Sabtu, 19 Juli 2014

OI Purbalingga Mengapresiasi Film "Kantata Takwa"



Sayup-sayup terdengar suara penonton turut bernyanyi mengikuti lantunan lagu “Sangkala” dari album Swami II yang mengawali sebuah film dokumenter musikal “Kantata Takwa”. Praktis sepanjang film, mereka turut menyanyi lagu-lagu yang diambil dari album Kantata Takwa dan Swami dalam film yang disutradarai Erros Djarot dan Gotot Prakosa itu.

Lebih dari 100 pemuda penggemar fanatik musisi legendaris Iwan Fals, yang tergabung dalam Keluarga Besar OI Purbalingga, berkumpul di aula Andrawina Hotel Owabong Purbalingga, Sabtu, 19 Juli 2014. Badan Pengurus Kota (BPK) OI Purbalingga menggelar acara buka puasa bersama serta pemutaran film “Kantata Takwa”.

Menurut salah satu pengurus OI Purbalingga, Khasan Rimbawan, sebelum buka puasa bersama, kami sempat konvoi berkeliling dari arah alun-alun ke Owabong. “Setelah itu kami menggelar pentas musik sumbangan dari masing-masing Badan Pengurus Kelompok OI di Purbalingga dan OI dari kota lain yang turut hadir. Baru setelah buka puasa, kami putar film,” tuturnya.

Film yang dirilis tahun 2008 dan dibuat berdasarkan konser akbar proyek seni Kantata Takwa di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta tahun 1991 ini mengalami banyak kesulitan dalam pembuatannya karena sarat dengan tema sosial politik dan kritik yang sangat tajam pada sistem pemerintahan Orde Baru Indonesia yang represif, sehingga pembuatannya memakan waktu 18 tahun hingga dirilis.

Film berdurasi 70 menit yang ini merupakan sebuah puisi kesaksian dari para seniman Indonesia tentang masa represif rezim Orde Baru Soeharto. Sebuah masa yang banyak diwarnai dengan korupsi, kolusi, nepotisme, dan banyaknya penangkapan, penculikan, bahkan pembunuhan para aktivis yang tidak memiliki ideologi yang sama dengan pemerintah penguasa saat itu.

Terkait acara pemutaran film, BPK OI Purbalingga menggandeng Cinema Lovers Community (CLC). Direktur CLC Bowo Leksono merasa senang digandeng OI Purbalingga. "Kami senang bekerjasama dengan pihak manapun untuk mencerdasan lewat film. Harapannya, kerjasama bisa terus berlanjut," ujarnya.

Sementara Ketua BPK OI Purbalingga mengatakan, OI yang merupakan organisasi massa (Ormas) ini menggelar buka puasa bersama untuk bersilaturahmi sekaligus konsolidasi. "Ke depan, kami sudah merencanakan program-program aksi sosial bagi masyarakat," ungkapnya.

Rabu, 16 Juli 2014

OI Purbalingga Putar Film "Kantata Takwa"



Keluarga Besar Badan Pengurus Kota (BPK) OI Purbalingga, sebuah wadah bagi para penggemar musisi legendaris Iwan Fals, akan mengadakan pemutaran film "Kantata Takwa" sutradara Erros Djarot dan Gotot Prakosa, pada Sabtu, 19 Juli 2014, jam 16.00, di aula Andrawina Hotel Owabong Purbalingga.

Film ini merupakan sebuah puisi kesaksian dari para seniman Indonesia tentang masa represif rezim Orde Baru Soeharto. Sebuah masa yang banyak diwarnai dengan korupsi, kolusi, nepotisme, dan banyaknya penangkapan, penculikan, bahkan pembunuhan para aktivis yang tidak memiliki ideologi yang sama dengan pemerintah penguasa saat itu.

Pemutaran film dokumenter musikal tentang kolaborasi puisi, musik, dan teater ini bagian dari acara buka puasa bersama BPK OI Purbalingga. Selain putar film, sebelumnya mereka juga berencana melakukan konvoi keliling kota Purbalingga untuk kemudian menggelar pentas musik.

Ketua BPK OI Purbalingga Kholik Wibowo mengatakan, acara ini bertujuan untuk merekatkan sesama anggota OI Purbalingga. "Sekaligus membahas banyak hal terkait program OI Purbalingga ke depan," ujarnya.

Untuk memutar film "Kantata Takwa", OI Purbalingga menggandeng kerjasama dengan Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga. "Kami sudah mengantongi izin putar dari salah satu sutradaranya, Mas Gotot Prakosa. Ia senang filmnya dapat diapresiasi para penggemar Iwan Fals di Purbalingga," ungkap Direktur CLC Bowo Leksono.

Selasa, 15 Juli 2014

Sambut Siswa Baru dengan Film MOPDB



Menanti datangnya buka puasa, sekelompok pelajar memilih mengisinya dengan memproduksi sebuah film pendek. Sudah sejak siang hari, selepas pulang sekolah mereka berpindah dari satu pojok sekolah ke pojok yang lain memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai lokasi film.

Adalah pelajar SMA Karangreja Purbalingga, yang memang baru tahun ini memiliki ekstrakulikuler sinematografi, memproduksi film pendek selama sehari, Selasa, 15 Mei 2014. Nantinya, film itu akan diputar di depan siswa-siswa baru.

Menurut salah satu anggota ekskul sinema Bayu Mogana Putra, tujuan pembuatan film ini untuk menarik siswa baru masuk ke ekskul sinematografi. “Karena ekskul sinema, media promosinya ya menggunakan film. Sebagian pemain juga siswa baru,” ungkap siswa yang saat ini naik ke kelas XII.

