Sabtu, 06 Maret 2010

Mendokumenterkan Tempat Lahir Sang Panglima Besar


Para remaja itu belajar mencintai museum dengan cara berbeda. Membuat film dokumenter adalah cara mereka. Selama tiga hari, 5-7 Maret 2010, para pelajar SMA Negeri 2 Purbalingga yang tergabung dalam Brankas Film memproduksi film dokumenter Monumen Tempat Lahir (MTL) Jenderal Soedirman setelah hampir sebulan melakukan riset dan persiapan produksi.

Dua hari terakhir produksi dimanfaatkan untuk mengambil gambar di lokasi monumen yang terletak di Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga. Mereka sampai menginap di lokasi tidak sekedar untuk mendekatkan pada tempat lahir Sang Panglima Besar tapi juga untuk mendapatkan gambar lengkap dari waktu ke waktu.

Salah satu pembuat film yang juga menjabat sebagai sutradara Kalpika Anindyajati mengatakan membuat film dokumenter adalah pengalaman pertama yang luar biasa. “Sebelumnya meskipun kami pernah beberapa kali ke monumen tersebut tapi baru merasa mengenal dan mencintai setelah mendokumenterkannya,” ungkap pelajar yang masih duduk di kelas XI ini.

Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman yang diresmikan pada 21 Maret 1977 ini sudah masuk dalam kategori museum merujuk pada International Council of Museum (ICOM). Karena itu, museum bersejarah tersebut harus dipelihara dan dilestarikan. Tidak hanya itu, sosialisasi adalah kebutuhan utama agar MTL Jenderal Soedirman lebih dikenal di luar Purbalingga.

Tahun Mencintai Museum Nusantara
Siapa tidak mengenal Jenderal Soedirman? Nama tokoh yang sangat dikenal dengan strategi perang gerilya di masa revolusi ini diabadikan sebagai nama jalan-jalan protokol di seluruh kota di Indonesia. Nama gedung, kampus, dan penamaan-penamaan lainnya.

Namun, nasib museum tempat lahir sosok yang dikenal sederhana ini sungguh memprihatinkan. Lokasi wisata sejarah ini sangat sepi pengunjung tidak hanya karena letaknya yang cukup jauh dari pusat kota Purbalingga yaitu sekitar 35 KM, tapi juga karena Pemkab Purbalingga lebih berkonstrasi pada tempat-tempat wisata imitasi yang lebih menjanjikan. “Sayang bila generasi penerus bangsa tidak tahu bagaimana sejarah tokoh yang satu ini dilahirkan,” ujar Kalpika.

Produksi film dokumenter bertema museum adalah dalam rangka Tahun Mencintai Museum Nusantara di tahun 2010 ini yang hendak dikirim ke Festival Film Dokumenter bertema museum yang digelar Departemen Kebudayaan dan Pariwisata serta Departemen Komunikasi dan Informasi.

Salah satu pegiat Cinema Lovers Community (CLC) Mochammad Zakky mengatakan film dokumenter ini akan diikutsertakan pada Festival Film Purbalingga pada Mei 2010 mendatang. “Produksi film dokumenter para pelajar SMA Negeri 2 Purbalingga ini merupakan bagian dari workshop produksi film dari CLC,” tuturnya.

Memasuki tahun 2010, CLC dengan strategi bergerilya menjalankan workshop ke berbagai SMA sebagai rangkaian Festival Film Purbalingga. Melalui produksi film dokumenter diharapkan para pelajar mampu lebih dekat mengenal dan mencintai lingkungan sekitar. laeli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar