Sabtu, 23 Februari 2013

Produksi Film Fiksi Pendek SMKN 1 Rembang Purbalingga



Berbagai program bantuan pemerintah dengan tujuan menyejahterakan rakyat tidak selamanya berbanding lurus dengan tujuan mulia itu. Kerap pada tataran pelaksanaan di lapangan, program itu justru tak berpihak pada rakyat kecil.

Seperti halnya pada program bantuan beras untuk kaum miskin (Raskin). Seringkali justru rakyat miskin yang berhak mendapatkan bantuan tidak sampai pada mereka. Atau orang-orang pintar yang sering memanfaatkan rakyat atas kekurangpemahamannya.

Realita ini kemudian diwujudkan dalam produksi film oleh komunitas Pedati Film pelajar SMK Negeri 1 Rembang Purbalingga. Mereka selama kurang dari sehari melakukan pengambilan gambar pada Jumat, 22 Februari 2013 di Desa Wanogara Wetan, Kecamatan Rembang, Purbalingga.

Menurut Misyatun, selaku sutradara, ia dan beberapa teman sudah lama menginginkan di sekolahnya ada produk film pendek yang bisa dinikmati sebanyak-banyaknya pentonton. “Kami belum mau terlalu menggantungkan pada sekolah. Kami berusaha mandiri dulu, membuktikan apa yang kami mampu,” tutur siswi kelas XI ini.

Kru dari pelajar SMKN 1 Rembang jumlahnya hanya dibawah 10, Misyatun yang merupakan jebolan SMP Negeri 4 Satu Atap Karangmoncol Purbalingga ini ingin memaksimalkan peran kru di filmnya. “Harapannya kelak bila film kami berhasil, dapat memancing adik-adik kelas untuk bergabung dan sekolah mau menerima sebagai kegiatan ekstrakulikuler,” ujar Misyatun.

Produksi film fiksi pendek kali ini, banyak dibantu oleh warga Desa Wanogara Wetan. Tidak hanya lokasi yang dipersiapkan, peralatan hingga pemain pun diambil dari desa yang terletak tak jauh dari Monumen Tempat Lahir (MTL) Jenderal Sudirman.

Salah satu pemuda desa Antonius Rokhadi mengatakan ia sudah lama mengikuti akifitas perfilman yang dilakukan pelajar di Purbalingga. “Kami dengan senang hati membantu, karena bagi kami sekaligus belajar bagaimana membuat film,” ungkapnya.

Film pendek ini rencananya juga akan turut meramaikan Festival Film Purbalingga (FFP) 2013 dan festival-festival lain yang sudah menanti.

Jumat, 22 Februari 2013

Pemutaran Bioskop Rakyat #8


JAM MAIN
19.30 l Sabtu, 23 Februari 2013
15.30 l Minggu, 24 Februari 2013

PUTAR FILM
Cinema Dunia kiriman Forum Lenteng Jakarta

Little Fugitive (Anak Hilang)
Ray Ashley, Morris Engel, Ruth Orkin|82'00"|Fiksi|BW|Subtitle Indonesia|1953
Joey yang menyangka telah membunuh kakaknya dengan pistol mainan memilih kabur ke Coney Island. Kaburnya Joey tersebut memberikan pengalaman-pengalaman menarik baginya.

Mabes CLC
Jl. Puring No. 7 (selatan alun-alun) Purbalingga
Hp. 085726331267

GRATIS !

Kamis, 21 Februari 2013

Produksi Film Pendek Fiksi SMK YPLP Purbalingga



Sukur selalu berusaha menggambar dengan cepat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ia adalah penyandang difabel yaitu tunawicara. Sukur diberi kelebihan oleh Tuhan berupa menggambar sketsa dengan hasil yang bagus yang sekaligus menjadi hobinya, karena itu ia disukai orang-orang di sekitarnya.

Sebuah kisah tentang penyandang difabel diangkat oleh Kafiana Production ekstrakulikuler sinematografi SMK YPLP Perwira Purbalingga. Mereka mengangkatnya dalam film pendek fiksi bertajuk “Gedang Goreng Soklat” (Pisang Goreng Coklat). Pengambilan gambar dilakukan pada Kamis, 21 Februari 2013 di Desa Bakulan, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga.

“Kami sudah lama ingin mengangkat cerita tentang saudara-saudara kita penyandang difabel, bahwa dibalik kekurangan, Tuhan pasti memberi kelebihan. Dan di mata Tuhan manusia diciptakan sama,” ungkap Octa Berna Ratungga, sutradara sekaligus bertindak sebagai penulis cerita.

Octa menambahkan tidaklah mudah mencari pemain sebagai penyandang difabel, butuh beberapa kali ganti pemain karena mencari yang benar-benar mendekati. “Beruntung kami mampu membuat jadwal pengambilan dalam waktu satu hari saja,” ujar siswa kelas X yang juga sebagai ketua ekskul sinematografi.

Dunia sinematografi di SMK di bawah organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Purbalingga ini sudah ada sejak 2011 lalu. Sedikitnya ada dua film pendek yang sudah dihasilkan, yaitu “Pit Ontha” (2011) yang berhasil menyabet penghargaan Terbaik II Kategori Fiksi Festival Film Pelajar Jogja 2011. Kemudian film berjudul “Keluarga Jajang” (2012) berhasil diganjar Juara Ketiga Lomba Film Pendek “Generasi Muda Generasi Taat Pajak” 2012.

