Selasa, 24 September 2013

RUMUSAN APRESIASI PENINGKATAN KAPASITAS THL-TB PENYULUH PERTANIAN 2013

Universitas Terbuka, 11 – 13 September 2013

Setelah mendengarkan pengarahan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian, Direktur Budidaya Serealia, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Direktur Perluasan dan Pengolahan Lahan, dan para Kepala Bidang  lingkup Pusat Penyuluhan Pertanian serta tanggapan/masukan dari peserta menghasilkan rumusan sebagai berikut : 

  1. Kementerian Pertanian telah menetapkan 4 (empat)target sukses Pembangunan Pertanian yang ingin dicapai hingga akhir tahun 2014, yaitu:  (1) Swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor; dan (4) peningkatan pendapatan kesejahteraan petani. 
  2. Strategi kementerian pertanian untuk mencapai target surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 yaitu Peningkatan Produktivitas,  Perluasan Areal Dan Pengelolaan Lahan,  Penurunan  Konsumsi Beras Dan Penyempurnaan Manajemen. 
  3. Dalam rangka pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014, perlu adanya peningkatan kapasitas kinerja seluruh stakeholder,  instansi terkait dan pemenuhan hak atas program tersebut tanpa membedakan status kepegawaian penyuluh selaku pendamping program
  4. Arah kebijakan penyuluhan pertanian ditekankan untuk  peningkatan pengetahuan dan keterampilan pelaku utama dan pelaku usaha yang berkualitas, andal, mampu manajerial, kewirauhasaan dan berorganisasi bisnis sehingga mencapai usaha tani yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan.
  5. Penetapan sasaran penyuluhan pertanian pada tahun 2013-2014 meliputi penetapan sasaran produksi dan produktivitas pangan secara nasional difokuskan pada  tujuh komoditas yaitu padi, jagung, kedelai, ternak sapi/kerbau, tebu, bawang merah dan aneka cabai. 
  6. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian ditingkat kecamatan dilakukan oleh Balai Penyuluhan Kecamatan/BP3K yang mempunyai kewajiban  melakukan kegiatan Penyusunan Programa, Pelaksanaan Penyuluhan, Penyediaan dan penyebaran informasi, Pengembangaan kelembagaan petani/ekonomi petani, Peningkatan kapasitas penyuluh, Percontohan/pengembangan model. 
  7. Program dan rencana aksi penyuluhan pertanian ditinjau dari aspek kelembagaan mencakup meningkatkan kapasitas Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) sebagai POSKO P2BN; Menumbuhkan dan mengembangkan Pos Penyuluhan Desa/Kelurahan; dan meningkatkan koordinasi dan sinergisme antara kelembagaan teknis pertanian, litbang, dan penyuluhan. 
  8. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) merupakan hasil perumusan suatu cara pengelolaan tanaman yang mempertimbangkan “system” sebagai unit kerja (tanaman-sumberdaya-pengelola) yang memiliki karakteristik tertentu, menerapkan  ilmu pengetahuan dan teknologi terbaik, multidisiplin, melibatkan peran aktif perancang, pendamping, pembina dan penerap (petani), dan bahkan hingga ke pemasar dan konsumen akhir. Juga terkandung di dalamnya unsur penelitian, pengkajian, pengembangan, pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan penerapan yang dikenal dengan Litkajibangdiklatluhrap. 
  9. Pengembangan System of Rice Intensification (SRI) organik didasarkan adanya degradasi lahan dan ketersediaan air; konsep usahatani padi konvensional, perilaku usahatani padi konvensional dan kondisi bertani saat ini (meliputi ketergantungan pihak luar, nilai efektivitas dan target utama meningkatkan produksi sesaat). Sehingga SRI organik dikembangkan dengan pemberdayaan petani dan kearifan lokal pengelola ekosistem secara holistik (tanah, tanaman, air dan hara). 
  10. Rekruitmen THL-TB Penyuluh Pertanian diarahkan untuk melaksanakan tugas pendampingan dan konsultasi bagi pelaku utama dan pelaku usaha dlm mengembangkan agribisnisnya, sehingga adopsi Teknologi tepat guna dapat berjalan dengan baik yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani berserta keluarganya. 
  11. Untuk peningkatan kemampuan dan keahlian THL-TB Penyuluh Pertanian diperlukan pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan. 
  12. Peran THL-TB Penyuluh Pertanian adalah: 1) Memfasilitasi proses pembelajaran; 2) Mengupayakan kemudahan akses ke sumber informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya; 3) Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan; 4) Menumbuh kembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi; 5) Membantu menganalisis dan memecahkan masalah; 6) Menumbuhkan kesadaran terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan 7) Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian yang maju dan moderen bagi pelaku utama secara berkelanjutan mengelola usaha. 
  13. Tugas Pokok THL- TB Penyuluh Pertanian adalah melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian kepada petani dan kelompoktani dalam rangka mengawal program peningkatan produksi dan produktivitas pertanian dan membantu Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan Programa Penyuluhan Kecamatan dan Programa Penyuluhan Pertanian Desa. 
  14. Fungsi THL TB Penyuluh Pertanian adalah: 1) Menyebarluaskan informasi pembangunan pertanian diwilayah kerjanya dengan cara menyampaikan visi, misi, tujuan, strategi, dan prinsip dari pembangunan pertanian; 2) Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan petani (Kelompok tani, Gabungan Kelompok Tani, asosiasi dan korporasi); 3) Mendorong peran serta petani/ kelompok tani, Gabungan Kelompok Tani, dalam pembangunan pertanian di wilayahnya; 4) Menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, dan kemampuan managerial petani; 6) Memfasilitasi petani/ kelompok tani/Gabungan Kelompok Tani dalam penyusunan RDK/RDKK/di wilayah kerjanya; 7) Memfasilitasi petani/Kelompok tani dalam mengakses teknologi, informasi pasar, peluang usaha dan permodalan; 8) Memfasilitasi petani/ Kelompok tani/Gabungan Kelompok Tani untuk menyusun rencana usaha bersama; 9) Membimbing dan memberikan alternatif pemecahan masalah petani/ Kelompok tani/Gabungan Kelompok Tani dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan usahanya. 
  15. Untuk memenuhi kebijakan Kementerian Pertanian satu desa satu penyuluh mengusulkan formasi kebutuhan penyuluh pertanian PNS dan THL-TB Penyuluh Pertanian, serta memberdayakan penyuluh swadaya dan swasta. 
  16. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian 60% dilaksanakan oleh THL-TB Penyuluh Pertanian. Sesuai dengan amanat UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K, maka  dalam rangka regenerasi Penyuluh Pertanian, THL-TB penyuluh pertanian perlu diangkat menjadi Penyuluh Pertanian PNS.


