Jumat, 26 Februari 2010

Workshop Film Pendek SMK N 1 Purbalingga


Di bawah sebuah pohon rindang di lingkungan sekolah, belasan pelajar asik mengutak-atik sebuah kamera handycam. Mereka belajar bagaimana menggunakan dan memanfaatkan kamera untuk membuat film pendek.

“Aku senang bisa mengoperasikan kamera video, meskipun sekolah mempunyai fasilitas kamera tapi selama ini tidak pernah berkesempatan memakainya,” tutur Devinta, siswi kelas X SMK Negeri 1 Purbalingga saat workshop film pendek, di sekolah mereka, Jumat (26/2).

Para pelajar tersebut sedang mengikuti workshop film pendek selama dua hari, 25-26 Februari 2010, yang digelar Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga sebagai rangkaian Festival Film Purbalingga 2010. Kegiatan ini memanfaatkan liburan sehingga cukup waktu untuk menyampaikan materi film pendek.

Meskipun sekolah kejuruan yang cukup tua, SMK N 1 Purbalingga belum memiliki jurusan film atau broadcast, sementara peminat di bidang ini tergolong banyak. Semoga workshop ini menjadi pemantik sekolah membuka jurusan yang mampu melahirkan kreator-kreator muda di bidang audiovisual.

Dasar-Dasar Film Pendek
Berbagai materi dasar-dasar produksi film pendek dokumenter dan fiksi disampaikan dan diajarkan pada para pelajar yang sebelumnya mereka mengapresiasi dengan menonton berbagai film pendek dokumenter dan fiksi. Setelah itu mereka mendiskusikannya.

Materi dasar produksi berupa manajemen produksi, dasar-dasar kamera, dasar-dasar editing, riset, dan penulisan ide cerita disampaikan dan dipelajari para pelajar. Para pelajar tersebut kemudian berkutat dalam pengembangan ide cerita untuk siap melakukan riset dan mengembangkan menjadi cerita film pendek.

Salah satu pegiat CLC Nanki Nirmanto mengatakan para peserta workshop tersebut juga berkesempatan melakukan praktik menggunakan kamera dan mengoperasikan komputer editing. “Sayang, meskipun sekolah mendukung kegiatan workshop ini, namun belum memberi kebebasan kepada para siswa untuk memanfaatkan fasilitas yang dimiliki sekolah berupa kamera,” keluhnya.

Waktu dua hari tidaklah cukup untuk menyampaikan materi dan bagaimana pelajar mengembangkan materi yang mereka peroleh. Namun dengan waktu yang tidak lama tersebut mencoba dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membuahkan hasil yang memuaskan.

CLC menjelang hajatan akbar tahunan berupa Festival Film Purbalingga (FFP) yang hendak digelar 26-29 Mei 2010, melakukan gerilya ke berbagai sekolah SMA/SMK/MA di wilayah Kabupaten Purbalingga dengan menggelar workshop produksi film pendek. Workshop ini diharapkan menghasilkan karya film pendek dokumenter dan fiksi untuk diikutkan pada Program Kompetisi SMA se-Banyumas Raya di FFP mendatang. laeli

Minggu, 21 Februari 2010

Sawah Artha Film Nominator Ide Film Pendek Ganffest 2010


PURBALINGGA – Setelah masuk dalam 15 besar film terseleksi Ganesha Film Festival (Ganffest) 2010, Sawah Artha film yang merupakan tim produksi dari SMP N Satu Atap Tunjungmuli Karangmoncol, juga berhasil masuk dalam nominasi lima ide film pendek terbaik dalam kompetisi tersebut.

Kepastian tersebut diungkapkan salah satu guru yang juga Pembina ekstrakurikuler film, Aris Prasetyo. Dalam festival tersebut, dia mengatakan semua tim produksi yang berhasil lolos dalam 15 tim official selection diberi kesempatan untuk membuat ide film pendek baru.

