Rabu, 25 Agustus 2010

1 Malai 600 butir Padi



Untuk mencoba dan selalu belajar hal baru, THL, PPL, Mantri Tani dan Petani di Kecamatan Kalibagor pada Selasa, 24 Agustus 2010 melakukan Study Banding ke Desa Bengle Kec Majalaya Karawang ke tempat Bapak Yoskar Lim / Ameng. Bapak Yos adalah seorang yang akan mengadakan Panen perdana yang akan dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Agustus 2010 di Kec. Rengasdengklok mengenai teknologi penggunaan bahan organik untuk meningkatkan hasil 30 ton per 1 ha untuk tanaman padi yang dikenal dengan “SOLBI AGRO”. Solbi Agro adalah pupuk organik cair yang dimampatkan selama 9 bulan.

Kunci utama dalam hal budidaya pertanian adalah pupuk organik harus ditambahkan karena kalo tidak ditambah lama-lama unsur hara yang ada didalam tanah akan habis. Kalo PH tanah Asam maka pupuk tidak akan terurai, mikro terangkat sedikit makronya sama sekali tidak terurai. Kunci budidaya kalo PHnya sudah normal tumbuhan apapun dapat tumbuh dengan baik, penghantarnya baik maka pertumbuhan akan mengikuti, ph dibawah 5,5 dicampurkan kapur pertanian 500 kg per hektar ditambah solbi 2 botol dalam 2 minggu ph akan naik menjadi 7 “tutur Yos lim”.

Pada tanaman padi yang akan dilakukan panen perdana menggunakan teknologi SOLBI AGRO, padi yang ditanam memiliki 600 butir per malai dan varietasnya belum dirilis, varietas ini belum akan dilepas karena belum disempurnakan, beliau membutuhkan 1 periode lagi untuk melepas varietas ini. Varietas ini untuk menghasilkan 30 ton juga belum bisa sampai, paling 15 ton kalo dalam hitungan sudah masuk, kesalahan dalam hal kerapatan tanaman, serangan keong mas, serta perrgantian tanaman baru. Dari peninjauan lapang beserta petani dari Kec Kalibagor melakukan pemilihan batang padi dan dilakukan perhitungan dihasilkan rata-rata 1 malai 400 – 500 butir per malai dengan Jarak tanam 20 x 40 cm jajar legowo 1 : 1. “Beliau menyarankan utnuk tanaman varietas sintanur, ketan, IR42 diusahakan jarak tanam dibuka yang lebar. Pada varietas yang di tanam ciherang pada tanah yang kering dan kurang unsur hara/tanah grandong dimasukkan air satu jam sudah hilang tapi bisa mengahsilkan 8 ton setelah dilakukan pembaharuan unsur hara dan jarak tanam”.

Petani Kec. Kalibagor diajak untuk melihat lokasi tanaman padi, cabai, jagung, kacang hijau, timun, pare dan kacang panjang. Saran dari pak yos “kita kalo belajar tidak pernah habis, karena ada hal-hal lainnya yang kita tidak tahu” misalnya ada tanaman cabai yang ditanam dilahan polybag tingginya bisa mencapai 3 meter dan dibudidayakan dengan teknik khusus yaitu membelokkan cahaya pada proses pembuahan, tadainya dari petani kalibagor tidak percaya tapi setelah dikasih liat foto-fotonya, agak heran kami..WOW, kok bisa ya......belajar-belajar dan belajar.


Informasi mengenai SOLBI AGRO
Contak person : Kasirun THL-TBPP Kec Kalibagor
HP : 081391658108

Sabtu, 21 Agustus 2010

Buka Bersama di BAPELUH KP

Wah ada undangan yang diselenggarakan ma Bapeluh KP nie pada hari Kamis, 19 Agustus 2010. Acara Buka Bersama para PNS dan THL-TBPP dilaksanakan cukup meriah. Pengin tau acaranya; yang pertama tentu saja sholat Maghrib yang dilanjutin dengan buka bersama, yang paling meriah yaitu pada waktu Pemotongan Tumpeng oleh Kepala Badan yang diberikan kepada Bapak Bambang Sasongko yang akan mengakhiri purna tugasnya di tahun ini. Kita doakan semoga beliau diberikan apa yang telah Bapak Bambang Sasongko lakukan di Bapeluh KP mendapatkan pahala dari yang diatas, Amin.