Di bawah rumah produksi Negeri Awan Cinemart, film berjudul “Apes” ini tentang siswa yang sedang mengikuti Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB). Dikisahkan, seorang siswa baru di hari pertama MOPDB bangun kesiangan, hingga ia tak kebagian angkudes. Akhirnya siswa baru yang bernama Gito pun naik mobil bak terbuka yang biasa untuk membawa barang-barang ke pasar.

Sampai di gerbang sekolah, Gito sudah ditunggu beberapa senior (kakak kelas) yang bersiap menghukumnya. Ada salah satu senior yang bernama Tati meski berparas cantik namun dinilai paling galak dalam menghukum. Namun, Gito justru merasa bahagia setiap kali dihukum oleh Tati.

“Kami ingin menunjukkan bahwa tidak ada istilah senioritas dan junioritas di sekolah. Selain itu, kegiatan MOPDB itu menyenangkan tidak menakutkan karena tujuannya untuk mengenal lebih jauh lingkungan sekolah dengan segenap penghuninya,” ujar Novian Cahyo Utomo yang bertindak sebagai penulis scenario sekaligus kameraman.

Kepala SMA Karangreja Nur Samsudin, S.Pd. Fis., mengatakan, pihak sekolah menyambut baik kegiatan baru bagi siswa berupak ekskul sinematografi. “Untuk itu kami meminta Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga melakukan pendampingan dan fasilitasi,” tuturnya.

Selain SMA Karangreja, sekolah lain di Purbalingga yang juga menggunakan strategi memproduksi film terkait MOPDB untuk menarik anggota baru yaitu, SMA Kutasari dan SMK 1 Purbalingga. Kedua sekolah itu juga memiliki ekskul sinematografi yang sudah berdiri sejak beberapa tahun yang lalu.

Sabtu, 12 Juli 2014

Mengenal Lebih Jauh Dokumenter



Sore itu Markas CLC Purbalingga terlihat ramai dan meriah. Motor-motor tertata rapi di tempat parkir. Suara bising meriam dan peluru terdengar . Demikian suasana pemutaran regular Bioskop Rakyat, Sabtu 12 Juli 2014 di Mabes CLC Purbalingga. Pemutaran ini kerjasama CLC Purbalingga dan In-docs dari Jakarta.

Kebetulan kali ini para siswa SMK Muhamadiyah Majenang, SMK Cilacap danSMK Kebumen yang tergabung dalam kelompok Prakerin (Praktek kerja Industri)  di Sangkaparan  Cilacap  dating untuk menyaksikan Pemutaran film .

Pada kesempatan saat itu film yang diputar sekaligus jadi bahan diskusi berjudul ”The Spanish Earth” sutradara Joris Ivens. Film yang diproduksi 1937 itu menceritakan perlawanan rakyat Spanyol terhadap kaum fasis di bawah kepemimpinan Jenderal Franco. Kisah tersebut dipadukan dengan semangat rakyat spanyol membangun sebuah sistem pengairan dan irigasi di daerahnya.

Film yang diputar kali ini bertema” Dokumenter Ekspositoris “. Sepintas film dokumenter jenis ini sangat jarang ditemui di Banyumas bahkan Indonesia.

Menurut Ita Hartati, salah satu penonton, ini pengalaman pertamanya menonton dokumenter jenis ini, ia mengira dokumenter itu harus ada wawancara,  ternyata ada banyak jenis film dokumenter. “Dokumenter ekspositoris adalah film yang memberikan informasi secara runtut dan detail,” jelas siswi SMK Muhamadiyah Majenang itu.

Sementara itu, Insan Indah Pribadi selaku Presiden Sangkanparan, mengungkapkan pemutaran seperti ini bisa menjadi referensi anak-anak didiknya serta menjadi ajang sharing dan saling menguji kemampuan yang didapat selama mengikuti Prakerin.

“Kita datang jauh-jauh dari Cilacap ke Purbalingga hanya untuk menyaksikan pemutaran film dengan harapan anak-anak tidak terjebak dengan pola dokumenter yang sudah kuno atau mengandalkan wawancara saja” tegas Insan.

Penanggung jawab program Biora, Canggih Setyawan mengatakan, pemutaran film seperti ini akan diadakan CLC setidaknya sebulan sekali. ”Kami akan selalu menyajikan pemutaran film seperti ini agar para pelajar maupun masyarakat umum menonton film agar kita mudah mengetahui sejarah suatu negara atau peristiwa masa lalu. Jadi lebih jelas karena  tidak hanya melalui tulisan melainkan didukung audio visual” tuturnya.

Kamis, 10 Juli 2014

Biora Putar "Spanish Earth"



Bioskop Rakyat (Biora) Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga kembali hadir di bulan Ramadhan ini. Pemutaran film dan diskusi rencananya digelar pada Sabtu, 12 Juli 2014 jam 15.30 di Mabes CLC Jl. Puring No. 7 Purbalingga.

Biora kali ini, akan memutar film dokumenter ekspositoris bertajuk "Spanish Earth" karya sutradara Joris Ivens dari Amerika Serikat. Pemutaran ini masih bekerja sama dengan In-Docs Jakarta yang menyiapkan materi-materi film untuk diputar dan didiskusikan.

Film berdurasi 53 menit dan diproduksi tahun 1937 ini menunjukkan perjuangan pemerintah Republik Spanyol melawan pemberontakan oleh pasukan sayap ultra-kanan yang dipimpin Jenderal Francisco Franco dan didukung oleh Nazi Jerman dan Fasis Italia.

Penanggung jawab Biora Canggih Setyawan mengatakan, menarik mengapresiasi dan mendiskusikan film-film sejarah negara di belahan dunia Eropa. "Kita jadi mengerti bagaimana perjuangan rakyat dan pemerintahan di negara-negara maju saat Perang Dunia I melihat korelasinya saat ini," ujarnya.