Ide film baru tersebut, kemudian dijurikan pada kompetisi tahap kedua. Setelah melalui proses penjurian, lanjutnya, didapat lima ide terbaik. “Nantinya setiap ide tersebut akan dipresentasikan dalam Ganffest. Ide yang terbaik akan dibuatkan filmnya dengan didampingi komunitas Kineruku dan Sembilan Matahari dari Bandung,” katanya, kemarin.

Dia juga mengungkapkan ide film pendek terbaik yang diproduksi akan dibiayai sekitar Rp 20 juta. Ide cerita yang dikirim dalam festival tersebut, jelasnya, menceritakan tentang kisah kerendahan hati seorang anak sekolah dalam sebuah keluarga sederhana. “Ide cerita yang masuk dalam nominasi tersebut sebenarnya bertemakan ‘beauty’,” paparnya.

Workshop
Selain itu, tim dari SMP N 4 Satu Atap Tunjungmuli berencana akan menghadiri festival tersebut dengan mengirimkan dua perwakilan dan dua guru pembimbing. Dalam kesempatan tersebut, mereka dijadwalkan akan mengikuti workshop penulisan ide dan penyutradaraan. “Kami mendapat bantuan dari JKFB (Jaringan Kerja Film Banyumas-red) dan pemkab untuk menghadiri kegiatan festival,” katanya.

Salah satu pegiat di Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB) Bowo Leksono, bantuan tersebut merupakan salah satu usaha JKFB dalam mengakomodasi kepentingan perkembangan film di Banyumas Raya. “Bantuan yang kami berikan tidak seberapa, namun ini menjadi salah satu usaha kami untuk teman-teman supaya bisa merasakan film mereka diapresiasi di luar sana. Sebab selama ini mereka hanya tahu dari berita media,” ungkapnya, kemarin.

Sementara itu, dari ajang V Film Festival yang akan berlangsung April 2010, empat film karya sutradara dari Banyumas Raya, “Bumi Masih Berputar”, “Tasmini”, “Baju Buat Kakek”, dan “Kopdar”, dipastikan diputar dalam kegiatan tersebut. Kepastian tersebut menurut Bowo, sudah 100 persen. “Akan tetapi, film-film tersebut harus dilengkapi dulu dengan subtitle berbahasa Inggris,” katanya.

Festival yang memasuki tahun kedua ini, jelasnya, akan menampilkan berbagai film perempuan internasional. Dalam ajang tersebut, masyarakat luas dapat menikmati karya sineas perempuan dari seluruh dunia, yang bertutur dan bercerita tentang dan untuk perempuan. *Chandra Iswinarno, Suara Merdeka, 19 Februari 2010

Senin, 15 Februari 2010

SMA Negeri Rembang Gelar Apresiasi Film Pendek


“Bila saya berkesempatan membuat film, saya akan membuat film bertema remaja yang mampu membangkitkan semangat pelajar untuk berprestasi,” ungkap Pramika, siswi SMA Negeri Rembang, Purbalingga usai pemutaran film di acara Apresiasi Film Pendek.

Acara tersebut digelar OSIS SMA Negeri Rembang kerja bersama Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga, di Balai Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Selasa (16/2). Kegiatan berupa pemutaran dan diskusi film itu digelar selama dua hari, 16-17 Februari 2010.

Lebih dari 200 pelajar cukup antusias menyimak lima film yang diputar hasil karya pelajar dari berbagai sekolah di Banyumas Raya. Film-film yang diputar sebagian besar telah berprestasi dengan menembus berbagai even festival film.

Simak film “Lelaki Pesolek” hasil besutan duo sutradara Niken Sarasvati Devi dan Atik Rindarsih. Film dokumenter tentang kebiasaan pelajar laki-laki dalam bersolek ini sempat masuk Nominator Malang Film Video Festival 2007.

Dilanjut “Bumi Masih Berputar” karya Shela Ardilla dari SMA Negeri 2 Purwokerto yang pernah merebut Terbaik II diajang Purbalingga Film Festival 2009. Film soal cinta segitiga dan fenomena pasangan sejenis ini juga berhasil masuk di V Film Festival yang hendak digelar April 2010 mendatang.