Wah-wah pemotongan tumpeng dilanjutkan dengan membagikan tumpeng kepada rekan-rekan yang hadir, Kepala Badan pun sangat menyukai makanan tumpeng tersebut, bukan sulap bukan sihir tak mau kalah Kepala Badan menyantap tumpeng seraya menawarkan kepada yang hadir “ jan kedele ireng e enak loh, jajal dicicipi” yang kebetulan di sebelah Bapak Kepala Badan Mas Jumeri dengan langkah sigap mencicipinya “enak juga ya”. Acara yang lain dilanjutkan sholat Isya dan diteruskan pengajian oleh Bapak Farid Mubarok yang baru saja pulang dari Kairo Al Azhar. Imam pada Sholat Tarawih Bapak Farid Mubarok dan Bilal oleh Bapak Salimin.

Senin, 16 Agustus 2010

NOTULENSI RAPAT KOORDINASI THL-TBPP KABUPATEN BANYUMAS

NOTULENSI RAPAT KOORDINASI

THL-TBPP KABUPATEN BANYUMAS

No. 85/THL-TBPP/BMS/VIII/2010

PELAKSANAAN:

Hari/Tanggal : Selasa/ 03 Agustus 2010

Acara : Rakor Pengurus THL-TBPP Kabupaten Banyumas

Waktu : Pukul 10.15 WIB – selesai

Tempat : Rumah Sdri Asna Apriani K.S

Peserta : Koordinator THL-TBPP Kab. Banyumas, Sekretaris, Koordinator THL-TBPP BP Sumbang, Koordinator THL-TBPP BP Sumpiuh, Koordinator THL-TBPP BP Jompo Kulon, Koordinator THL-TBPP BP Lumbir, Koordinator THL-TBPP Pasiraman, Kabid SDM dan Staf, Kabid Advokasi, Kabid, Humas, Kabid Hubungan Luar, Perwakilan THL-TBPP Karanglewas, Perwakilan THL-TBPP Sumpiuh, Perwakilan THL-TBPP Menganti, Perwakilan THl-TBPP Kalibagor dan perwakilan THL-TBPP Sokaraja.

URAIAN:

1. Pembukaan

Acara dibuka pada pukul 10.15 WIB dengan bacaan Basmallah.

2. Reorganisasi Pengurus THL-TBPP Kab. Banyumas Periode 2010

Berdasarkan hasil diskusi, disepakati beberapa hal sebagai berikut.





Personil Pengurus

Koordinator : M. Arif Hidayat, S.Pt.

Sekretaris : 1. Yoyok Dani Jatmiko, A.Md.

2. Lintang Perwitasari, S.P.

Bendahara : 1. Avriliana Sukowati, S.P.

2. Hafidz Arianto, S.P

Bidang Humas : 1. Ir. Saparpto

2. Jumeri, S.P.

Bidang Hubungan Luar : 1. Aji sasongko, S.P.

2. Heri Akhmadi, S.P.

3. Agus Sudiyono, A.Md

4. Taufiqurrohman, A.Md

Bidang Pengembangan SDM : 1. Aviv Ayun P., S.P.

2. Paryanto, S.P.

Bidang Advokasi : 1. Salimin

2. Ir. Bambang Tjatur Basuki

3. Indra Mulya K, A.Md

Bidang Komunikasi & Informasi : 1. Yusuf Bahtiar, A.Md

2. Muhamad Iqbal, A.Md

Koordinator THL tingkat BP : 1. Cikidang : M. Arifin Muflikh, A.Md.

2. Sumbang : Slamet Pambudi, A.Md./

Yoyok Dani Jatmiko, A.Md.

3. Jompo Kulon : Triangga Wicaksono, A.Md.

4. Lumbir : Miswanto, SP.

5. Danaraja : Supriyanto

6. Menganti : Wahyu Nugroho, SP.

7. Sumpiuh : Saiq Muamil, A.Md.

8. Pasiraman : Catam, SP.



3. Keanggotaan Perhiptani

THL-TBPP sebagai penyuluh pertanian mempunyai hak untuk menjadi anggota Perhiptani. Oleh karena itu, berdasarkan hasil kesepakatan semua THL-TBPP Kabupaten Banyumas akan diusulkan menjadi anggota Perhiptani. Maka masing-masing THL-TBPP harus segera mengisi formulir keanggotaan dan menyerahkan pas photo berwarna ukuran 2x2 sebanyak 2 lembar. Persyaratan tersebut dikumpulkan oleh masing-masing Koordinator THL-TBPP tingkat BP untuk segera diserahkan kepada Koordinator THL-TBPP Kabupaten Banyumas, paling lambat Sabtu, 7 Agustus 2010. Sosialisasi keanggotaan Perhiptani direncanakan akan segera dilaksanakan di masing-masing BP oleh Pengurus Perhiptani.



4. Hasil Pertemuan THL-TBPP di Suropadan

Pada Tanggal 24-25 Juni 2010 telah dilaksanakan pertemuan THL-TBPP tingkat Propinsi di Suropadan. Hasil pertemuan tersebut yaitu:

a. Akan dilaksanakan Munas THL-TBPP ke-2 di Makasar pada tanggal 26-28 Juli 2010. Tujuan diadakan Munas ini agar THL-TBPP memperoleh perlindungan hukum sebagai tenaga honorer.

b. FK Nasional tetap berjuang untuk keberlanjutan status THL-TBPP sebagai tenaga honorer menjadi CPNS.

c. Rencana reorganisasi kepengurusan FK Provinsi Jawa Tengah.



5. Informasi Lain

a. Himbauan dari Kepala Bapeluh dan KP, bahwa THL-TBPP di tingkat kecamatan diharapkan mempunyai kegiatan yang mencitrakan peran THL-TBPP sehingga keberadaan THL-TBPP akan tetap eksis.

b. Kabid Komunikasi dan Informasi mengharapkan rekan-rekan THL-TBPP untuk memanfaatkan blog THL-TBPP Banyumas untuk menginformasikan kegiatan THL-TBPP di kecamatan masing-masing agar kegiatan tersebut diketahui oleh kecamatan lain serta sebagai sarana tukar informasi dan pengetahuan antar THL-TBPP. Kegiatan yang dilaksanakan oleh THL-TBPP di masing-masing kecamatan bertujuan untuk mencitrakan peran THL-TBPP Kabupaten Banyumas sekaligus mengidentifikasi potensi bidang pertanian di masing-masing kecamatan sewilayah Kabupaten Banyumas.



6. Penutupan

Acara ditutup pada pukul 12.00 WIB dengan bacaan Hamdallah.



Purwokerto, 5 Agustus 2010

Koordinator THL-TBPP

Kab. Banyumas





Sekretaris THL-TBPP

Kab. Banyumas

M. Arif Hidayat, S.Pt.

Haryanti, S.P.

Rabu, 11 Agustus 2010

BUDIDAYA KAKAO PRO KONSERVASI DI DESA BESUKI, KECAMATAN LUMBIR

LATAR BELAKANG









  1. KAKAO MERUPAKAN SALAH SATU KOMODITAS YANG SESUAI UNTUK PERKEBUNAN RAKYAT KARENA TANAMAN INI DAPAT BERBUNGA DAN BERBUAH SEPANJANG TAHUN SEHINGGA DAPAT MENJADI SUMBER PENDAPATAN HARIAN ATAU MINGGUAN BAGI PEKEBUN.
  2. DESA BESUKI MEMILIKI LAHAN POTENSIAL UNTUK TANAMAN KAKAO SELUAS 61,7 Ha DENGAN KONDISI 80% LAHAN MEMILIKI KEMIRINGAN 10 - 40°.
  3. PERLU DIGALI DAN DIKEMBANGKAN TEKNIK BUDIDAYA KAKAO YANG PRO KONSERVASI.

TUJUAN
  1. MENGGALI DAN MENYEBARLUASKAN TEKNIK BUDIDAYA KAKAO PRO KONSERVASI DI BP LUMBIR.
  2. IKUT SERTA MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM BUPATI BANYUMAS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO DI WILAYAH BANYUMAS BARAT.
Baca Selengkapnya di sini.

