Minggu, 19 Oktober 2014

Workshop Produksi Film SMA Kutasari Purbalingga


Sulasi Nur Halisa tidak menyangka akan menduduki jabatan sebagai ketua ekstrakulikuler sinematografi SMA Kutasari Purbalingga yang baru. Lantaran, dirinya saat ini baru duduk di kelas X yang artinya belum berpengalaman mengelola organisasi di sekolahnya.

"Masih ada kakak kelas XI, tapi karena teman-teman mempercayai saya menjadi ketua, ya saya berusaha mengemban amanah ini. Dengan harapan, membawa perfilman di sekolah kami lebih baik lagi," ungkap Sulasi saat workshop produksi film Papringan Pictures ekskul sinema SMA Kutasari Purbalingga, Sabtu-Minggu, 18-19 Oktober 2014 di lingkungan sekolah.

Seperti halnya workshop produksi film yang digelar sekolah-sekolah di Purbalingga lainnya, pergantian pengurus ekskul sinematografi menjadi salah satu bagian sebagai bentuk regenerasi pelajar pembuat film.

Tidak banyak peserta workshop tahun ini, hanya sekitar 20 peserta dari kelas X dan XI. Mereka terbagi dalam empat kelas minat perfilman, yaitu kelas penulisan skenario, kelas manajemen produksi, kelas tata kamera, dan kelas tata gambar atau editing.

Workshop produksi film yang mendapat fasilitasi Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga ini merupakan program kerja tahunan dari Papringan Pictures yang secara sah berdiri sejak tahun 2011 lalu.

Salah satu pegiat CLC Asep Triyatno mengatakan, dengan adanya kelas minat perfilman bisa dilihat kekuatan pegiat film di masing-masing sekolah dalam menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan produksi film.

"Misalkan dalam hal tata gambar, kami jadi tahu seberapa anak yang berminat di bidang itu sekaligus bisa memfokuskan mereka untuk lebih mendalami hal-hal terkait editing," ujar Asep yang mengampu fokus tata gambar.

Menurut Kepala SMA Kutasari Joko Suryanto, S.Pd., kegiatan perfilman di SMA Kutasari sudah menjadi salah satu pilihan media kreatif bagi siswa. "Siswa membutuhkan media kreatif untuk mengimbangi kegiatan yang bersifat akademis, terlebih film di sekolah kami mampu menoreh prestasi," katanya.

Di musim workshop ini, kegiatan memperkenalkan dasar-dasar perfilman terus berlanjut. Rencananya pada 24-25 Oktober 2014, workshop produksi film akan digelar ekskul sinematografi SMA Karangreja Purbalingga.

Sabtu, 11 Oktober 2014

"Yang Menikah Muda" Sabet Juara 1


Film dokumenter "Yang Menikah Muda" karya pelajar Purbalingga berhasil menyabet juara 1 kategori pelajar Kompetisi Plan Indonesia 2014. Film yang disutradarai Dinda Putri Hapsari ini berhasil mengungguli film "Ayah Ijinkan Aku Sekolah" dari Bintan, Kepulauan Riau yang menjadi juara 2 dan juara 3 "Lentera untuk Santi" dari Kebumen dan berhak mendapat piala dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Pengumuman pemenang saat acara perayaan International day of The Girls (Hari Internasional untuk Anak Perempuan) pada Jumat, 10 Oktober 2014 di Jakarta. Pengumuman dibacakan oleh sutradara dan produser Lola Amaria sekaligus sebagai salah satu juri di acara yang juga dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar.

"Senang mendengarnya, setidaknya lewat film kami bisa menyuarakan kondisi remaja perempuan di Purbalingga. Saat produksi tidak banyak waktu, beruntung subyek-subyek dalam film kami cukup terbuka bahkan terhadap persoalan-persoalan pribadi," tutur Dinda Putri Hapsari, sang sutradara.

Film "Yang Menikah Muda" produksi Sabuk Cinema ekstrakulikuler sinematografi SMA Bukateja Purbalingga mengisahkan bagaimana anak-anak remaja di sebuah dusun di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Dusun Tawang, Desa Karangcegak, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga banyak yang menikah muda.

Lemahnya ekonomi dan pendidikan menjadi salah dua faktor penyebab banyaknya remaja perempuan menikah dini dengan berbagai resiko. Namun realita seperti ini tampaknya belum tersentuh oleh kebijakan pemerintah daerah karena kebijakan pembangunan banyak terfokus pada pembangunan fisik yang cenderung berada di pusat kota.

Guru Pembina ekskul sinema Meinur Diana Irawati mengatakan, prestasi ini selain mengangkat nama sekolah dan Purbalingga juga diharapkan mampu memacu semangat anak untuk terus berkarya. "Tahun lalu, ekskul sinema hampir tenggelam. Tampaknya, dengan masuknya siswa baru ada suntikan semangat yang baru pula. Harapannya, ekskul ini mampu menjadi wadah siswa dalam berkarya," ungkap guru pengampu mata pelajaran Ekonomi ini.

Kompetisi bertema "Memberdayakan Remaja Perempuan: Memutus Lingkar Kekerasan" ini digelar dalam rangka memperingati Hari Internasional untuk Anak Perempuan yang jatuh pada 11 Oktober sekaligus upaya mengampanyekan gerakan "Because I Am A Girl" (BIAAG) di Indonesia.

Selain Plan Indonesia, organisasi internasional pengembangan masyarakat dan kemanusiaan yang fokus pada masalah anak, kompetisi dokumenter ini bekerjasama dengan Kompas TV yang didukung Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.