Kemudian film “Nyarutang” dari Asep Triyatno siswa SMA Negeri Bobotsari yang menjadi Film Pilihan Juri (JKFB Award) di Purbalingga Film Festival 2009 dan Boemboe Forum 2009. Kemudian “Sandal Jepit” sutradara Bani Dwi K yang menjadi film Terbaik I Purbalingga Film Festival 2009 dari SMA Negeri 1 Purbalingga.

Film terakhir yang diputar adalah “Sekitar Midnight” dari SMA Negeri 2 Purbalingga hasil besutan sutradara Felix dan Pito. Film komedi horor ini mampu menyabet prestasi di tingkat Nasional yaitu sebagai Film Fiksi Terbaik dan Film Favorit Penonton di ajang Tawuran! Festival Film Pendek Pelajar 2009.

Pertanyaan Beragam
Seusai pemutaran kelima film, dilanjut diskusi. Beragam pertanyaan dan pernyataan datang dari pelajar yang hari itu dipenuhi pelajar kelas X. Mulai dari persoalan teknis dan bagaimana memunculkan dan mengemas ide yang baik untuk dijadikan skenario film.

Tidak cukup tentunya waktu untuk berdiskusi dan menjawab keingintahuan pelajar terkait produksi film. Paling tidak, ‘virus’ film pendek telah merebak di kalangan pelajar SMA Negeri Rembang. Berharap setelah acara apresiasi ini akan muncul bibit-bibit pembuat film muda di tanah kelahiran Panglima Besar Jenderal Sudirman ini.

Salah seorang guru yang juga koordinator acara apresiasi Puji Rahayuning Pratiwi mengatakan pihak sekolah siap memfasilitasi siswa yang mempunyai keinginan dan berniat belajar membuat film. “Dengan bimbingan para pegiat film yang tergabung dalam CLC, SMA Negeri Rembang siap meramaikan film pendek di Purbalingga,” harapnya. laeli

Selasa, 09 Februari 2010

RAKERNAS Pembangunan Pertanian 2010-2014


JAKARTA. Pada tanggal 4-5 Pebruari 2010 Kementerian Pertanian menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian 2010-2014 dan Pemantapan Pelaksanaan Program/Kegiatan 2010. Rakernas dibuka oleh Mentan Suswono dan dihadiri oleh sekitar 1000 orang peserta yang berasal dari dinas/badan lingkup pertanian provinsi, Unit Pelaksana Teknis Pusat yang ada di daerah dan peserta dari pusat.


Rakernas bertujuan untuk menyepakati target dan sasaran pembangunan pertanian di setiap provinsi sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014 yang telah ditetapkan, disamping juga dalam rangka pemantapan dan percepatan pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2010.


Dalam sambutan pengarahannya pada saat pembukaan Rakernas, Mentan Suswono antara lain memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada hadirin karena berkat dedikasi yang tinggi, telah mampu dicapai sasaran-sasaran pembangunan pertanian, antara lain berupa swasembada beras, jagung dan gula konsumsi. Di samping itu Nilai Tukar Petani (NTP) telah berhasil dipertahankan pada tingkat di atas 100, neraca perdagangan surplus pada nilai US$ 18,1 miliar, dan pertumbuhan PDB pertanian tahun 2008-2009 pada kisaran 5,16%. Seluruh angka indikator makro menunjukkan capaian yang terbaik selama 30 tahun terakhir. Selanjutnya Mentan meminta agar capaian yang telah diraih janganlah membuat kita semua terlena, sebaliknya capaian tersebut harus menjadi peringatan kepada kita bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan.


Mentan menjelaskan pula bahwa salah satu persoalan fundamental dalam pembangunan pertanian adalah masalah sempitnya penguasaan lahan oleh petani, yang menyebabkan tidak mudah untuk membuat petani menjadi sejahtera. Oleh karena itu kepada seluruh jajaran Kementerian Pertanian dan aparat pertanian di lapangan untuk selalu kreatif membangun sinergi terhadap berbagai instrumen yang ada di sekitar kita, agar usaha pertanian di desa-desa dapat memberikan tingkat produktivitas dan nilai tambah yang tinggi guna mensejahterakan petani.