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN UNGGAS SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN



POTENSI DAN KETERSEDIAAN FESES UNGGAS

Peternakan ayam broiler berkembang sangat pesat dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein hewani asal ternak. Ayam broiler mempunyai potensi yang cukup baik untuk dikembangkan karena periode atau waktu yang dibutuhkan relatif pendek. Keberhasilan usaha peternakan ayam broiler sebagai sebuah sistem dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: bibit, pakan, managemen (managemen pemeliharaan, kesehatan, penanganan limbah) dan masyarakat sekitar yang mendukung. Berkaitan dengan hal tersebut usaha peternakan ayam broiler melibatkan komponen : A. Abiotik (seperti pakan, kandang, dan lain-lain), B. Biotik (seperti ayam dan mikroorganisme limbah) dan C. Cultural (seperti karakteristik peternak dan lingkungan masyarakat sekitar). Produk usaha peternakan ayam broiler adalah berupa daging, akan tetapi terdapat dampak negatif berupa limbah ekskreta ayam. Untuk file selekapnya di sini

PENINGKATAN MUTU TANAMAN DURIAN DENGAN TOP WORKING DI KECAMATAN KEMRANJEN


Pengertian : Merupakan usaha perbaikan mutu dengan memperbaiki tanaman yang sudah ada.

Keuntungan :
1.Dapat dilakukan pada semua umur tanaman
2.Tanaman berbuah lebih cepat
3.Nilai ekonomis meningkat
4.Perakaran lebih kuat
5.Jenis buah sesuai keinginan
6.Satu pohon dapat berbuah lebih dari satu jenis



Kerugian :
1.Pertumbuhan tanaman tertunda
2.Bagi tanaman yang sudah berbuah dapat menunda waktu berbuah

Baca Selengkapnya di sini

Kamis, 05 Agustus 2010

PENGUMUMAN BAGI THL ANGKATAN I

PENGUMUMAN BAGI THL-TBPP ANGKATAN I

NOMOR : 479/SM.610/J/7/2010





Berdasarkan surat pengesahan DIPA TA.2010 Nomor: 0069/018-10.1/-/2010 tanggal 15 Juli, dan Keputusan Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian Nomor: 102/KPA/J/7/10 tentang Penetapan Honorarium Serta Biaya Operasional Materi Penyuluhan, Percontohan dan Bantuan Transport bagi THL-TBPP Tahun 2010 angkatan I, dengan ini diberitahukan hal-hal sebagai berikut :

  1. THL-TBPP angkatan I dikontrak terhitung mulai tanggal 15 Juli s.d 31 Desember 2010;
  2. Pembayaran honor bulan Juli 2010 terhitung sejak tanggal 15 Juli s.dtanggal 31 Juli 2010 akan ditransfer BRI Cabang Ps. Minggu ke No.Rek setiap THL-TBPP Angkatan I pada minggu pertama Agustus 2010;
  3. Honor untuk bulan Agustus akan dibayarkan pada minggu pertama bulan September 2010 dan begitu seterusnya untuk honor pada bulan berikutnya;
  4. Pembayaran BOP dilakukan pada setiap triwulan.


Demikian agar diketahui dan menjadi maklum.





Kepala Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian,









Dr.Ir. MEI ROCHJAT DARMAWIREDJA, M.Ed.

NIP. 195605011980031004







Sumber ; Diambil dari www.deptan go id

<http://www.deptan.go.id/pengumuman/thltb/honor_thltbpp.pdf>

Mikro Organisme LOkal



Oleh

BPP JOMPO KULON







  1. Latar Belakang



Memasuki abad ke-21 banyak keluhan-keluhan masyarakat utamanya masyarakat menengah ke atas tentang berbagai penyakit seperti stroke, penyempitan pembuluh darah, pengapuran, dan lain-lain, yang disebabkan pola makan. Banyak sekali bahan makanan yang diolah dengan berbagai tambahan bahan kimia. Disamping itu budaya petani yang menggunakan pestisida kimia dengan frekuensi dan dosis berlebih akan menghasilkan pangan yang meracuni tubuh konsumen. Adanya logam-logam berat yang terkandung di dalam pestisida kimia akan masuk ke dalam aliran darah. Bahkan makan sayur yang dulu selalu dianggap menyehatkan, kini juga harus diwaspadai karena sayuran banyak disemprot pestisida kimia berlebih.

Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu kendala yang cukup berat bagi petani, selain mengubah budaya yang sudah berkembang 35 tahun terakhir ini pertanian organik membuat produksi menurun jika perlakuannya kurang tepat. Di sisi lain, petani telah terbiasa mengandalkan pupuk anorganik (Urea, TSP, KCl dll) dan pestisida sintetik sebagai budaya bertani sejak 35 tahun terakhir ini. Apalagi penggunaan pestisida, fungisida pada petani sudah merupakan hal yang sangat akrab dengan petani kita. Itulah yang digunakan untuk mengendalikan serangan sekitar 10.000 spesies serangga yang berpotensi sebagai hama tanaman dan sekitar 14.000 spesies jamur yang berpotensi sebagai penyebab penyakit dari berbagai tanaman budidaya (Cheriatna, 9 September 2007)

Peningkatan mutu intensifikasi selama tiga dasawarsa terakhir, telah melahirkan petani yang mempunyai ketergantungan pada pupuk yang menyebabkan terjadinya kejenuhan produksi pada daerah-daerah intensifikasi padi. Keadaan ini selain menimbulkan pemborosan juga menimbulkan berbagai dampak negatif khususnya pencemaran lingkungan. Oleh karena itu perlu upaya perbaikan agar penggunaan pupuk dapat dilakukan seefisien mungkin dan ramah lingkungan. Adanya kejenuhan produksi akibat penggunaan pupuk yang melebihi dosis, selain menimbulkan pemborosan juga akan menimbulkan berbagai dampak negatif terutama pencemaran air tanah dan lingkungan, khususnya yang menyangkut unsur pupuk yang mudah larut seperti nitrogen (N) dan kalium (K). Selain itu, pemberian nitrogen berlebih disamping menurunkan efisiensi pupuk lainnya, juga dapat memberikan dampak negatif, diantaranya meningkatkan gangguan hama dan penyakit akibat nutrisi yang tidak seimbang. Oleh karena itu, perlu upaya perbaikan guna mengatasi masalah tersebut, sehingga kaidah penggunaan sumber daya secara efisien dan aman lingkungan dapat diterapkan.

Beberapa penelitian yang menyangkut efisiensi penggunaan pupuk, khususnya yang dilakukan oleh kelompok peneliti bioteknologi pada beberapa tahun terakhir, sangat mendukung upaya penghematan penggunaan pupuk kimia. Upaya tersebut dilakukan melalui pendekatan peningkatan daya dukung tanah dan/atau peningkatan efisiensi produk pupuk dengan menggunakan mikroorganisme. Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik, selain meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, juga akan mengurangi dampak pencemaran air tanah dan lingkungan yang timbul akibat pemakaian pupuk kimia berlebihan.

Salah satu dari cara memperbaiki agar areal pertanian kaya akan kehidupan, produk yang dihasilkan lebih ramah lingkungan diantaranya dapat digunakan Mikro Organisme Lokal (MOL). Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman. Dengan pengetahuan pembuatan MOL para petani dan warga masyarakat dapat mengaplikasikan MOL untuk pelaksanaan kegiatan konsep rumah tangga zero waste, teknologi beyonic, dan sistem SRI (System of Rice Intencification)

Konsep zero waste rumah tangga yaitu dengan mengaplikasikan teknologi daur ulang yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga. Teknologi beyonic yaitu teknologi pemanfaatan mikroorganisme (mikroba) untuk meningkatkan produksi pertanian. Dengan penambahan larutan MOL ini sehingga pupuk yang dihasilkan memiliki nilai lebih. Konsep SRI adalah pemberian bahan organik pada lahan pertanian. Dalam pelaksanaannya petani dituntut dapat membuat larutan MOL yang dapat digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair sehingga usaha tani dapat lebih efisien dan ramah lingkungan.