Kepala SMK YPLP Perwira Purbalingga Kurniawan Herry S, S.Pd mengatakan pihak sekolah mendukung keberadaan ekskul sinematografi. “Kami berharap, anak-anak mampu membuat film pendek setiap tahun. Ini sangat menunjang kemampuan teknis dan kreativitas mereka,” jelasnya.

Setelah selesai paskaproduksi, “Gedang Goreng Soklat” selain diputar sebagai bahan diskusi dan edukasi, rencananya diikutkan ke Festival Film Purbalingga 2013 dan berbagai festival film pendek.

Selasa, 19 Februari 2013

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI


 Hari ini coba kita coba lestarikan lagi pekarangan kita dengan tanaman-tanaman yang berguna bagi kita semua, baik sayuran, obat-obatan dan sebagainya. 

Bagi ibu-ibu rumah tangga dan kelompok wanita tani, yang mempunyai kelonggaran waktu ada baiknya memanfaatkan Konsep Rumah Pangan Lestari, ayo kita pelajari bersama;




RUMAH PANGAN LESTARI (RUMAH HIJAU)
Merupakan kegiatan Optimalisasi/ Intensifikasi pemanfaatan  pekarangan dalam menanggulangi terjadinya kenaikan harga bahan pangan segar akibat dari adanya perubahan (anomali iklim) yang tidak menentu.

Pengelolaan Rumah Hijau

  1. Jenis tanaman; disesuaikan dengan  kondisi halaman dan  agroklimat disekitar lingkungan tempat tinggal, diprioritaskan pada jenis tanaman sebagai bahan pangan atau bumbu-bumbuan yang dibutuhkan sehari-hari.
  2. Teknis penanaman; ditanam secara langsung di lahan atau menggunakan wadah tanaman (polybag, pot)
  3. Pengelolaan tanaman;  dilakukan dengan menerapkan budidaya ramah lingkungan dan minimal agro input kimia. Perlu diperhatikan tata letak/ desain penanaman sehingga mempermudah dalam pemeliharaan dan memenuhi aspek keindahan/estetika

RUMAH HIJAU



Penataan Pekarangan Strata 1











Penataan Pekarangan Strata 2







Penataan Pekarangan Strata 3









Tambulampot


















 SAYURAN DALAM POT

CABE
  1. Benih harus disemai dahulu dg metode brownies.
  2. Semaian diletakkan dalam tempat teduh, disiram dengan sprayer
  3. Transplanting pada 14 HSS pada pot tanam, jumlah daun 4 helai
  4. Media tanam terdiri dari tanah, pukan/kompos = 1 : 1
  5. Dapat dipindah-pindahkan menurut kebutuhan tanaman terhadap sinar matahari
  6. Mampu memiliki kwalitas sama dengan sayuran yang ditanam di lahan luas
  7. Perawatan tanaman yang tidak rumit
  8. Hasil panen yang higienis
  9. Setelah 2 atau 3 minggu bila tanaman cukup kuat, pot baru dapat dipindahkan ke tempat yang panas







 VERTIKULTUR





















by; Yusuf Himura












Senin, 18 Februari 2013

Membuat Film yang Baik, Mustahil Tanpa Sering Menontonnya



Pemutaran Film Bioskop Rakyat #7

Bila kita ingin mengetahui wajah film Indonesia, tontonlah film-film pendeknya. Film-film pendek Indonesia lahir dari tangan anak-anak muda dari banyak daerah di Indonesia. Mereka memasukkan latar budaya dan sosial dari daerahnya masing-masing.

Program Bioskop Rakyat (Biora) #7, Cinema Lovers Community (CLC) memutar 4 film pendek dari Palu dan satu dari Jakarta pada Sabtu malam, 16 Februari 2013 jam 19.30 dan Minggu sore, 17 Februari 2013 jam 15.30 di markas besar CLC jalan Puring nomor 7 Purbalingga.

Film berjudul “Cuma 5 Ribu” tentang uang senilai Rp 5 ribu yang seringkali dianggap remah, namun uang senilai itu bisa jadi sangat berharga karena nyawa pun bisa bergantung padanya. “Anganku Tinggi ke Bawah” berkisah seorang anak lelaki yang mempunyai angan-angan ingin sekali merasakan dan menikmati keindahan pantai di kota, serta teman perempuannya yang menghibur untuk selalu bersyukur dengan apa yang dinikmatinya sekarang.

Untuk film “High Heels Pendek” bercerita tentang seorang wanita modis yang harus bertugas di daerah pelosok. Film “Wrong Day” berkisah seorang polisi mengejar seorang preman tengik pada hari petama dia bertugas. Tapi justru terjadi dialog di antara mereka.

Sementara film “Suharto” dari Jakarta tentang seorang anak bernama Parmin yang harus membayar mahal karena dia harus kehilangan kaki kanannya. Niat Parmin sangatlah mulia, dia hanya ingin emaknya sehat, walau dia harus menempuh jalan yang salah yaitu dengan jalan mencuri kotak amal di mushola. Bahwa kita yang tak pernah tau bahkan tak pernah mau tahu nasib anak-anak seperti Parmin.

Seorang penonton, Danang Arif mengungkapkan beragamnya cerita yang ditawarkan film pendek memberi banyak inspirasi pada kita. “Termasuk cerita yang ada pada film-film pendek dari Palu,” ujar mahasiswa Fisipol UGM dalam dialog usai pemutaran.

Penanggung jawab Biora Asep Triyatno mengatakan pemutaran rutin setiap pekan ini untuk memberi kesempatan pada masyarakat umum utamanya pelajar yang ingin belajar membuat film. “Mustahil bila orang ingin membuat film yang baik tanpa pernah menonton film dan mendiskusikannya,” tegasnya.