Terkait dengan pengalokasian anggaran tahun 2010, Mentan menjelaskan telah diterapkan prinsip reward dan punishment dengan cara memangkas anggaran pada beberapa kabupaten/kota yang kinerjanya kurang, dan bahkan ada yang tidak dialokasikan anggaran lagi. Hal ini menyebabkan jumlah DIPA pada tahun 2010 ini lebih ramping, yaitu menjadi 1.790 DIPA, dibandingkan tahun 2009 sebanyak 3.040 DIPA. Di masa mendatang kepada daerah yang kinerjanya baik akan diberikan reward berupa penambahan anggaran, dan bagi daerah yang kinerjanya buruk akan diberikan punishment, yaitu alokasi anggaran akan dipertimbangkan.
Bahan Pers Release terlampir.


Sumber: Biro Hukum dan Humas

Foto : RAKERNAS Pembangunan Pertanian 2010-2014 dibuka Menteri Pertanian

Selasa, 02 Februari 2010

“Sang Patriot” Masuk Official Selection Ganffest 2010


Film pendek “Sang Patriot” dari Purbalingga masuk Official Selection Ganesha Film Festival (Ganffest) 2010. Film fiksi dengan sutradara perempuan yaitu Darti yang masih duduk di bangku SMP ini menjadi satu-satunya film dari Jawa Tengah yang masuk seleksi.

Sebanyak 15 film pendek yang berhasil terseleksi di festival yang diselenggarakan Lembaga Film Mahasiswa (LFM) Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, antara lain berasal dari Jakarta, Bandung, Medan, Makassar, Sumedang, dan Purbalingga.

Film-film yang masuk seleksi ini akan diapresiasi dan dinilai juri pada festival film bertaraf nasional tersebut. Dan malam penganugerahan rencananya digelar pada 28 Februari 2010 dan diambil delapan kategori terbaik.

Ke 15 film terseleksi tersebut juga berhak mengirim ide cerita baru untuk kemudian diseleksi menjadi 5 ide cerita terbaik dan berkesempatan mengikuti workshop penulisan dan penyutradaraan. Dari 5 ide cerita yang sudah dikembangkan tersebut kemudian dipilih satu terbaik untuk mendapatkan pembiayaan dalam produksinya.

Film Kejujuran
Film “Sang Patriot” yang berdurasi 11 menit ini berkisah seorang ibu yang menginginkan anak laki-laki satu-satunya menjadi tentara seperti bapaknya dulu. Namun, keinginan ibu tersebut tak menjadi kenyataan karena si anak tak lulus ujian masuk tentara.

Meskipun sebenarnya kesempatan itu ada karena sang bapak adalah pensiunan tentara yang dulu, di jaman peperangan, mempunyai anak buah yang sudah menjadi seorang komandan. Kesempatan itu tak dimanfaatkan sang bapak untuk meloloskan anaknya menjadi tentara.

Para pembuat film yang tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler film di sebuah sekolah di pelosok desa yaitu SMP Negeri 4 Satu Atap Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga ini berusaha mengungkap kejujuran yang di jaman ini semakin mahal harganya.

“Banyak orang tua dengan kekuasaan dan berbagai cara memaksa anak untuk bisa bekerja. Ini awal dari potensi korupsi di Indonesia,” ujar Darti, sang sutradara dengan cerdas. Menurut Darti, untuk mengabdi kepada negara tidak harus menjadi seorang tentara. Menjadi apapun, sepanjang dikerjakan dengan ikhlas dan untuk kepentingan masyarakat.

Guru kesenian yang juga pembimbing ekstrakurikuler film di SMP Negeri 4 Satu Atap, Aris Prasetyo, merasa bangga karya murid-muridnya mampu masuk seleksi festival dua tahunan itu. “Ini juga menjadi kebanggaan Purbalingga, kota kecil yang mampu berbicara di tingkat Nasional melalui karya film pendek,” ungkapnya.

Sebelumnya, “Sang Patriot”, film yang diproduksi tahun 2009 ini sempat menyabet Juara Harapan III pada Festival Film Remaja (FFR) 2009. laeli