  1. Bahan dan Cara PembuatanMOL

RESEP



  1. Bahan dan Alat



  1. Terasi 1 ons

  2. Ikan Asin 2 ons

  3. Dedak 1 kg

  4. Air kelapa/Air leri 2 liter

  5. Gula pasir 2 ons

  6. KOHE (Kotoran Hewan) 1 kg

  7. Air Biasa 20 liter

  8. Drum kapasitas 20 liter



  1. Cara Pembuatan



  1. Bahan No. 1 – 4 direbus sampai mendidih

  2. Bahan yang dsudah direbus dimasukkan kedalam wadah yang kapasitasnya 20 liter, kemudian tambahkan gula pasir, kotoran hewan dan air sebanyak 20 liter aduk sampai merata.

  3. Tutup rapat dan biarkan sampai 9 hari dan setiap 3 hari sekali diaduk.



  1. Catatan



  1. Tanda-tanda MOL jadi adalah warna coklat dan tidak terlalu keruh serta baunya kecut-kecut/aroma tape segar.

  2. Tanda-tanda MOL tidak jadi adalah baunya busuk menyengat dan banyak belatungnya

  3. Wadah yang digunakan harus benar-benar seteril dan tertutup rapat.



  1. Aplikasi



  1. Untuk tanaman padi dalam satu musim digunakan pada saat padi berumur 15 HST, 22 HST, 30 HST dan 45 HST.

  2. Dosis pemakaian 1 liter MOL untuk 14 liter air (1 tangki semprot).

  3. Pelaksanaan dilakukan padi waktu pagi hari (sebelum jam 09.00 pagi)



  1. Hasil Uji Coba di Lapangan

MOL ini dicoba diaplikasikan untuk tanaman padi Situbagendit di Kelompok Tani Sri Santoso dilahan Bapak Puji Wiyarto Desa Banjaranyar pada masa tanam bulan april 2009 dan panen pada bulan juli 2009, dengan aplikasi sebagai berikut :

Aplikasi MOL 15 HST, 22 HST, 30HST, 45 HST dengan dosis 1 liter/tangki ukuran 14 liter. Sekali aplikasi penyemprotan 10 L MOL dengan total 40 L MOL/ha ( Tanah Bengkok )

Hasil ubinan 5.208 kg/ha dan hasil riil 5.385 kg/ha. Diperoleh informasi petani bahwa setelah menggunakan MOL terdapat peningkatan hasil yang semula hasil panen (hasil riil) 4.285 kg/ha menjadi 5.385 kg/ha. Jadi penggunaan MOL dapat meningkatkan hasil 1.100 kg/ha atau 25,67 % per ha.

Pak Baharudin Kelompok Tani Ngudi Raharjo II Desa Lemberang telah melakukan aplikasi selama 2 tahun dengan rincian sebagai berikut :

  • Aplikasi

Luas lahan 1 bau = 10 tangki-12 tanki

1 tangki = 14 liter

1 tangki mol = 1 liter

Jadi untuk 1 ha membutuhakan 14 liter MOL (Tanah bukan Bengkok)

  • Penyemprotan

I umur tanaman 15 – 20 HST

II umur tanaman 30 HST (4 Minggu)

III umur tanaman 40 HST (masa primordia)

IV umur tanaman 75 HST (masa berbunga)/mrocot)

  • Produksi tanah long 10/50 ubin

Sebelum aplikasi mol = 3 kw

Sesudah aplikasi mol = 5 kw



Kandungan unsur hara pada kotoran sapi; Nitrogen 1 % per 1000 gram/kw, Phosphat 0.4% per 400 gram/kw, Kalium 0.5% per 500 gram/kw, Jumlah NPK 1.900 gram/kw.

Sedangkan perbandingan dengan pupuk kimia yang ada dipasaran Pupuk Tunggal; Pupuk Urea 4546% Nitrogen, Single Super Phosphat 1420% Phosphat (P2O5), Kalium Chlorida 52% K2O. Pupuk majemuk; Diamonium Phosphat (DAP) 18% Nitrogen, 46% Phosphat, NPK 161616 16% Nitrogen : 16% Phosphat : 16% Kalium (Slamet Sulaiman)

Larutan MOL dalam membangkitkan siklus kehidupan di dalam siklus ruang yang dibangun oleh kompos di dalam tanah, yang pada gilirannya membangun siklus nutrisi dimana tanaman yang bersangkutan berada di dalamnya, dapat penulis kemukakan sebagai berikut:

  • Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar berasal dari berbagai sumberdaya yang tersedia setempat.

  • Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agen pengendali penyakit maupun hama.

  • Larutan MOL digunakan baik sebagai pendekomposer, dan atau pupuk hayati, dan atau sebagai sebagai pestisida organik.

  • Penggunaan secara maksimal sumberdaya bahan setempat seperti kompos dan mikroorganisme lokal sangat strategis karena akan mampu memecahkan masalah ketersediaan, distribusi dan membangun kembali budaya kemandirian petani.





  1. Kesimpulan

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan MOL (Mikro Organisme Lokal) ini antara lain ; Sederhana dan mudah dipraktekkan, Waktu relatif singkat, Murah (bahkan gratis) karena memanfaatkan bahan-bahan yang kurang dimanfaatkan dan merugikan, Pupuk organik yang dihasilkan mengandung unsur komplek dan mikroba, bermanfaat dan ramah lingkungan, Mendukung program pertanian pemerintah, Biota tanah terlindungi, Memperbaiki kualitas tanah dan hasil panen, Produk pertanian aman dikonsumsi (Achmad Syaifudin, Leny Mulyani, Endang Sulastri)

Agar hasil yang diperoleh berdampak positif, untuk itu perlupemberdayaan petani dengan pengetahuan pembuatan MOL dan Sekolah Lapang SL-PTT akan mampu menjadikan petani lebih mandiri dan mengubah pola pikir terkait kerusakan lingkungan dan degradasi lahan pertanian akibat pertanian konvensional sehingga akan kembali ke sistem pertanian yang dahulu yaitu pertanian organik. Pertanian organik sebagai alternatif menuju tercapainya suatu kondisi yang ramah lingkungan dengan produk-produk yang terjaga dari kontaminasi zat-zat kimia, diharapkan dapat membuka peluang pasar baik lokal, regional internasional.











Minggu, 01 Agustus 2010

Membaca Peluang Bisnis Rumah Produksi dan Televisi Lokal di Banyumas Raya


Oleh: *Bowo Leksono

Di akhir tahun 80-an tepatnya sejak berdirinya televisi swasta pertama di Indonesia yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) pada tahun 1989, bisnis industri televisi terlihat sebagai bisnis yang selalu moncer.

Bila sebelumnya kita hanya mampu menikmati satu channel televisi milik pemerintah, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI), kini belasan stasiun televisi nasional yang menawarkan ragam acara nan serupa, hadir di rumah kita.

Bahkan, imbas dari diterapkannya sistem otonomi daerah, tumbuh dan berkembanglah stasiun televisi lokal yang menembus angka lebih dari 60 stasiun televisi lokal dan seringkali jauh lebih menarik dibanding isi tayangan tv-tv nasional. Konten kelokalan menjadi nilai tersendiri bagi pemirsanya.

Kondisi dunia penyiaran yang masih terus dimonopoli stasiun-stasiun televisi di Jakarta juga turut mendorong berdirinya stasiun-stasiun televisi lokal. Pengaruh besar terjadi di luar Jawa yang jauh dari sistem monopoli namun paling merasakan akibat dari sistem tesebut.

Bagaimana dengan Banyumas dan sekitarnya (Banyumas Raya)? Wilayah yang berada di pulau Jawa dengan keragaman budaya yang khas ini belum memiliki sistem penyiaran (baca: televisi lokal) yang mampu menjadi media eksistensi budaya lokal.

TV Lokal dan Sumber Dayanya
Kenyataannya, budaya menonton masih menjadi milik bangsa Indonesia sekarang ini. Mengapa kemudian, di Banyumas Raya ini, pihak-pihak yang semestinya mempunyai tanggung jawab untuk itu tidak bersegera membaca dan membangun peluang yang ada?

