hour, removed, dianginkan in the newspaper.
  3. Nursery covered with gauze or white plastic to reduce the infestation of the pest attack.
  4. Processing done perfectly ground twice hoeing soil processing and reversed). The use of agricultural lime of about 1.5 tonnes / ha one month before planting.
  5. Fertilizing in the PTT is based on crop nutrient needs, so they may differ at eachlocation.
  6. Use of Plastic Mulch. Use of plastic mulch to reduce evaporation and weed growth can also suppress the pest population.
  7. Cropping System. Monoculture or intercropping with cabbage or tomatoes.
  8. Integrated pest management (use of crop corn penghadang (2-6 rows of corn) around the pepper plant; Using various types of traps (yellow trap, trap feromonoid sex, methyleugenol trap);
  9. The use of biological agents (parasitoid and predator); Use of bio-pesticides (NPVVirus-Ha, SI-NPV, Agonal, Ver icilium lecanh); Annihilate plants and weeds that viraldisease yellow; When required to use pesticides, use of pesticides as directed.
  10. Harvest and post harvest handling is good.

Senin, 24 Desember 2012

CLC Gelar Kado buat Kota Tercinta jilid 4



Turut menyambut Hari Ulang Tahun Purbalingga, Cinema Lovers Community (CLC) menggelar program bertajuk Kado buat Kota Tercinta. Program tahunan yang sudah memasuki jilid 4 ini diadakan selama sepekan pada 25-31 Desember 2012 bertempat di Markas Besar CLC Jl. Puring No. 7 (selatan alun-alun) Purbalingga.

Kado buat Kota Tercinta adalah program ekspresi dan apresiasi kreativitas seni anak muda Purbalingga sebagai media kritik terhadap kebijakan Pemerintah Kabupaten Purbalingga. Program CLC ini dirancang dan dihadirkan setiap tahun sebagai kado ulang tahun kota Purbalingga.

Menempatkan tema “Purbalingga (Bukan) Sarang Koruptor” yang akan menghadirkan karya foto, karikatur, komik, poster, sastra, musik, teater, dan film. Seluruh karya dibuat oleh anak-anak muda Purbalingga.

Direktur CLC Bowo Leksono mengatakan melalui media seni, anak muda Purbalingga ingin mengabarkan kepada masyarakat bahwa korupsi, penyelewengan anggaran, penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan bahkan secara berjamaah sekalipun ada di sekitar kita. “Sadar atau tidak, praktik korupsi telah membodohi dan memiskinkan kita,” tegasnya.

Tahun 2012 ini, Purbalingga memasuki usia 182 tahun, yang menurut versi Pemerintah Kabupaten Purbalingga jatuh pada 18 Desember. Usia yang cukup tua untuk sebuah kabupaten di Jawa.

Bowo menambahkan ada ratusan data dugaan praktik tindak pidana korupsi yang ada di Kabupaten Purbalingga dan berhasil dihimpun oleh CLC. “Dari data-data ini, menjadi referensi dan inspirasi teman-teman dari masing-masing disiplin kesenian mewujudkan karya-karyanya,” ungkapnya.

Karya berupa foto, karikatur, komik, dan poster dipamerkan pada 25-31 Desember 2012. Sementara pertunjukan sastra berupa pembacaan puisi, pentas musik, pentas teater, pemutaran film dan diskusi digelar pada 29 Desember 2012 mulai jam 15.00.

Sebagai media kritik baru bagi para pengkarya dari kalangan anak muda Purbalingga, program ini terbuka untuk masyarakat umum untuk menonton dan mengapresiasi serta tidak dipungut biaya. Program Kado buat Kota Tercinta kali ini didukung Perpustakaan Film dan Buku Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB), Institut Negri Perwira, dan LSM Mandat Purbalingga.

Senin, 17 Desember 2012

PEMBUATAN RUMAH BURUNG HANTU

Salam Pertanian,


Rumah Burung Hantu atau yang bisa dikenal dengan RUBUHA umumnya sama dengan rumah burung pada umumnya, hanya perbedaanya pada ukurannya saja. Ayo kita liat bersama ukuran rubuha;

Design Rumah Burung Hantu (Rubuha)
 Bahan-Bahan yang digunakan :
  1. Kayu Usuk
  2. Lembaran Kayu/Papan
  3. Paku
  4. Alat dan Bahan Tambahan sesuai selera

Buatlah Rangka Dasar
Combinasi rangka Dasar dengan Papan Kayu
Pembautan Pintu

Finishing Rangka Rubuha

Pembuatan Atap

Pemasangan Penyangga Rumah Burung Hantu

Dibawa ke Lokasi

Pemasangan di Areal Persawahan

Pembuatan Rubuha mempunyai model sesuai dengan keinginan yang membuat, tetapi ukuran dasarnya seperti gambar design yang tertera diatas. Silahkan berkreasi dan ayo kita kembangkan pertanian yang ramah lingkungan.


by Yusuf Himura

Rabu, 12 Desember 2012

Workshop Produksi Film SMK Kesatrian Purwokerto



Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang sinematografi, SMK Kesatrian Purwokerto menggelar “Workshop soft skill pembuatan film pendek” bagi siswa kompetensi keahlian multimedia selama dua hari, 11-12 Desember 2012.