    Tangerang 13 September 2013
    by : Yusuf Himura
    Sumber Pelatihan THL TBPP


Minggu, 22 September 2013

Workshop Produksi Film SMAN 1 Bukateja Purbalingga



Praktik tata kamera adalah bagian dari materi workshop produksi film yang paling disukai peserta. Mereka bisa tertawa lepas, meskipun adegan yang dibuat menyedihkan. Sebelumnya para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk kemudian masing-masing kelompok membuat dua adegan (scene) sebagai bahan untuk dipraktikan.

“Kami jadi tahu seperti itu ternyata membuat film. Tidak cukup sekali pengambilan gambar, harus diulang dari berbagai sisi. Intinya membuat film itu tidak gampang, tapi menyenangkan,” tutur Putri Anjar Pangesti.

Apa yang diakui Putri terungkap saat Workshop Produksi Film Sabuk Cinema ekskul sinematografi SMAN 1 Bukateja dari 21-22 September 2013 di lingkungan sekolah. Workshop ini menggandeng Cinema Lovers Community (CLC) sebagai fasilitator yang diikuti sekitar 25 peserta dari siswa kelas X sebagai anggota baru dan kelas XI.

Workshop film selama dua hari ini memberikan materi kepada peserta terkait dasar-dasar film. Dari mulai meresensi film, manajemen produksi, penulisan skenario, teori dan praktik tata kamera, serta teori dan praktik tata gambar (editing).

Penekanan Materi
Dari materi dasar-dasar produksi film yang diberikan fasilitator, penekanannya lebih pada penulisan skenario dan tata gambar. Kedua materi itu, dirasa lemah bagi kebanyakan pelajar yang belajar film, tak terkecuali di SMAN 1 Bukateja.

Diakui ketua ekskul sinematografi SMAN 1 Bukateja Tumbuh Irgiani, di tahun kepengurusan lalu, sekolahnya tidak berhasil memproduksi film fiksi lantaran kurangnya anak-anak yang mampu menulis. “Di tahun kepengurusan ini tidak boleh terjadi. Harus lahir penulis-penulis skenario baru dan editor baru,” ungkap ketua baru ekskul sinematografi ini.

Salah satu pegiat CLC Canggih Setyawan mengatakan, film yang bisa dibilang seni terakhir, sangat erat berhubungan dengan jenis dan bidang seni lainnya. “Salah satu contohnya, sastra yang menjadi dasar bagi para penulis skenario film. Intinya orang-orang yang senang dan menguasai dunia sastra dibutuhkan dalam film,” ujar mahasiswa jurusan Sosiologi Unsoed ini.

Ekskul sinematografi di SMAN 1 Bukateja Purbalingga keberadaannya sudah ada sejak tahun 2011. Film bertajuk “Jono Berlari” telah mampu menyabet beragam prestasi di festival film tingkat Nasional.

Minggu, 15 September 2013

Workshop Produksi Film SMAN 1 Rembang Purbalingga



Sudah sejak duduk di bangku SMP Negeri 1 Rembang Purbalingga, Anteng Angki sudah mengincar untuk bergabung di kegiatan ekstrakulikuler sinematografi SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga karena sudah lama mendengar keberadaan ekskul itu.

“Saat saya diterima dan disodori daftar ekskul di SMAN 1 Rembang, saya tidak ragu lagi untuk memilih sinematografi. Saya penasaran apa saja yang dipelajari dalam film itu,” tegas Anteng, siswi berparas manis ini.

Ungkapan Anteng muncul saat Workshop Produksi Film Pak Dirman Film ekskul sinematografi SMAN 1 Rembang selama dua hari, 14-15 September 2013 di lingkungan sekolah. Workshop yang difasilitasi Cinema Lovers Community (CLC) ini diikuti sekitar 20 peserta yang sebagian besar berstatus siswa baru.

Workshop film yang difasilitasi Cinema Lovers Community (CLC) ini memberikan materi kepada peserta terkait dasar-dasar film. Dari mulai meresensi film, manajemen produksi, penulisan skenario, teori dan praktik tata kamera, serta teori dan praktik tata gambar (editing).

Pergantian Pengurus Ekskul
Program workshop produksi film ini sekaligus dibarengi pergantian pengurus ekstrakulikuler sinematografi. Pengurus lama dengan masa jabatan satu tahun yang saat ini banyak dipegang oleh siswa yang sudah duduk di bangku kelas XII harus melakukan regenerasi.

Pegiat CLC Didik Aji Asmoro mengatakan, belajar film itu tak hanya soal teknis. “Hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana siswa juga belajar berorganisasi, belajar manajerial,” ujar mahasiswa Akademi Keperawatan Yakpermas Banyumas.

Karena harus mengurangi kegiatan akademik, siswa kelas XII harus memberi kesempatan kepada adik kelas untuk melanjutkan program-program tahunan terkait perfilman. Dengan cara demokratis, regenerasi kembali tersusun.

Ketua ekskul sinematografi terpilih Ella Nur Wijayanti merasa berat amanah yang diembannya dalam setahun ke depan. “Sejak keberadaan ekskul kami, nama sekolah kami terangkat hingga tingkat Nasional karena prestasinya. Semoga kami mampu mempertahankan bahkan lebih baik lagi,” katanya.

Keberadaan ekskul sinematografi di SMAN 1 Rembang Purbalingga sudah ada sejak tahun 2010. Sedikitnya sekolah yang bersebelahan dengan Monumen Tempat Lahiar Jenderal Soedirman ini sudah mampu menghasilkan enam film pendek dan dokumenter. Berbagai prestasi lokal dan nasional dari karya mereka pun pernah ditorehkan.

Workshop Produksi Dokumenter pelajar Banyumas Raya



Salah satu rangkaian Kompetisi Dokumenter pelajar Banyumas Raya tema “Pemilihan OSIS” adalah workshop produksi dokumenter. Workshop yang diikuti 30 peserta dari 15 sekolah setingkat SMP dan SMA di Banyumas Raya (Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan Purbalingga) ini berlangsung pada Sabtu, 14 September 2013 di Laboratorium Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed Purwokerto.

Workshop dalam rangka Kompetisi Dokumenter yang digelar Laboratorium Ilmu Politik Unsoed bekerjasama Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB) ini dibuka oleh Dekan FISIP Unsoed Dr Ali Rokhman, M.Si.

Dalam sambutannya, Ali Rokhman menyatakan ketertarikannya dengan adanya kompetisi dokumenter ini. “Kompetisi ini memberi kesempatan kepada siswa untuk menangkap dengan kamera peristiwa demokrasi di lingkungannya,” ujarnya.

Sementara Ketua Laboratorium Ilmu Politik Indaru Setyo Nurprojo, S.IP, MA mengatakan
meskipun lingkupnya kecil, di kelas atau di satu sekolah, tetapi partisipasi menjadi pemilih merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi perjalanan hidupmu kelak sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.Dari pemilihan Ketua OSIS atau Ketua Kelas atau kegiatan lain di sekolah, pelajar dapat belajar banyak hal,” jelasnya.

Workshop ini sendiri bertujuan menjaga konten serta kualitas secara teknis karya calon peserta nantinya. Dengan adanya workshop, akan diketahui sejauh mana pengetahuan peserta terhadap tema dan demokrasi pada umumnya.

Bertindak sebagai pemateri workshop pakar politik Unsoed Andi Ali Said Akbar, S.IP, M.Si yang berbicara soal “Pengetahuan Dasar-Dasar Demokrasi dan Pemilu” dan Direktur JKFB Dimas Jayasrana yang mengusung materi “Konten Dokumenter OSIS”.

Dalam sebuah paparan, Andi Ali mengatakan cerminan demokrasi dalam pemilihan OSIS adalah ketika ketua dan pengurus OSIS dipilih langsung oleh siswa dalam satu sekolah. “Jadi dalam hal ini, siswa lah yang berdaulat. Pengurus OSIS harus mampu membawa aspirasi siswa,” katanya.

Sementara Dimas Jayasrana menjelaskan bahwa kerjasama Laboratorium Ilmu Politik Unsoed dengan JKFB sudah seharusnya dilakukan. “Tugas kampus adalah melakukan kajian-kajian termasuk dengan medium film,” tegasnya.

Kompetisi Dokumenter ini akan menerima karya-karya dari pelajar Banyumas Raya dengan batas akhir penerimaan 1 November 2013.