Pada satu artikel di surat kabar memberitakan, para anggota DPRD Kabupaten Banyumas menolak pembangunan media pemerintah (stasiun televisi dan radio lokal) dengan alasan pemborosan anggaran. Ditambah penilaian bahwa kemampuan SDM yang belum memadai.

Kemudian, para wakil rakyat itu mengusulkan menjalin hubungan kerja sama kontrak dengan media elektronik (televisi, radio) maupun cetak (surat kabar) yang selama ini menjadi informasi warga Banyumas.

Membangun dan mengembangkan stasiun televisi lokal sebagai media edukasi, informasi, dan hiburan, seharusnya tidak sekedar melihatnya dari sisi fisik bahwa media itu dibangun dengan biaya yang sangat mahal.

Menyelamatkan budaya dan generasi memang butuh biaya mahal. Namun, akan lebih mahal mana, bila yang terjadi kemudian budaya yang semakin tenggelam dan generasi yang tanpa arah?

Penilaian bahwa belum tersedianya kemampuan SDM karena pemerintah daerah sendiri tidak proaktif dan tidak memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya. Selama ini, masyarakat sendiri dengan kesadaran sendiri mengasah kemampuan hingga menjadi SDM yang tangguh.

Di Kabupaten Banyumas sendiri, sudah setahun silam, dan saat ini memasuki tahun kedua, berdiri jurusan broadcast (penyiaran) tepatnya di SMKN 3 Banyumas (SMKI). Jurusan ini diharapkan mampu melahirkan tenaga-tenaga penyiaran yang handal dan mampu mengembangkan dunia pertelevisian di wilayah sendiri.

Artinya, dalam mempersiapkan SDM lewat lembaga pendidikan (sekolah) sudah seharusnya difasilitasi lapangan kerjanya. Jangan lagi-lagi dibiarkan rakyat yang liar mencari sendiri. Sadarkah pemerintah daerah bahwa sebenarnya banyak SDM lokal di bidang ini yang sukses dan eksis di lain daerah?

Ingatkah kita akan strategi Presiden Soeharto memanggil Habibie yang berdomisili di Jerman saat itu untuk pulang ke tanah air dan mengembangkan teknologi pesawat di Indonesia? Meskipun kemudian gagal karena terjebak karier politik.

Konten Lokal
Membaca tema pada seminar ini "Peluang Bisnis PH Lokal dan Potensi Konten Lokal pada Masa Depan Industri TV Indonesia", menyasar pada tiga hal; bisnis rumah produksi (production house/PH) lokal, konten lokal, dan industri televisi.

Rumah produksi yang banyak berdiri di wilayah Banyumas Raya masih bersifat amatir. Rumah-rumah produksi tersebut muncul dari ruang-ruang kreatif anak muda yang belajar secara otodidak dan kemudian banyak menggarap video mantenan. Dengan kondisi yang kembang kempis, kerja-kerja kreatif mereka masih jauh sebagai topangan hidup.

Tidak berkembangnya industri kreatif ini salah satu faktor karena belum adanya industri televisi lokal yang bisa diandalkan. Banyumas TV (BMS TV) masih jauh dari harapan masyarakat, dari segala aspek.

Bagaimanapun, kreativitas anak muda tidak bisa dibendung. Rumah-rumah produksi itu kemudian banyak menghasilkan karya film pendek. Soal konten tidak usah diragukan lagi. Warna lokal begitu kentara. Bahkan berdasarkan data Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga, 95 persen dari 85 karya film pendek Purbalingga bernapaskan lokal Banyumasan. Belum lagi puluhan film pendek lain di luar Purbalingga.

Namun, karya-karya film pendek tersebut baru didistribusikan ke berbagai festival film dan ruang-ruang pemutaran di luar Banyumas Raya, banyak diantaranya menyabet penghargaan. Sementara distribusi lokal justru masih sangat terbatas. Masihkah kita mempersoalkan konten dan SDM Banyumas Raya?

*direktur Festival Film Purbalingga
Catatan ini ditulis untuk Seminar Sehari "Peluang Bisnis PH Lokal dan Potensi Konten Lokal pada Masa Depan Industri TV Indonesia". Banyumas, 3 Agustus 2010