Workshop dibuka oleh Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas Drs. Joko Wiyono, M.Si. Menurutnya, banyak SMK di Kabupaten Banyumas yang membuka jurusan Multimedia. “Kita berharap, banyak lahir kelompok-kelompok pembuat film dengan karya-karyanya yang bermutu,” ujarnya.

Sementara Kepala SMK Kesatrian Purwokerto Drs. Agung Budiyono, MM. Pd mengatakan siswa perlu mendapat pengetahuan dari praktisi film yang sudah berpengalaman. “Beruntung dari kota tetangga yaitu Purbalingga, ada kelompok pecinta sinematografi yang mau berbagi ilmunya,” ungkapnya.

Workshop dengan mengundang fasilitator dari Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga ini mempelajari proses dari praproduksi, produksi, dan pascaproduksi untuk film pendek. Materi yang disampaikan berupa manajemen produksi, penulisan skenario, teori dan praktik kamera, hingga teori dan praktik penyuntingan gambar (editing).

Menurut salah satu peserta workshop Dellani Putri Pertiwi, ia dan beberapa temannya sempat memproduksi film pendek namun hasilnya belum memuaskan. “Karena belum tahu seperti apa bentuk dan cara menulis skenario film, kami menulisnya masih asal-asalan,” tutur siswi kelas X jurusan multimedia.

Dari cerita beberapa peserta workshop, mereka telah beberapa kali memproduksi film pendek, namun hasilnya masih belum dirasa memuaskan dan masih dipertontonkan untuk kalangan sendiri. Hal ini karena pengetahuan dasar produksi film pendek masih kurang.

Manajer CLC Pubalingga Nanki Nirmanto mengatakan, sebagai kabupaten terbesar di Banyumas Raya, pelajarnya mempunyai potensi yang besar untuk berkembang di dunia sinematografi. “Berbeda dengan Purbalingga, di Banyumas pemerintah daerahnya sangat mendukung, pelajarnya bersemangat, workshop ditingkat sekolah saja dibuka oleh pejabat dinas, apalagi?,” katanya.

Sabtu, 08 Desember 2012

“Langka Receh” Diganjar Penghargaan Khusus FFI 2012



Tak Terima Piala, Pinjam untuk Foto Bersama

Mengulang sukses di Festival Film Indonesia (FFI) 2010, film besutan anak-anak remaja SMP Negeri 4 Satu Atap Karangmoncol, Purbalingga berhasil kembali menyabet Penghargaan Khusus Film Pendek di ajang tahunan itu.

Tahun ini dengan mengusung film bertajuk “Langka Receh” sutradara Miftakhatun dan Eka Susilawati dan diproduksi Sawah Artha Film, anak-anak gunung dari bagian utara Purbalingga itu diganjar Penghargaan Khusus Film Pendek sebagai Film yang Mencerminkan Kearifan Lokal.  

“Bangga, membawa nama baik sekolah dan Purbalingga. Meskipun tidak membawa piala Citra karena pihak penyelenggara tidak menyediakan bagi peraih Penghargaan Khusus. Karena itu, kami sempat meminjam piala untuk berfoto,” ungkap Eka Susilawati usai malam penganugerahan FFI di Benteng Vredeburg Yogyakarta, Sabtu malam, 8 Desember 2012.

Berbeda dengan penyelenggaraan FFI tahun-tahun sebelumnya, penghargaan khusus tetap berhak atas piala meskipun dalam bentuk yang sedikit berbeda. Bagaimanapun, bagi anak-anak gunung, piala itu akan menjadi simbol kebanggaan.

Film “Langka Receh” berdurasi 5 menit itu berkisah tentang perilaku tidak jujur pedagang yang ada di sekitar kita. Pedagang kerap memberikan kembalian kepada pembeli bukan dalam bentuk uang tapi barang seperti permen.

Guru pembina ekskul sinematografi Aris Prasetyo, S.Sn mengatakan, penghargaan-penghargaan yang diterima dari karya-karya film memantik anak-anak desa untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMP. “Namun, belum dibarengi dengan fasilitas ruang kelas yang memadai,” ungkap pengajar yang belajar film sudah sejak 2004 ini.

Seperti halnya film-film pendek karya Sawah Artha Film sebelumnya, “Langka Receh” yang diproduksi awal 2012 ini menyandang sederet penghargaan, seperti Film Terbaik Kedua Kids International Film Festival (KidsFest) 2012, Film Terbaik (Gayaman Award) Festival Film Solo (FFS) 2012, Film Pendek Fiksi SMP Terbaik Festival Film Purbalingga (FFP) 2012.

Kemudian Juara 3 Lomba Cipta Film 50 Tahun Lesbumi 2012, Juara 2 Festival Film Integritas 2012, serta Penghargaan Khusus Juri Jambore Film Pendek 2012 yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.